Share

Mertua Bunglon

Author: Perarenita
last update Huling Na-update: 2025-01-12 07:17:34

"MASSSSS!" Rosa tersentak dari tidurnya. Ia langsung terduduk dengan nafas memburu, bulir keringat membasahi tubuh, "astagfirullah ... astagfirullah," lirihnya. Lagi-lagi perutnya terasa keram. 

"Ya allah, mimpi apa itu," ucapnya sendiri. 

Rosa mencoba mengatur nafas, dan menenangkan diri. Ia tak boleh setres, karna hal itu akan berdampak pada bayi yang tengah di kandungnya, "kamu kaget ya? Maafkan Mamah, Sayang," lirih Rosa seraya mengelus perutnya yang kian membuncit. 

"Eum ... hoammm, tante kenapa?" tanya Chika yang ikut terbangun sebab suara gemerusuh di sebelahnya. 

"Tante kebelet pipis," jawab Rosa asal. 

Ia pun tersenyum, dan mengelus lengan keponakannya, "Chika bubuk lagi ya, ini masih gelep," ucapnya lembut. 

Bocah 3 tahun itu pun mengangguk lalu kembali memejamkan matanya, sedangkan Rosa ia semakin gelisah sebab kejadian malam ini begitu aneh menurutnya. Jam baru menunjukkan pukul 2 dini hari, itu artinya baru beberapa menit ia terlelap, dan sekarang kembali terjaga karna mimpi buruk. 

"Ya allah, sebenarnya apa yang akan terjadi? Mengapa kau terus-terusan memberiku petunjuk?"  

Rosa tak bisa tidur, pikirannya tak karuan, hatinya gelisah. Ia membuka ponsel, dan membaca primbon jawa tentang arti mimpi kebakaran, dan juga arti dari bingkai foto yang tiba-tiba terjatuh di satu situs yang cukup terkenal. 

Dalam primbon jawa, dan sebagian kalangan masih banyak yang mempercayai bahwa mimpi kebakaran itu melambangkan sebuah kehancuran. Sedangkan dalam primbon jawa, bila bingkai foto anda tiba-tiba terjatuh dengan sendirinya, itu artinya anda harus bersiap, bersiaplah ... bersiaplah untuk,--- 

Drrrttttt 

Rosa tersentak kala sedang fokus membaca tiba-tiba satu pesan masuk ke ponselnya, "astaga! kenapa Papah kirim pesan malam-malam begini," gerutu Rosa. 

Ia ingin melanjutkan membaca artikel itu, akan tetapi ia lebih penasaran dengan pesan yang baru saja di terima dari sang ayah, dan akhirnya ibu hamil itu keluar dari situs yang sedang di bacanya, dan masuk ke aplikasi w******p yang berwarna hijau.

Papah

Rosa mengklik nama itu, dan melihat isinya, "Papah sudah di pesawat, tapi karena cuaca malam ini buruk, jadi penerbangan di hentikan. Mungkin Papah tiba di Indonesia sekitar 1 atau 2 hari lagi. Maafkan Papah ya kalau terlambat datang ke acara nuju bulan, tapi kamu nggak perlu khawatir, Papah baik-baik saja. Tunggu Papah datang ya, Sayang." 

Degh. 

Hati Rosa semakin mencelos membaca isi pesan dari Papahnya. Lelaki itu kini berada di eropa, sangat jauh dari jangkauannya. Meski usianya tak lagi muda, tetapi semangat kerjanya masih membara. Pak Erik kerap kali ke liling dunia hanya untuk memperluas jangkauan proyeknya, "ya allah, lindungi Papah di mana pun dia berada," ucap Rosa. 

"Iya, Pah. Hati-hati, jangan lupa makan. Papah nggak usah mikir yang aneh-aneh. Nggak apa-apa terlambat, yang penting Papah sampai Indonesia dengan selamat. Rosa sayang papah." 

Send. 

Pesan pun terkirim, tetapi nomor yang baru saja terlihat online, kini memberi tanda ceklis satu, itu artinya nomor Pak Erik sedang tidak aktif atau mungkin sedang tidak ada sinyal. Begitulah pikir Rosa yang tak ingin berprasangka buruk dengan apa yang tengah terjadi sekarang. 

Rasa kantuk tiba-tiba menyerang dirinya, Rosa pun meletakkan ponselnya, dan kembali berbaring di sebelah putri kecil iparnya. Anak itu begitu pintar, dan penurut. Namun, sayang sekali nasib kedua orang tuanya tak begitu baik, sehingga mengharuskan dirinya ikut tinggal bersama Rosa yang berstatus sebagai bibi untuknya. 

Kukuruyukkkkk. 

