Share

Bab 4

Author: Wilda Akha
last update Last Updated: 2024-10-08 20:45:42

"Aaaa!"

"Mawar!" pekik Bambang panik melihat tubuh sang istri yang terjatuh dan terguling ditangga. Bahkan semua orang yang berada di tempat tersebut ikut terkejut dan bergegas menghampiri tubuh Mawar yang kini sudah berada di atas tanah. Tergeletak tidak berdaya.

Bambang langsung panik seketika, ketika melihat keadaan sang istri. Namun sayang, karena jaraknya yang lumayan jauh membuat Rendy yang kebetulan berada disana dengan sigap mengangkat tubuh Mawar dan membawanya masuk ke mobil.

Aprilia ikut masuk ke mobil yang ditumpangi oleh Rendy dan juga mawar tersebut, sedangkan Bambang tidak mempu berbicara apa-apa melihat semua yang terjadi begitu cepat. Hingga sedetik kemudian Bambang tersadar kemudian kembali naik ke atas motornya dan mengekori mobil mereka bertiga dari belakang.

"Minggir! Tolong! Beri jalan!" teriak Rendy panik seraya menggedong tubuh Mawar ketika sudah sampai disebuah puskesmas sederhana yang berada di desa tersebut.

Sedangkan Aprlila yang sedari tadi berjalan dibelakang tubuh tegap Rendy hanya mampu menangis serta menutup mulutnya dengan tangan.

Rendy mengendong Mawar masuk ke ruangan IGD dan meletakan tubuh wanita itu di atas bangkar. Hingga, tidak sengaja Rendy melihat ada sedikit d4r4h yang keluar dari hidung Mawar.

"War, kamu kuat! Kamu wanita paling kuat yang pernah aku kenal!" ucap Rendy dengan suara bergetar, menahan diri agar tidak menangis. Sebab, hal ini pernah terjadi kepada Mawar dan membuat Rendy harus merelakan wanita yang amat ia cintai itu pergi dari hidupnya.

"Aku baik-baik saja," jawab Mawar dengan suara pelan, nyaris tidak terdengar sampai seorang petugas puskesmas dan seorang dokter wanita masuk. Rendy di minta untuk menunggu diluar dan tidak sengaja melihat Bambang yang juga menatap kearahnya.

Kedua laki-laki itu saling pandang dalam diam, Aprilia yang sedari tadi memperhatikan keduanya merasakan aura tidak biasa. Seolah akan ada ledakan.

"Kamu tidak bisa menjaga Mawar dengan baik? Lalu, untuk apa masih di sini?" Pertanyaan yang sangat tajam keluar begitu saja dari bibir Rendy.

"Apa hak kamu ikut campur dalam rumah tanggaku? Mawar itu istriku!" balas Bambang sengit.

Keadaan kian memanas, Bambang dan Randy sama-sama sulit untuk mengontrol emosi sampai terjadi bangku–hantam yang membuat Aprilia memanggil sekuriti.

"Tolong, Pak! Di sini ada yang berkelahi!" pekik Aprilia panik melihat Bambang dan Rendy. Hingga keduanya barhasil dilerai oleh sekuriti.

"Silahkan tunggu di luar!" bentak sang sekuriti yang menyeret keduanya keluar dan berdiri didepan pintu masuk puskesmas.

Cukup lama mereka terdiam, sampai akhirnya Bambang yang terlebih dahulu membuka suara.

"Maafkan aku!" ucap Bambang setengah hati membuat Rendy menatap ke arahnya sekilas, kemudian memainkan gawainya dan tanpa permisi lelaki itu pergi begitu saja membuat Bambang mengumpat kesal didalam hati.

"Dasar! Tidak b3r4d4b!"

"Mas Bambang!" pekik Aprilia menghampiri Bambang dan memberitahukan, bahwa Mawar sudah mulai sadarkan diri.

"Dek, kamu baik-baik aja, kan?" tanya Bambang dengan penuh kecemasan seraya menggenggam erat tangan sang istri yang kini sudah di pasang selang infus. Ketika memasuki ruangan di mana sang istri di rawat tersebut.

