Kak Dimas seperti terkejut saat mendengar ucapanku. Sama halnya denganku aku pun juga terkejut sekaligus tak menyangka mereka melakukan itu."Iya Kak, coba kakak pikir untuk apa mereka melakukan hal itu, memalukan saja. Sekarang Ibu terlihat panik setelah menyadari beberapa flashdisk miliknya hilang," Hening, tak ada jawaban dari Kak Dimas sepertinya ia sedang berpikir."Emmm... Maafin Kakak ya Rah, semalam Kakak tidak mengintai keluarga suamimu itu. Kakak sibuk mengambil barang-barang Kakak yang tertinggal di penginapan kemarin. Tetapi Kakak janji setelah ini kakak tidak akan lengah lagi," ucap Kak Dimas."Iya Kak, tidak apa-apa. Sekarang kakak akan tinggal dimana?" "Kakak sudah memutuskan untuk tinggal di rumah Bu Yanti, aku juga sudah bilang pada Mama jika kakak akan menginap disini selama satu bulan ke depan. Yaa, walaupun jauh tetapi kakak rasa tempat ini cukup aman karena berada jauh dari rumah mertuamu, Rah.""Iya Kak. Tetapi kakak harus jaga diri disana ya,""Kamu tenang saj
"Tetapi Nona tenang saja, saya tidak menaburkan obat tidur itu ke dalam minumanmu. Nona hanya perlu berpura-pura tertidur dan diam saja saat dibawa pergi. Selanjutnya Nona harus mengambil tindakan, untuk mendapatkan barang bukti atau informasi lain." ucap Mbak Wati begitu lirih.Segera kukirimkan pesan pada Kak Dimas tentang ucapan Mbak Wati barusan.(Baiklah, Rah. Ikuti saja permainan mereka) balas Kak Dimas.Dengan perasaan gamang aku menghapus riwayat pesan ini.'Aku harus berani agar semua rahasia kejahatan mereka segera terungkap, aku tidak boleh takut apalagi lemah dan menyerah begitu saja,' batinku menyemangati diri sendiri.Sebelum pergi aku menatap wajah Mbak Wati sambil mengangguk perlahan, menyakinkan dia bahwa semuanya akan baik-baik saja."Ini, diminum dulu minumannya, Rah." ucap Mas Rama menyerahkan gelas minuman itu padaku."Iya Mas. terimakasih."Aku pun meneguk minuman itu hingga tersisa setengah. "Dihabisin dong, sayang,"Aku hanya tersenyum lalu meminum minuman itu
Pria berpakaian serba hitam itu langsung melihat ke arah mobil lalu membuka penutup wajahnya, ternyata itu adalah Kak Dimas. Aku membuka pintu lalu keluar dari dalam mobil."Bagaimana Kak?" tanyaku pada Kak Dimas."Tenang saja, Rah. Dia sudah tidak sadarkan diri," jawab Kak Dimas."Syukurlah kalau begitu, rencana kita hampir berhasil Kak," ucapku tersenyum."Cepat buka bagasi mobilnya Rah. Kita harus cepat membawa lelaki ini,"Dengan segera aku berlari membuka bagasi mobil, lalu Kak Dimas menyeret tubuh lelaki berbadan gempal itu mendekati mobil yang terparkir.Dengan nafas tak beraturan aku membantu Kak Dimas memasukkan tubuh Andi ke dalam bagasi mobil miliknya.Setelah itu kami masuk ke dalam mobil, Kak Dimas yang duduk di depan setir kemudi menatapku sekilas lalu melajukan mobilnya dengan cepat."Kamu tidak apa-apakan, Rah?" tanya Kak Dimas."Aku tidak apa-apa, Kak. Hanya saja tadi dia menyentuh pahaku, menjijikkan sekali pria mesum ini sepertinya dia memiliki kelainan se*s," jawab
"Apakah harus malam ini Kak kita menangkap Diky?" tanyaku menoleh menatap Kak Dimas."Iya Rah, lebih cepat itu lebih baik. Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu saat ini," jawab Kak Dimas."Awas saja, jika kamu berbohong aku tidak akan segan-segan untuk memotong kemaluanmu itu," ucap Kak Dimas menunjuk kebagian vital Andi menggunakan belati.Lalu Kak Dimas menyumpal mulut Andi menggunakan lakban. "Emmm... Emmm... Emmm!" Pria itu terus meronta meminta dibebaskan.Kak Dimas menatap pria itu dengan tatapan garang."Apa kamu benar-benar ingin dibebaskan?" tanya Kak Dimas lagi."Emmm... Emmm!" jawabnya lalu Andi mengangguk dengan cepat."Kalau begitu bicaralah dengan Diky, suruh dia datang kemari dengan dalih kamu sedang membutuhkan bantuannya saat ini, bagaimana apa kamu setuju?"Ia nampak berpikir beberapa saat lalu kembali menganggukkan kepalanya dengan cepat.Lakban yang menyumpal mulut Andi ditarik dengan keras oleh Kak Dimas sehingga ia tampak kesakitan. "Aaarrggghhh," teriak rinti