Pagi datang, matahari bersinar. Chika yang sudah terjaga lebih dulu, memilih untuk ke kamar mandi, dan membersihkan diri. Pagi-pagi seperti ini biasanya ia sudah di mandikan oleh Rosa, tetapi Chika melihat wanita pengganti Ibunya itu masih terlelap, ia pun berinisiatif untuk melakukan semuanya sendiri. Sinar mentari masuk melalui celah-celah jendela, Rosa yang semalaman tidurnya terganggu kini belum juga bangun. 

Sedangkan di luar pagar rumahnya, Bu Wati, Ibu mertua yang terkenal akan sikap bunglonnya, sudah berdiri dengan wajah penuh senyum. Wanita itu terus menekan tombol bel, berharap menantu yang dulu sering di hinanya dengan segera membukakan pintu untuknya. 

Ting-tong

Ting-tong

Ting-tong

"Duh ... kemana sih ni anak. Kok lama sekali nggak muncul-muncul," gerutu Bu Wati yang mulai kesal sebab sejak dari setengah jam yang lalu ia berdiri di depan pagar. 

Ting-tong

Ting-tong

Ting-tong

Ia tahu hari ini, akan di adakan acara nuju bulan cucu ketiganya, maka dari itu ia datang untuk menghadiri acara ini. Namun, hanya datang dengan tangan kosong, sebab pikir Bu Wati menantunya itu sudah kaya, jadi tak perlu lagi bawakan apa pun untuk acara nuju bulannya. 

"Rumah sebesar ini, hanya Rosa yang menempati. Chika, anak itu sekarang pasti hidupnya nyaman bersama Rosa tinggal disini. Hasan juga pasti perutnya kenyang karna sekarang banyak uang, lalu aku ... apa harus aku bersimpati, dan mengambil hati Rosa agar aku juga bisa hidup nyaman, dan tinggal di rumah mewah ini?" gumam Bu Wati seorang diri. 

*** 

Yang penasaran gimana sikap bunglon Bu Wati, bisa di baca pada season 1 ya, kak dengan judul "Ku Sembunyikan Identitas Dari Mertua." 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Kamar 16

    "Jangan mengada-ngada, Pah! Mentang-mentang dia lelaki pilihan Papah, jadi Papah mau bela diri gitu?" ungkap Rosa setelah hening beberapa saat."Astagfirullah, Papah tidak membela diri, tapi memang benar Hasan sedang kritis!""Sudahlah, Pah. Itu lagu lama, tidak perlu melakukan apapun untuk mengambil rasa simpati Ros. Ros muak dengan semuanya!" ucap Rosa, seraya menutup pintu, tetapi dengan cepat di tahan oleh ayahnya. "Tunggu dulu, Ros!" "Apa lagi, Pah? Hasan kritis? Hasan di jebaklah, inilah itulah. Apa lagi alasan yang akan Papah katakan demi menutupi kebobrokannya?" ucap Rosa kesal, "sekarang gini aja, Pah ... Papah punya bukti? Foto atau apa gitu yang menunjukkan bahwa sekarang dia benar-benar kritis. Lagian, kalo dia kritis kenapa pula Papah mencarinya kesini?" lanjutnya menyangkal, dan tak akan percaya sebelum dirinya benar-benar melihat langsung kondisi lelaki yang sudah membuatnya sakit hati. "Kamu ingat, teman yang Papah bilang kecelakaan, waktu di rumah sakit? Dia bukan

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Kalang Kabut

    Banyak pasang mata yang memperhatikannya, terutama melihat kaki Hasan yang masih di gipsun, dan wajahnya yang penuh memar. Pengunjung rumah sakit merasa heran melihat Hasan berjalan tergesa-gesa menuju Valet Parking. Hasan tak perduli dengan tatapan-tatapan itu, fokusnya hanya satu, harus pergi dari sini sebelum ayah mertua bangun, dan menyadari bahwa dirinya tidak ada di ruangan itu lagi. "Semoga Papah masih tidur," gumamnya sambil terus melangkah, membawa gipsun di kakinya.Sudah cukup jauh ia melangkah dengan tertatih-tatih, Hasan pun sampai di tempat tujuan. Mobil miliknya masih ada di sana, tak bergerak sedikit pun, tempatnya masih sama seperti saat kemarin ia mengantarkan istrinya ke rumah sakit ini. Namun, setelah sampai di sana Hasan tak bisa membuka pintu mobil itu karena ia tak memiliki kuncinya. "Argh! Sial! Kemana kuncinya!" teriak Hasan frustasi. Ia kembali mengingat, dan mencoba mengingat dimana terakhir kali ia meletakkan kunci mobil. "Celana ... Iya! Kunci itu ada

