แชร์

Rahasia di Ranjang Malam Pertama
Rahasia di Ranjang Malam Pertama
ผู้แต่ง: Lolly

1 | Malam Pertama

ผู้เขียน: Lolly
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-27 10:57:57

Atmosfer canggung memenuhi ruangan. Daisha gugup ditatap lekat oleh suaminya.

Ini malam pertama selepas pagi tadi melangsungkan akad nikah.

"Boleh dibuka kerudungnya?"

Daisha berdebar makin brutal. "Boleh."

Apakah lelaki itu juga sama deg-degan seperti dirinya? Daisha menebak-nebak.

Sambil duduk, Garda melepas lembut hijab instan yang Daisha persilakan.

Makin brutal detak jantung, Daisha rasa hijabnya makin terlepas. Dia meremang saat kepalanya tak lagi tertutup, juga tersipu saat mendapati sorot mata suami yang sepertinya terpesona.

Sontak Daisha menunduk. Ini pertama kali dia menunjukkan helai rambut kepada lelaki atas kehendaknya.

"Cantik."

Dipuji begitu, Daisha menunduk malu-malu.

Garda senyum. Meraih sejumput helaian dan diciumnya ujung rambut Daisha.

Praktis Daisha meremas piama mendapati perlakuan manis pria halalnya, bahkan sempat menahan napas. Wajar, kan, dia merasa tersanjung?

Ini yang benar.

Seperti ini yang seharusnya Daisha miliki di pengalaman pertama hendak bercinta, alih-alih ... ah, tidak.

Lupakan.

Dagunya disentuh, Daisha terkesiap. Jemari suami telah beralih menuntun lembut wajah Daisha agar saling menatap. Yang mana detik itu, Garda melabuhkan sebuah kecup di kening.

Daisha memejam. Hatinya menghangat. Tak berselang lama, dia merasakan sebuah sapuan lembut di bibir.

Oh, Tuhan!

Sepertinya Daisha telah benar-benar jatuh cinta.

Gerakannya lembut, membelai keranuman Daisha yang tersisa. Bibir ini diajak berdansa, menimbulkan bunyi decap yang menjadi bukti peraduan. Daisha membalas dengan kuluman amatir.

Dari yang ringan, pelan dan ragu, kini intens dan menuntut. Ciuman itu sampai menghasilkan suara lenguhan yang Daisha sendiri kaget mendengarnya.

Oh, sejak kapan tubuh Daisha sudah direbahkan? Dengan suami yang berposisi di atasnya.

Bolehkah Daisha menikmati ini?

Pantaskah dia menerima semua yang tersaji dari sosok Garda Pangestu Samarawijaya?

Hati Daisha perih karena ada sesuatu yang tak sanggup dikatakan.

"Kakak buka lagi, ya?" bisik Garda. "Pakaian kamu ganggu."

Daisha merona. "I-iya, Kak."

Lelaki itu tersenyum.

Bagaimana Daisha menjabarkannya, ya? Dari senyuman tersebut ada kerlingan genitnya. Seorang Garda bisa seperti itu rupanya. Kakak kelas Daisha sewaktu di sekolah.

"Ja-jangan diliatin kayak gitu!" Gugupnya Daisha begitu kentara. Dia menjulurkan tangan dan menutupi mata suami.

Detik di kala kancing piama sudah dibuka seluruhnya. Malu. Ini yang pertama, meski bukan benar-benar yang kesatu.

Garda menyingkirkan tangan Daisha, menguncinya di sisi kepala.

Daisha menelan saliva. Suaminya bilang, "Kakak pengin lihat seluruh tubuh kamu, bahkan pengin ... ada di dalem kamu. Ini agenda malam pertama kita, Ais."

Daisha sampai tak bisa berkata-kata.

Kembali, bibir suami menyusuri wajah Daisha. Kecupan ringan yang terasa sensual lalu mampir di daun telinga. Daisha agak terkesiap saat lelaki itu menggigitnya. Sontak desahan Daisha mengalun.

"Kak—!"

Geli.

Pria ini bahkan menangkup dada Daisha. Lagi, Daisha terkesiap. Refleks meremas rambut putra Mama Gea. Di mana kini bibir Garda tengah menjelajahi leher yang selama ini tertutup khimar.

Kulit Daisha putih. Bukan karena berhijab, tetapi genetik.

Di bawah sinar lampu benderang, Daisha tersadar bila kini pakaiannya sudah lekang tak menutupi nyaris seluruh badan. Bahkan bra pun sudah turun ke perut.

