Share

Rahasia Senja
Rahasia Senja
Penulis: Iani_p

01 Rahasia Senja

_"Disekitar kita, tidak hanya sekedar manusia baik. Tapi ada juga manusia iri yang selalu senang mencari masalah."_

~~~

Sekolah SMA Garuda, dikenal sebagai salah satu sekolah elit di Jakarta. Tidak jarang siswa-siswi di sini saling memperlihatkan kekayaannya. 

Seperti pagi hari ini, banyak siswa-siswi yang membawa mobil pribadinya, karna hujan deras sejak semalam.

Salah satunya gadis berambut hitam panjang yang tergerai dengan indah itu, juga di antar oleh supirnya. Senja Putri Aira, termasuk siswi berprestasi. Gadis itu selalu terlihat kuat, karena masa lalu yang tidak menyenangkan.

Koridor pagi itu terlihat sepi. Hanya segelintir siswa-siswi yang berlalu lalang. Ada yang bajunya setengah basah, ada juga yang hanya mengenakan sendal jepit dan lain sebagainya.

"Senja....!!!" Teriak seseorang dari arah parkiran, menggunakan payung berwarna pink itu.

Senja tersenyum memperhatikan gadis itu yang berlari kesusahan, karna membawa payung. Rambutnya yang tergerai sebahu itu sedikit terlihat basah. Pipi tirusnya terlihat merona, membuat wajah gadis itu terlihat semakin cantik.

"Ihhh... Becek, sepatu gua jadi kotor gini..." Rengeknya.

Senja terkekeh pelan, melihat orang dihadapannya yang berstatus sebagai sahabatnya itu sedang menghentakkan kakinya. Ia adalah Hanasta Dwi Amara, biasa dipanggil Asta oleh teman-temannya.

"Namanya juga lagi ujan, Ta. Ya pasti becek. Makanya jangan pake sepatu, pake sendal biar ga kotor," ucap Senja diselingin dengan kekehannya.

"Males, Nja. Lagian ribet kalo harus gonta-ganti gitu," jelas Asta yang arah pandangnya menatap wajah Senja yang sedang tersenyum.

"Oh iya, Nja. Gua denger ada murid baru loh, kira-kira dia bakal masuk kelas kita atau ga ya?" Lanjut Asta yang tangannya sudah menghimpit lengan Senja.

Keduanya berjalan beriringan di koridor. "Oh ya? Bisa jadi sih di kelas kita, soalnya Laras kan baru aja pindah," lontar Senja.

"Semoga deh," girang Asta. Setelah mendengar jawaban dari Senja yang masuk akal itu.

"Ngomong-ngomong, si Aldi lagi jalan ke arah kita," bisik Asta dengan senyum menggoda.

Senja langsung memalingkan pandangannya menghadap ke depan, di mana laki-laki tinggi itu tersenyum.

Laki-laki dengan kancing baju atasnya yang terbuka, tanpa ada dasi yang bergelantung di sana. Dia adalah ketua basket—Aldi Abraham atau sering dipanggil Aldi lebih tepatnya.

"Hai..." Sapa Aldi, yang sudah berhadapan dengan keduanya. Asta melepas genggamannya, membuat Senja menatap Asta yang tersenyum mencurigakan.

"Hai," balas Senja yang sudah kembali menatap Aldi. Laki-laki beralis tebal itu tersenyum.

"Tadi aku ke kelas. kamunya belum dateng. Demam kamu, udah turun?" Tanya Aldi sambil menyentuh kening Senja.

Gadis itu tersenyum, "Alhamdulillah, udah redaan. Enggak perlu khawatir, aku gapapa kok," jelas Senja.

Asta diam-diam berlalu dari keduanya, membuat Senja ingin meneriaki gadis itu, tapi Aldi menggelengkan kepalanya memberikan isyarat.

"Belum sarapan? Aku udah taro bubur ayam di meja kamu. Jangan lupa di makan, aku ke ruang guru dulu ya?"

Aldi mengacak rambut Senja dengan gemas, setelahnya berlalu tanpa menunggu jawaban dari gadis itu.

"Ck.. muak gua liat drama! Dasar cewek freak," cibir salah satu teman Senja sejak SMP dulu. Lebih tepatnya mantan sahabat yang selalu iri terhadap dirinya.

Senja hanya diam, pura-pura tidak mendengar sindiran dari Viola Alexa. Senja lebih memilih meninggalkan perempuan berbibir merah itu.

"Heh.. lu budek ya?!" Teriak Viola dengan suara lantangnya. Namun, Senja tetap melangkahkan kakinya. Tidak mengubris gadis berambut sepunggung itu.

"Awas aja ya! Gua pastiin, semua orang di sekolah ini bakal benci sama lu! Liat aja Senja Putri Aira..."

Setelah berucap seperti itu, senyuman licik terbit dan sorotan mata kebenciannya terlihat begitu dalam.

"Jangan dijalan atuh!" 

Suara berat itu membuat Viola berdecak kesal, ia memutar tubuhnya dan tidak sengaja keningnya mengenai dada bidang laki-laki itu.

"Ck.. Ga usah nempel-nempel," ketus laki-laki itu yang sudah memegang kedua pundak Viola dan menggeser posisi gadis itu.

"Idih.. siapa juga yang mau nempel-nempel sama orang kay...."