(Iya baiklah, tapi kamu jangan meminta ganti rugi padaku karena kemarin aku sudah memberikanmu penggantinya, bayi perempuan yang sangat cantik) balasan dari Ibu.Aku menoleh menatap wajah Kak Dimas setelah membaca pesan dari Ibu. Apa jangan-jangan bayi perempuan yang ia maksud itu adalah anakku? Karena riwayat pesan ini ada di dua hari setelah tanggal aku melahirkan kemarin."Apa jangan-jangan yang dimaksud mertuamu itu anakmu, Rah? Bayimu itu kan, juga lahir berjenis kelamin perempuan?" ucap Kak Dimas."Bisa jadi, Kak. Aku juga punya pikiran yang sama denganmu." Aku screenshot isi percakapan itu lalu mengirimkannya ke ponselku, ini bisa dijadikan bukti bahwa Ibu memang memiliki bisnis rahasia yaitu menjual belikan bayi yang baru lahir.Dan sepertinya aku sudah tidak perlu lagi kembali ke rumah itu, karena aku sudah memiliki beberapa bukti dan dua orang yang bisa dijadikan saksi. Jadi kita bisa langsung melapor pada pihak kepolisian."Dengan bukti-bukti ini aku rasa semuanya sudah cu
(Tidak perlu, kamu tunggu saja di depan gerbang! Aku sedang ada di perjalanan untuk mengantarkan istrimu pulang) Kak Dimas mengirim balasan.Aku berharap Mas Rama menyetujuinya, karena jika ia menyusul ketempat Andi akan membawaku aku takut ia akan curiga karena kami tidak ada disana.(Baiklah)Akhirnya aku bisa bernafas lega sambil menoleh kearah Kak Dimas."Sekarang aku akan mengantarmu pulang menggunakan mobil Andi, bawalah barang-barang ini." Kak Dimas menyerahkan belati dan obat tidur."Aku bawa obat tidur itu saja Kak, karena aku juga sudah menyembunyikan belati tajam milik Ibu yang ku gunakan untuk membunuh Edy kemarin di dalam kamarku.""Baiklah. Ohh iya Rah, jangan lupa minta bantuan pembantumu itu untuk menaburkan obat ini pada makanan yang terhidang nantinya dan saat semua orang sudah tertidur kamu harus secepatnya beraksi," ucap Kak Dimas.Aku menerima obat tidur itu lalu memasukkannya ke dalam saku celana, sekarang aku tidak merasa takut apalagi ragu. Mereka yang sudah be
"Saya takut saja jika mereka berdua melarikan diri atau ada salah seorang penjaga Nyonya yang menemukan keberadaan mereka," tambah Mbak Wati."Kamu tenang saja, Mbak. Kakakku sudah mengurus kedua orang itu disana," jawabku lagi."Lalu apa rencana Nona selanjutnya?" tanya Mbak Wati.Aku mengeluarkan obat tidur dari dalam saku baju lalu menyerahkannya pada Mbak Wati."Ini obat tidur, tolong campurkan obat ini ke dalam makanan dan minuman yang terhidang nanti untuk semua penghuni rumah ini, karena nanti siang saat mereka semua sudah tertidur pulas aku akan mencari bukti kuat lain yang bisa diserahkan pada polisi,"Mbak Wati menerima obat itu lalu menyimpannya di dalam saku daster miliknya."Baiklah Nona saya akan mencampurkan obat ini,""Bagus, kamu juga harus membantuku mengawasi rumah ini saat aku merekam lubang bawah tanah itu nanti, Mbak.""Baiklah, kita akan bekerja sama untuk melawan orang-orang jahat itu," ucapnya dengan tatapan penuh dendam."Ya sudah Nona, kembalilah ke dalam k
Oh Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang? Kenapa ia tidak ikut tertidur seperti yang lainnya?"Bang Anton!" ucap Mbak Wati."Ngapain kalian disini?" tanya lelaki itu dengan tatapan menyelidik."Memangnya kenapa? Yang sopan ya kalau berbicara denganku, apa kamu lupa aku ini siapa?" ucapku sinis.Lelaki itu malah menyeringai."Ini masih pagi, tetapi kenapa semua orang bisa tertidur pulas? Dan anehnya tidak ada satupun orang yang bisa dibangunkan. Sementara kalian berada disini dengan keadaan terjaga. Apa yang sudah kalian lakukan, hah?" ujar penjaga bernama Anton itu.Rupanya ia sudah mulai mencurigaiku, apa boleh buat aku juga harus melenyapkan lelaki ini seperti Edy, beruntungnya tadi aku sempat menyelipkan sebuah belati di pinggangku sehingga aku tidak perlu pusing lagi untuk menyingkirkan Anton menggunakan alat apa."Saya hanya menemani Nona berkeliling sambil berfoto Bang," sahut Mbak Wati."Jangan bohong! Kamu pikir aku akan percaya dengan wanita jalang sepertimu, hah? Cepat mi