Mawar hanya mengangguk pelan sebagai jawaban dari pertanyaan sang suami, kemudian matanya menelusuri setiap ruangan mencari sosok yang telah membantunya tadi.

"Lia, di mana Pak Randy?" tanya Mawar pelan kepada Aprilia yang membuat suaminya naik pitam.

"Kenapa kamu mencari lelaki itu! Hah! Mas, suamimu, Dek!" bentak Bambang dengan dada yang naik turun.

Aprilia segera melarikan diri, tidak ingin ikut campur dalam urusan suami istri tersebut. Sedangkan Mawar hanya mampu membuang nafas panjang menghadapi sifat cemburu buta suaminya.

"Aku mencari Pak Rendy hanya ingin mengucapkan terimakasih, karena telah menolongku tadi," jelas Mawar pelan, memberikan pengertian kepada Bambang. Namun sayang, suaminya semakin merajuk.

"Ya sudah! Berterimakasih lah kepada lelaki lain yang telah menolongmu itu!" bentak Bambang seraya meninggalkan Mawar seorang diri.

Mawar hanya menatap punggung tengap suaminya sampai menghilang dibalik pintu yang tertutup, ia tidak menyangka. Jika lelaki yang ia kenal selama ini begitu mencintainya.

Rasa cemburu yang Bambang perlihatkan, merupakan gambaran dari rasa cinta yang lelaki itu miliki. Walaupun, bagi Mawar semua yang suaminya lakukan terlalu berlebihan.

"Gila, ya? Suami kamu, War! Tadi, dia adu jotos dengan Pak Rendy," adu Aprilia yang baru saja masuk ke ruangan tersebut. Mawar hanya tersenyum kecil menanggapi pertanyaan temannya itu.

"Kamu baik-baik aja, kan? Gak benar-benar sakit?" tanya Aprilia lagi, sebab merasa heran. Kenapa Mawar bisa oleng seperti tadi.

"Aku baik-baik aja, Lia. Mungkin, karena terlalu kecapekan. Jadi begini," jelas Mawar.

Kemudian Aprilia mulai menjadi kompor dalam hubungan Mawar dan Bambang yang mulai memanas, di mana Aprilia memberitahu betapa ia kagum dengan Rendy serta apa yang telah lelaki itu lakukan.

"Aku benar-benar terpesona, War. Pas adegan Pak Rendy gendong kamu itu! Meleleh hatiku," ucap Aprilia seraya memeluk dadanya dan membayangkan, seandainya tadi yang berada di gendongan Rendy adalah dirinya.

Mawar hanya tersenyum geli melihat kelakuan abstrak dari temannya itu, kemudian menasehati Aprilia agar jangan terlalu berharap terlalu tinggi.

"Lia, Lia, kamu dari dulu gak berubah, ya? Jangan terperdaya dengan apa yang kamu lihat, cobalah gali lebih dalam. Agar kamu lebih banyak tahu."

"Cih, kamu War. Merusak suasana hatiku. Tapi, yang pasti aku gak suka sama laki-laki kasar kayak suamimu itu. Maaf ya, War. Apa sih yang kamu harapkan dari Bambang? Apalagi kalian 'kan belum punya momongan dan kamu juga bekerja. So ... kalau kalian pisah enggak ada yang namanya berebut anak."

Mawar terdiam seribu bahasa mendengar penuturan Aprilia, tidak semua yang temannya itu katakan salah dan tidak juga benar. Semua tergantung dari sudut pandang mana ia melihatnya.

Pernikahan Mawar dan Bambang yang hampir setahun ini memang diuji oleh badai yang sangat berat, akan tetapi yang paling menyakitkan untuk Mawar adalah perkara anak. Bukan sekali atau dua dirinya harus tersenyum pahit, ketika ada yang menyinggung masalah momongan.