Mulut Viola membungkam setelah melihat wajah tampan di hadapannya. Mata coklat yang terlihat tegas, alis tebal yang terukir indah, hidung yang tidak begitu mancung dan bibir pink yang tidak begitu tebal. Mebuat amarahnya seketika digantikan dengan kekagumannya.

"Kenapa maneh teh, liatin urang?" Ujarnya, yang sudah memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya.

"E..e.. lu anak pindahan itu ya?" Viola bertanya, sambil melirik nametag yang berada di baju laki-laki itu.

Daniyal Haidar Gafi, setelah mengetahui siapa laki-laki itu, senyum diwajah Viola terpancar.

"Iya. Terus kenapa,  maneh teh senyum-senyum segala?" Ketus Gafi.

Belum juga Viola menjawab pertanyaannya, Gafi sudah lebih dulu berlalu dari hadapan Viola.

Menurut Gafi gadis itu aneh, dan dia juga mendengar ucapan yang keluar dari mulut gadis itu. Tidak lupa saat gadis berbulu mata kuda itu menyindir perempuan yang dia dengar bernama Senja.

•••

Senja sudah menghabiskan bubur ayam yang dibelikan oleh Aldi, meskipun laki-laki itu sibuk. Tapi, ia menyempatkan diri untuk memberikannya sarapan.

Brakkk...

"Eh, Senja!!" Suara keras itu membuat Senja, memejamkan matanya. Karena, terkejut.

"Denger ya! Jangan mentang-mentang lu punya status sama Aldi, lu jadi belagu! Inget lu itu cuma sampah!" Gadis itu diam menarik nafasnya dan kembali berkata, "gua tau, lu pake susuk kan? Supaya Aldi, tergila-gila sama cewek freak kayak lu!"

Ucapan kakak kelas itu, membuat Senja merasa sesak. Tuduhan itu, sudah hampir tiga tahun di SMP-nya yang selalu dituduh macam-macam.

"Maksud kak Abel apa?"

Perempuan yang dipanggil Abel itu, langsung menekan kedua pipi Senja dengan tangan kanannya.

"Ga usah belaga ga tau! Aldi itu pacar gua. Dia putusin gua karna, lu! Susuk lu itu yang buat Aldi berpaling dari gua. Dasar penggoda!" Hardik gadis berpipi sedikit tembam itu.

Abel menghempaskan wajah Senja, gadis itu hanya diam. Bahkan, semua teman sekelasnya hanya saling pandang  dan berbisik-bisik. Sepetinya, mereka mulai mempercayai ucapan Abel.

"Stop kak!" Teriak Asta dari arah pintu.

Gadis itu menghampiri Abel menatap nyalang kakak kelasnya itu. "Jaga omongan lu! Kalo Aldi berpaling dari kak Abel, itu bukan salah Senja. Lagian Aldi mutusin lu juga, udah dari lama." Asta menarik nafasnya sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Terus Aldi nembak Senja juga baru seminggu yang lalu. Jadi, kalo punya mulut diajarin sopan santun. Bukan asbun!." Tegas Asta.

Plakkk...

Tamparan keras mendarat di pipi tirus Asta, membuat Senja membelalakkan kedua bola matanya.

Asta tersenyum sinis. "Ternyata selain asbun, lu juga ringan tangan ya?" Sarkas Asta.

Tangan Abel sudah melayang di udara yang ingin menampar kembali pipi Asta. Namun, cekalan tangan Senja membuat Abel menatap gadis itu nyalang.

"Cukup kak! Jangan main fisik. Urusan kak Abel sama gua, bukan Asta!" Celetuk Senja.

Mendengar ucapan Senja membuat Abel melepaskan tangannya, dari cengkraman Senja dengan kuat. Rahang Abel mengatup keras.

"Ga, Nja. Urusan lu juga urusan gua," pungkas Asta. Tatapannya kini beralih kearah Abel. "Dan buat lu! Kalo sampe ngomong yang ga engga soal sahabat gua! Gua pastiin lu di benci sama Aldi!" Lanjut Asta dengan acamannya.

Abel menatap nyalang kedua perempuan cantik itu. Tanpa sepatah kata pun, ia berlalu begitu saja.

"Emang bener ya, lu itu pake susuk?" Tanya salah satu teman sekelas Senja. Membuat yang lain saling berbisik dan menganggukkan kepalanya.

"Lu semua ga usah percaya sama omongan Abel! Itu cewek emang suka cari gara-gara," tegas Asta.

Senja yang mengetahui teman satu kelasnya, masih mempertanyakan kebenaran tentang ucapan Abel membuat hatinya tidak baik-baik saja.

"Udah, Nja. Ga perlu lu pikirin. Kalo ada manusia kayak Abel, bakal gua musnahin. Gua selalu ada di pihak lu," jelas Asta dengan senyum manisnya.

Senja ikut tersenyum, ia pasti bisa melalui hal ini lebih baik daripada masa SMP dulu. Karena sekarang ada Asta di sampingnya. Sudah seminggu semenjak libur semester, yang Senja pikir masa SMA-nya tidak akan pernah mendengar kata-kata yang tidak benar. Nyatanya, Senja harus kembali mendengar kata-kata itu lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status