Ya Tuhan, sejak kapan?

Daisha terlalu sibuk menahan desahan, mengendalikan tubuh yang dibuat tak keruan, dan ... menenangkan pikiran yang tiba-tiba runyam.

Garda mulai melepas kaus. Jantung Daisha bertalu-talu mendapati ketelanjangan lelaki, meski hanya bagian atas. Auto memalingkan muka, tetapi wajahnya diraih hingga saling pandang lagi.

"Kakak lebih suka kamu natap ke arah sini."

"Aku malu, Kak." Jujur saja.

Garda terkekeh. "Kakak yang telanjang, kok, kamu yang malu?"

Entahlah.

Tapi, kan, ini Daisha juga sama telanjang. Makanya itu Daisha menyilangkan tangan di dada saat ada kesempatan. Menggigit bibir bagian dalam pertanda malu sungguhan.

Lagi-lagi Garda mengunci tangan Daisha di dekat kepala.

Bersitatap.

Bra yang masih tersangkut di tubuh Daisha pun lelaki itu singkirkan, dipandangi juga perut Daisha.

Gugup. Daisha tak nyaman ditatap seintens ini.

"Cantik."

Lagi, suaminya memuji. Sebelum berikutnya membuat Daisha menggeliat.

Oh, tidak!

Ada sesuatu yang menyusup ke dalam satu-satunya kain di tubuh Daisha. Area percabangan menuju kaki.

Daisha memekik tertahan.

Sejujurnya, ini asing bagi Daisha walau—

"Sakit?"

Bisikan Garda memangkas narasi dalam benak Daisha.

Dan setahu Garda dari obrolan mesum para sobatnya, terkhusus Daaron—yang kini bahkan jadi sepupu ipar, penyatuan di malam pertama itu menyakitkan bagi istri, sekadar diselipkan jemari.

Daisha merah padam. Gelisah sekali dengan sesuatu di area bawah itu. Disentuh bagian paling intim dari tubuhnya.

"Rileks," bisik suami.

Apa hanya Daisha yang tegang? Terlebih saat celana dalamnya diloloskan.

Argh!

"Jangan dilatin terus, Kak!" Sambil Daisha rapatkan kakinya.

"Kenapa? Ini cantik."

Astaga.

Jangan bilang Garda terpesona oleh sesuatu yang Daisha sendiri malu menunjukkannya?

Benar. Tatapan Garda memuja keindahan yang khas dari tubuh Daisha, lalu dia dekatkan bibir ke sana.

Jangan tanya bagaimana kabar Daisha, dia ... entahlah. Tidak keruan. Daisha dibuat tidak berdaya, hingga akhirnya datang sebuah gelombang hasil cumbu di titik paling sensitif.

Seperti ada yang mau keluar.

Daisha panik, tetapi ... langsung lemas. Dia menutup wajah, urung menjauhkan kepala suami dari titik intimnya.

Ini gila.

Sekarang punggung tangan Daisha dikecup-kecup, lalu disingkirkan dari wajah yang merah padam.

Garda senyum.

Tak lama, lelaki itu berucap, "Kalo sakit bilang, ya?" Sambil melepas sisa kain di tubuh, membuang celana dengan sembarang. Dia membisik, "Meski mungkin Kakak nggak bakal berhenti."

***

Ada dua titik intim yang tengah diperjumpakan. Lalu desah napas yang bertemu, halus penuh makna.

Daisha melirih, dapat dia rasakan sebuah kunjungan paling sensual dari pria yang pagi tadi menjabat tangan papa.

Detik di mana sebagian kecil dari tubuh suaminya menyelinap masuk, pelan-pelan, yang dituntun dengan tangan. Daisha menahan napas di saat pertemuan alat intim itu terjadi.

Dan, dalam sekali entakan. Daisha praktis terdorong. Ada getar samar di tubuhnya, juga ketegangan.

"Maaf. Sakit, ya?"

Garda mengecup-ngecup wajah Daisha. Detik di sebelum tautan intim itu dia permainkan hingga menghasilkan bunyi erotis. Daisha merona.

Beginikah rasanya?

Lembut dan bertenaga.

Tidak melukai. Walau dipercepat, tetapi tidak menyakiti.

Hingga akhirnya, Garda dan Daisha saling berpelukan, ada rasa kepuasan yang lebih dari sekadar fisik. Pun, ada kehangatan yang menjalari hati Daisha. Tubuh satu sama lain mencapai titik puncak.