"War, aku rasa suami kamu mandul, deh. Soalnya, lelaki yang tremamental itu tingkat kesuburannya kurang. Berbeda dengan lelaki yang lemah lembut dan penyayang, seperti Pak Rendy. Uuuhhh ... beruntung kalau punya suami seperti Pak Rendy," kata Aprilia.

"Apa benar? Lelaki tremamental memiliki tingkat kesuburan yang rendah?" batin Mawar bertanya-tanya.

Ketika Mawar sedang memikirkan apa yang baru saja diucapkan oleh Aprilia, tidak lama kemudian terdengar dari luar suara ribut-ribut.

"Ada suara orang ribut-ribut diluar ya, Lia?" tanya Mawar penasaran dan meminta Aprilia keluar untuk melihat apa yang terjadi.

"Pak Randy!" pekik Aprilia keras membuat Mawar terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 70: Janji di Atas Pusara

    Angin sore berhembus pelan di pemakaman, membawa aroma khas tanah basah yang bercampur dengan harumnya bunga mawar putih yang bertabur di atas makam Bambang. Matahari hampir tenggelam di ufuk barat, menciptakan pendar jingga keemasan yang meliputi seluruh area. Di sana, di depan pusara yang sederhana namun penuh makna, berdiri Mawar dan Rendy. Mawar mengenakan pakaian serba hitam yang sederhana, wajahnya terlihat sendu tetapi menenangkan. Di tangannya tergenggam buket bunga mawar putih, simbol cinta dan penghormatan untuk Bambang. Rendy, dengan wajah penuh keyakinan, berdiri di sampingnya mengenakan kemeja berwarna hitam dan sarung hijau tua. Di depannya, seorang pembuka agama dan beberapa keluarga serta teman dekat berkumpul dalam suasana yang penuh keharuan. “Apa kamu sudah siap, Dek?” bisik Rendy pelan, menoleh ke arah wanita yang kini menjadi tanggung jawabnya. Mawar mengangguk kecil, matanya berkaca-kaca

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 69 Kebahagiaan yang Tertunda

    Sore itu, rumah Mawar dipenuhi suasana yang begitu asing. Di ruang tamu, beberapa tamu yang terdiri dari kerabat dekat dan tetangga duduk dalam hening. Tidak ada gemerlap dekorasi atau pesta besar. Hanya meja sederhana yang dihiasi bunga mawar putih, seolah menjadi simbol kebersahajaan acara yang berlangsung hari itu. Mawar duduk di sudut ruangan dengan wajah penuh emosi yang sulit diartikan. Gaun putih sederhana yang ia kenakan terasa berat, bukan karena bahan kainnya, tetapi karena beban di dalam hatinya. Di sampingnya, Rendy berdiri dengan wajah tenang, meski ada sedikit kegugupan di mata tegas pria itu. "Apa kamu yakin ingin melakukannya, Dek?" tanya Rendy pelan, nyaris berbisik. Mawar mengangguk tanpa menoleh, matanya masih menatap ke arah lantai. "Ini yang Bambang inginkan. Aku hanya mencoba memenuhi permintaannya." Mendengar itu, Rendy hanya bisa menghela napas. Ia tahu Mawar tidak benar-benar melakukan ini untuk dirinya

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 68 Kepergian yang Tak Terelakkan

    Malam itu terasa begitu sunyi di ruang perawatan Bambang. Hanya suara alat monitor jantung yang terus berdetak lambat, menjadi penanda bahwa waktu Bambang di dunia ini semakin menipis. Mawar duduk di sisi ranjang suaminya, menggenggam erat tangan Bambang yang terasa semakin dingin. Wajahnya pucat, tetapi matanya tetap menatap Bambang penuh harap, seolah berusaha menyangkal kenyataan yang semakin nyata di depannya. "Mas, jangan tinggalkan aku," bisik Mawar, suaranya bergetar. "Aku butuh kamu. Aku nggak tahu bagaimana caranya menjalani hidup tanpa kamu." Bambang tersenyum tipis. Meski tubuhnya semakin lemah, ia berusaha memberikan ketenangan untuk Mawar. "Sayang, kamu lebih kuat dari yang kamu pikirkan. Mas percaya kamu bisa melewati ini. Kamu harus percaya pada dirimu sendiri." Air mata Mawar mengalir deras. Ia menggenggam tangan Bambang semakin erat, seolah berusaha menahan kepergiannya. "Tapi aku nggak mau kehilangan kamu, Ma

