“Come sta, Ariston? Mi manchi,” sapa si gadis super model genit.“Sto bene grazie, e tu?”“Benissimo!”Presley menganga, menatap Ariston dan wanita super model di hadapannya seolah mereka bukan penduduk bumi. Apa mereka sengaja berbicara dalam bahasa yang tidak dia mengerti? Presley mendengus. Jika tujuan mereka untuk mengintimidasinya maka harus dia katakan kalau mereka berhasil.Presley memilih menjauh dan mencari tempatnya sendiri. Meski dia tidak menyukai tempat mengintimidasi ini, tapi dia bisa melewatinya tanpa mempermalukan dirinya sendiri.“Dasar bajingan. Dia sengaja mengajakku ke tempat ini untuk menyiksaku,” geram Presley. Gaun panjangnya yang memiliki belahan nyaris sampai ke ujung paha memberinya kemudahan saat berjalan dengan langkah lebar.Presley duduk di salah satu meja yang kosong dan langsung meneguk minuman yang di tawarkan pelayan padanya.“Aku tidak mau pulang dengan wanita mabuk.”Presley mendongak, mengernyit saat melihat Ariston duduk di sampingnya.“Apa yang
Saat-saat terdesak selalu membutuhkan tindakan nekad.Itulah yang dilakukan Presley saat ini.“Sepuluh juta Euro.”Efek dari kalimatnya sungguh membuat Presley yakin kalau dia baru saja berhasil menjatuhkan bom. Semua orang menatapnya tanpa berkedip, si pemandu acara di sampingnya bahkan membuka mulutnya sangat lebar karena terlalu terkejut.Presley meringis. Mungkin dia keterlaluan?“Waw, sumbangan yang murah hati sekali.”Si pemandu acara pulih dengan cepat dan untuk menunjukkan kesopanan bukannya kejengkelan dia bertepuk tangan yang langsung diikuti oleh semua tamu. Mendadak suasana yang sebelumnya mencekam kembali mencair.“Apa ini kesepakatan bersama atau Anda ….”Pemandu acara sengaja membiarkan kalimatnya menggantung dan Presley yang tahu maksud dibalik pertanyaan itu hanya bisa tersenyum.“Ariston snagat mencintaiku. Dia menyerahkan semua keputusan padaku, termasuk sumbangan yang akan kami berikan, bukan begitu Ariston?”Semua kepala bergerak memandang satu-satunya sosok yang
Presley menatap langit-langit kamar tempatnya berbaring dengan perasaan hancur. Rasa jijik pada diri sendiri membuatnya ingin menghancurkan diri. Air matanya luruh tanpa bisa dicegah.Maafkan aku Eva, sungguh maafkan aku.Presley menatap wajah tertidur Ariston. Tidak ada keangkuhan di wajah itu. Wajah Ariston begitu tenang, tidak ada kemarahan seperti yang selalu dia lihat setiap hari. Kejadian malam ini tidak akan terulang lagi, janji Presley pada dirinya sendiri. Mengabaikan rasa sakit di sekujur tubuhnya, perlahan Presley melepaskan belitan tangan Ariston di perutnya, menjaga agar pria itu tidak terbangun.Kamar tidur Ariston luas dan mewah dengan sentuhan elegan. Headboard di tempat tidur, sofa, kursi ottoman, lampu gantung. Semuanya seolah meneriakkan kemewahan tak terhitung. Namun yang membuat siapa pun iri adalah pemandangan disekeliling kamar ini. Jendela kaca besar dan juga lebar yang mengelilingi kamar ini langsung menyuguhkan pemandangan laut lepas yang begitu indah. Presle
“Hai, apa kabar?” Presley tersenyum, menatap pusara adiknya dengan mata berkaca-kaca. Tangannya yang gemetar menyentuh makam adiknya penuh rindu dan tanpa bisa dicegah rasa sakit familiar yang sekarang sering kali menemani hari-harinya kembali menggerogotinya dengan kejam.“Aku merindukanmu,” bisiknya serak, dengan kasar menghapus air mata yang tumpah dengan punggung tangannya.“Aku tidak percaya, Eva. Aku tidak percaya kalau kau seburuk itu, Ariston pasti salah. Katakan kalau dia salah. Kau adikku yang baik yang selalu tersenyum dengan semua kesulitan yang kita hadapi bukan?” bisiknya pedih. Presley mendaratkan keningnya di atas makam adiknya.“Apa yang harus kulakukan sekarang, Eva? Laki-laki itu begitu kejam dan dingin. Bagaimana bisa kau .…” Presley tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Dia hanya terus menangis dan menangis. Meluapkan semua sesak yang menggumpal dalam dadanya. Apa yang harus dia lakukan? Bagaimana jika Ariston benar? Dan bagaimana jika pria itu ternyata salah? Sit