Sempurna.

Sampai Daisha meneteskan air dari sudut mata.

Sekali lagi Daisha mendapati kecupan di kening, bahkan lelaki itu memupuskan jejak air matanya sambil bilang, "Kakak cinta sama kamu, Ais."

"Aku juga, Kak." Jadi, bisakah berlangsung selamanya?

"Kamu tahu? Rasanya, Kakak orang paling bahagia malam ini. Bisa dapetin kamu, meluk, cium, dan ... semua."

Wanita pujaan yang selama bertahun-tahun Garda cintai dalam diam, lalu memerjuangkan sampai akhirnya dia dapatkan. Daisha tahu. Waktu sekolah pun pernah kedapatan sedang curi-curi pandang, lalu tersipu samar kala Daisha pergoki. Bukan begitu?

***

Beranjak pada dini hari, Daisha terlelap.

Namun, didapatinya usapan sesuatu pada area intim, sontak dia terbangun.

"Kaget, ya?"

Ada Garda yang sedang membasuh keintiman Daisha, itu yang membuatnya terkesiap.

Garda tersenyum. "Cuma dibersihin, takutnya kamu merasa lengket—eh, maaf."

"Biar aku aja, Kak."

"Udah, kok."

Lepas itu, Daisha direbahkan lagi. Diselimuti.

"Gih, lanjut tidur."

Daisha pegang selimutnya. Garda menatap dalam diam, Daisha balas. Saat lelaki itu senyum dan berbalik, barulah Daisha pejamkan mata.

Kalian tahu? Tak ada jejak darah sedikit pun. Ya, mungkin karena Daisha pernah jatuh dan terluka 'itunya?' Olahraga berat? Atau memang tipis selaput daranya.

Sepemahaman Garda, darah tidak menjadi simbol dari keperawanan wanita. Tak ada yang bisa benar-benar menjadi patokan perempuan ini masih perawan atau tidak, kecuali dari pengakuan wanita itu sendiri. Dan Garda rasa, tak perlulah dia tanyakan atau membahasnya dengan Daisha.

Garda melenggang menyimpan handuk tadi, lepas itu dia kembali.

Tertangkap mata adanya nyala di layar ponsel.

Garda meraih benda itu.

Kalau tidak penting, akan Garda letakkan lagi. Kalau penting, besok Garda kabarkan kepada Daisha begitu bangun.

Namun, ini ....

[Akhirnya kamu nikah juga, ya, Ais? Selamat. Semoga dia nggak mempertanyakan keperawanan kamu. Ah, tapi kayaknya udah kamu ceritain, termasuk soal anak kita yang gugur itu.]

***

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (8)
goodnovel comment avatar
Wulan Ruslan
Mengecewakan. Merasa tertipu bangt Garda. Untng ngga langsung di talak 3 kamu Ais. Mana mulut lancar banget bohong ny ...
goodnovel comment avatar
Wulan Ruslan
Hadirrr akhirnya
goodnovel comment avatar
Ziana Anindya
kejoetannn wk
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   Epilog

    Tuhan ....Kebahagiaannya sempurna, baik milik Daisha dan Garda. Kehadiran buah hati mereka yang kedua melengkapi itu.Tangan kecilnya, kaki mungilnya, hingga suara tangisnya yang menambah kehangatan di dalam rumah ... kelak akan sangat dirindukan bila bayi itu sudah dewasa.Seperti halnya Adya, tutur cadelnya, pertanyaan-pertanyaan ajaibnya, hingga momen-momen dia tantrum walaupun sering menyebalkan, tetapi kelak pasti akan jadi kisah yang penuh tawa kala diceritakan ulang.Bisnis tetap lancar berjalan, tak ada lagi gangguan dari orang ketiga—macam Leona dulu, misal?Maka dari itu, Daisha sebut sempurna.Garda menjadi sosok suami dan ayah yang baik. Dia laki-laki yang pernah Daisha sukai saat remaja, pun konon Daisha adalah perempuan kecintaan putra Mama Gea.Yang dulu sekadar lirik-lirikan saja sudah sangat menyenangkan, kini bahkan sudah punya anak dua. Bayangkan sesenang apa mereka?Namun, untuk tiba di tahap ini ada momen paling pahit di hubungan mereka. Dan itu akan Daisha jadik