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 67 Wasiat Terakhir

    Di ruang perawatan rumah sakit, suasana begitu sunyi. Hanya suara detak alat monitor jantung yang terus berdetak pelan, seolah menjadi pengingat waktu yang kian menipis. Bambang terbaring di atas ranjang dengan tubuh lemah. Napasnya tersengal-sengal, tetapi matanya tetap memancarkan tekad yang tidak pernah pudar. Di sisi ranjangnya, Mawar duduk dengan tangan menggenggam jemari Bambang yang mulai dingin. Wajahnya nampak begitu lelah dengan mata yang sembap karena kurang tidur. Sejak Bambang dirawat kembali, ia hampir tidak pernah meninggalkan suaminya dan terus berada di sisi sang suami. Rasa takut yang terus menghantui membuatnya tidak ingin membuang sedetik pun waktu bersama Bambang. “Mas …” Mawar memanggil pelan, suaranya bergetar. “Tolong jangan tinggalkan aku. Aku nggak tahu harus bagaimana kalau kamu pergi.” Bambang tersenyum tipis, meski itu hanya memperlihatkan rasa lelah di wajahnya. “Sayang, Mas nggak akan pernah benar

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 66 Di Ambang Keputusan

    Malam itu, Mawar duduk di samping tempat tidur dengan mata sembap. Wajahnya terlihat lelah, bukan karena fisik, tetapi karena hatinya yang terus-menerus digempur rasa sakit. Di depannya, Bambang terbaring dengan tubuh lemah, napasnya sesekali terengah-engah. Namun, meski raganya mulai menyerah, tekad di dalam dirinya tetap kokoh. Ia tahu ia tidak punya banyak waktu, dan ini adalah kesempatan terakhir untuk berbicara dengan Mawar. “Dek,” Bambang memanggil pelan, suaranya serak. “Kita harus bicara.” Mawar menggelengkan kepala. "Aku nggak mau dengar, Mas. Tolong jangan bicarakan hal itu lagi." Tapi Bambang tidak menyerah. Ia mengulurkan tangannya, mencoba menggenggam jemari Mawar. "Sayang, tolong dengarkan Mas. Ini penting!" Mawar memejamkan matanya, berusaha menahan air mata yang hampir tumpah lagi. "Mas, kenapa kamu memaksa aku untuk melakukan sesuatu yang begitu menyakitkan? Kita baru saja memperbaiki semuanya. Kita bar

  • Rahasia Suami Pelitku   Bab 65 Wasiat di Ujung Waktu

    Suasana rumah terasa sunyi malam itu, hanya suara detak jam dinding yang terdengar di ruang tamu. Mawar sedang tertidur di samping Bambang, menggenggam tangan suaminya yang semakin kurus. Wajah Bambang pucat, matanya redup, tapi pikirannya tak bisa tenang. Ia tahu waktunya tidak lama lagi. Dokter sudah memberitahu bahwa kondisinya semakin memburuk, dan operasi yang sebelumnya menjadi harapan kini tidak lagi mungkin dilakukan. Namun, bukan kematian yang membuatnya gelisah malam ini, melainkan Mawar. Ia tidak bisa membayangkan Mawar hidup sendirian setelah dirinya pergi. Dengan hati yang berat, Bambang memutuskan sesuatu. Ia harus menemukan Rendy. Rendy adalah mantan istrinya, seseorang yang pernah mengisi masa lalu Mawar sebelum mereka menikah. Bambang tahu betapa dalam hubungan Mawar dengan Rendy dulu. Meskipun Mawar tidak pernah menceritakannya secara rinci, Bambang bisa merasakan bahwa ada bagian dari hati istrinya yang pern

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status