“Tanda tangan.”Presley menerima kertas yang disodorkan Ariston padanya. “Apa ini surat perjanjian lainnya?”“Aku butuh jaminan. Bagaimana jika tiba-tiba kau berubah pikiran?” Ariston mengambil tempat duduk di depan Presley. Kedua tangannya tertaut di atas lutut. Pandangannya sepenuhnya terpusat pada Presley yang sibuk membaca kertas berisi perjanjian mereka.“Kau gila!” pekik Presley horor, menatap Ariston dengan mata melebar. “Ini bukan perjanjian Ariston, tapi perdagangan tubuh.”“Kau tidak memiliki apa pun. Kau punya uang?”Pertanyaan menohok itu membuat bibir Presley mengeras. “Baik, aku setuju dengan perjanjian ini. Jika aku melanggar perjanjian kau bisa melakukan apa pun yang kau inginkan, sebaliknya …,”Satu alis Ariston terangkat. “Apa?”“Tidak ada sentuhan, kecuali di depan umum. Kalau kau melanggar perjanjian kita Ariston, kau harus membiarkanku pergi.” Senyum kemenangan terukir di wajah Presley. Mereka berdua saling memandang, dan Ariston yang sadar kalau Presley mencoba m
“Bagaimana jika dia melakukan pembunuhan lagi?”“Dan mengambil risiko keberadaannya diketahui? Dia tidak sebodoh itu, Lexus. Bukan seperti itu kebiasaannya.”Suara-suara itu? Presley tidak tahu siapa yang berbicara atau apa yang mereka bahas. Tubuhnya menolak melakukan apa pun yang diperintahkan otaknya. Sekali lagi, dia mencoba menggerakkan tangannya, namun ototnya lagi-lagi melakukan penolakan. Tidak menyerah, kali ini dia berusaha mengangkat kelopak matanya dan lagi-lagi dia gagal. Seakan-akan ada lem tak kasat mata yang membuat kelopaknya matanya tidak bisa terbuka.“Dia akan muncul ketika saatnya tiba, Lexus. Selalu seperti itu.”“Tapi … bukankah kali ini metode yang dia lakukan sedikit berbeda? Bagaimana jika dia sedang merencanakan sesuatu?”“Maka saat itu kita akan menemukannya.”Lexus? Presley yang setengah sadar berusaha mencerna kalimat yang ditangkap telinganya. Sayangnya, ribuan jarum yang menusuk-nusuk kepalanya menolak memberikan bantuan yang dia butuhkan.“Pergi dan la
Suara debur ombak yang beradu dengan desiran angin selalu menjadi suasana favoritnya. Berdiri di sini, memandangi laut dengan warna birunya yang berkilauan adalah satu dari sedikit kenikmatan yang tidak akan pernah dia lewatkan dalam keadaan apa pun. Angin, laut, sinar keemasan adalah keindahan tak terperi yang akan membuat siapa pun berdecak kagum.Presley memejamkan mata, membiarkan angin pagi menusuk kulitnya yang dibalut baju tidur tebal dan jubah panjang yang sama tebalnya.“Saatnya bersiap-siap, Ms. Presley.”Presley berbalik. Sofia berdiri tidak jauh darinya dengan gerakan siaga. “Apakah harus hari ini?”“Tuan Ariston akan marah jika kita melewatkan jadwal ini Ms. Presley.”Sofia adalah gambaran orang yang berdedikasi dalam pekerjaannya. Sejak ditugaskan, wanita itu nyaris tidak pernah meninggalkannya sendirian. Meski begitu, Presley menyukainya karena dia merasa memiliki teman.“Presley saja tolong,” ralat Presley tidak suka. Dia kembali memandangi laut seperti yang sebelumnya
Wanita kumal dengan pakaian lusuh dan rambut diikat sembarangan itu telah lenyap digantikan seorang wanita yang terlihat lebih dewasa dan juga anggun. Rambut panjang yang dulu dibiarkan apa adanya kini terlihat sedikit berbeda dengan sentuhan gelombang diujung rambut panjangnya.Seolah belum cukup, wajah yang dulu lebih sering terlihat polos tanpa sentuhan make-up itu kini telah disulap menjadi wajah yang cocok di pertontonkan di pesta mewah bak negeri dongeng. Presley mengigit bibirnya. Ini bukan dirinya, dia bahkan hampir tidak kenal dengan wanita yang ada di pantulan cermin di depannya. Seandainya masih ada Sofia dia mungkin bisa meminta pendapatnya, tapi sekarang …. mungkin dia bisa menanyakan pendapat Bart? Presley menggeleng. Pria tua penuh perhatian itu pasti akan mengatakan penampilannya luar biasa. Bukan pendapat profesional.Bibirnya menggembung kala menatap dress selutut yang membalut tubuh mungilnya. Dia terlihat lebih feminim sekarang.“Ms. Presley?”Ketukan di pintu kama