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Kembali Ke Padang

    Rosa diam, dan memutar otak, menduga-duga kemana perginya sang suami. Setelah pertengkaran mereka malam itu, Hasan sama sekali tak menampakan batang hidungnya, bahkan di saat dirinya terbaring lemah di rumah sakit, lelaki itu sama sekali tak datang walau sekedar menemaninya. Apakah Hasan kabur bersama Mawar, atau mungkin .... "Nak," panggil Bu Wati.Panggilan itu menyadarkan Rosa dari lamunan panjangnya, pikiran buruk, dan prasangkanya terhadap sang suami, "kalau begitu saya permisi dulu, Bu," kata Rosa. Tak mungkin ia menyampaikan berita perpisahan ini kepada mertuanya. Rosa tak sampai hati untuk mengatakannya. "Loh, baru juga datang. Makan dulu ya, Ibu masakin sup bakso, mau?" tawar Bu Wati, hatinya sedikit kecewa karena map kuning itu tak kunjung di berikan kepadanya. "Tidak, Ibu ... terimakasih, ada hal yang harus saya urus. Lagian, Chika di rumah saya tinggal sama Bi Wiwid, kasihan." "Ah, iya ...," ucap Bu Wati gantung, sebab ia pun lupa bila ada cucu lain yang ia miliki, "ja

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Pisah Rumah

    Rosa menoleh ke sumber suara, lelaki itu ... dia adalah Farid. Meski hanya kepalanya saja yang terlihat, dan rambutnya yang gondrong, tetapi mendengar suaranya Rosa masih ingat bahwa lelaki itu adalah Farid, sesorang yang pernah menghina ayah, dan juga suaminya saat di kantor Nuansa. "Eh, Pak Erik, 'kan ya?" sapanya saat berpapasan dengan lelaki tua itu. "Ada perlu apa datang ke sini, Pak? Mau melamar peker-jaan? Oh, ya bagian secur-ity ada tu, kebetulan yang jadi secu-rity baru saja mengundurkan diri," ucapnya berlaga sombong. "Kamu siapa?" tanya Pak Erik, yang memang tak begitu hapal dengan anggota karyawan sini. "Saya ... perkenalkan, saya Farid, dan saya manager di perusahaan ini. Semua keputusan ada di tangan saya, dan saya yang memimpin semua karyawan disini. Bapak ini, orang tua Rosa, 'kan?" Pak Erik tersenyum, mungkin ini yang di bilang putrinya kemarin. Saudara suaminya ada di bagian manajer. Lihatlah, betapa songo-ng, dan sombongnya dia memperkenalkan diri. Apa dia tidak

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Rumah Mertua

    Selang menyelang, serta infus yang melekat di tubuh Hasan, tak ia hiraukan. Hasan beranjak dari tidurnya setelah 24 jam koma. "San!" panggil Pak Erik, ia berusaha menahan Hasan yang tengah melepas selang-selang itu dari tubuhnya."Kamu masih sakit, mau kemana! Jangan di lepas alat itu," ucap Pak Erik."Aku harus ke Padang, Pah! Aku harus menemukan bukti, bahwa aku tidak bersalah! Rosa, dia pasti menungguku," ungkap Hasan, sambil bersikeras melepas berbagai jenis selang yang melekat di tubuhnya."Sabar! Tenang dulu! Papah tahu kamu gelisah, tapi ingat kesehatanmu belum pulih! Tunggu sampai keadaanmu membaik!""Tidak, Pah. Aku harus ke Padang sekarang! Wanita sinting itu sangat berbahaya," ucap Hasan, ia masih ingat betul bagaimana Mawar memperlakukan dirinya, bahkan menyuruh anak buahnya untuk menghajar dirinya. Hasan trauma, ia pun takut bila Mawar akan menyakiti Rosa juga"Papah tahu. Dia sudah Papah amankan. Kamu tidak perlu khawatir!"Sontak Hasan langsung mematung, tangannya diam,

  • Rahasia di Balik Perjalanan Dinas Suamiku   Gelagat Hasan

    Rosa turun dari mobil dengan perasaan tak karuan memandangi rumah yang hampir 1 tahun ia tempati, dan 7 bulan terakhir tanpa seorang suami menemani. Wajahnya datar tanpa ekspresi, perutnya yang membuncit sedikit di elusnya, sambil berjalan Rosa menatap sekitar halaman rumahnya. Bunga-bunga yang bermekaran, dan selalu ia rawat, kini tampak gersang ... segersang hatinya sekarang."Bu, saya jemput Chika dulu," kata Bi Wiwid sebelum mereka masuk ke dalam rumah. "Eum," sahut Rosa sambil menganggukan kepalanya. Bergegas Bi Wiwid pergi ke rumah yang ada di sebelah rumah majikannya. Rumah Nara, tadi ia menitipkan Chika di sana. Sedang Rosa, ia masuk duluan ke dalam rumah, perasaannya semakin tak karuan kala melihat taman yang ada di halaman belakang. Taman itu tempat yang ia gunakan untuk acara nuju bulan, tetapi serangkaian acara itu telah hancur bersama datangnya badai, juga sebuah kenyataan yang selama ini tidak ia ketahui. "Jadi ... kamu benar-benar mengkhianati aku, Mas," lirih Rosa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status