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   Extra Part 2

    "Kata dokter harus sering-sering dijenguk dedeknya, Mi, biar persalinan nanti lancar." Sembari tersenyum-senyum Garda memaparkannya. Kalian tahu, kan, apa maksud dari tutur katanya itu? Berhubung ini sudah menapak di usia kandungan Daisha yang kedelapan. Persiapan bersalin adalah kunjungan ke tempat persemayaman dedek bayi oleh ayahnya. Dan urusan jenguk-menjenguk anak di dalam kandungan merupakan kesenangan Garda sejak Daisha hamil anak pertama. Sebelum hamil juga Garda suka rutinitas itu. Ya, pahamlah. By the way, Adya sudah legowo menerima fakta bahwa dia akan punya adik. Awal-awal Adya merajuknya sampai harus digendong oleh Daisha. Namun, untunglah bisa dirayu dengan bobok bareng mami-papi. Meski begitu, Garda dihinggapi kekhawatiran kepada Daisha—takut tak sengaja Adya menendang perut hamil tersebut. So, selama momen bobok bareng anak, Garda sering terjaga. Memantau gaya tidur Adya, jangan sampai menendang-nendang. Sebisa-bisa Garda tidak menunjukkan sisi protektifnya ke

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   Extra Part 1

    "Kamu serius?"Lima bulan kandungan Daisha, anak kedua bersama sang suami, hari itu dia sedang merasakan yang biasa orang-orang sebut 'ngidam'. Dulu ngidamnya nasi jamblang sewaktu hamil anak pertama, sekarang sederhana saja, Daisha ingin makan buah naga putih. Namun, mungkin ini lebih merepotkan.So, Daisha mengangguk. Garda diam sejenak, lalu menunduk menatap apa yang telah tersaji di depannya. Buah naga. Yang repot bukan soal mendapatkan buah naga putih, tetapi hal lain yang menyertai keinginan Daisha."Yakin bukan akal-akalan kamu buat ngerjain suami, Ais?" tutur Mama Nuni.Nah, mama mertua Garda saja sampai buka suara. Soalnya ...."Ya udah, jangan, Kak. Nggak pa-pa, nggak jadi," putus Daisha. Sejak tadi dia sendiri merasa sungkan, sih. Lebih ke ... merasa kurang ajar saja ingin buah naga putih yang Garda pisahkan dari bijinya.Tahu biji buah naga sebanyak apa, kan? Dan menempel di dagingnya. Lain cerita kalau semangka, tetapi ini buah naga. Catat! Buah naga. Harus Garda congke

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   87 | Rahasia di Ranjang Malam Pertama [END]

    "Minumlah," ucap Garda, duduk di depan seorang wanita yang pagi ini dia hubungi agar datang ke Coffee U. Hari itu K&G U milik Daisha-Garda belum buka. Sengaja karena akan ada pertemuan dengan Leona yang Garda cipta. Ah, ya, benar. Leona nama gadis di depannya. Tidak. Jangan salah paham dulu. Garda membuat pertemuan ini atas izin dari Daisha, telah berdiskusi dan Daisha menyaksikan sendiri bagaimana isi pesan Garda kala meminta Leona bertemu. Leona berdeham. Dia meraih gelas milkshake dan menyedotnya perlahan. Sepelan dirinya meletakkan gelas itu ke meja. Leona mengulum bibir, tersenyum tipis. "Ini ... sengaja belum buka atau emang gimana, Kak?" Hanya ada bartender dan itu pun masuk ke dapur. Alhasil, di dalam kafe cuma ada Garda dengan Leona rasanya. Berdua. "Iya. Kan, saya mau ngobrol serius sama kamu." "Oh?" Wah ... Leona berdebar. Tahu bahwa ini salah, tetapi hati tak terkendali. "Kalau begitu langsung saja, ya? Sebelumnya maaf semisal ini akan menyinggung perasaan kamu, ta

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   86 | Merasa Berguna

    Hari itu rumah Daisha dan Garda kedatangan tamu, yakni om dan tante alias orang tua Dikara."Maaf, ya, Ais ... Tante baru ke sini." Tante Marlena cupika-cupiki dengan Daisha.Tentu tak apa. Daisha memberikan senyum penuh pengertiannya. "Nggak pa-pa, Tante. Malah makasih, lho, ini, Tan. Sampai bawa banyak buah tangan, Adya kesenengan itu dibeliin makanan sama mainan."Dan—banyak lagilah, ya, obrolannya yang tidak bisa Daisha ceritakan dengan detail. Pokoknya, hari itu berlalu.Perlahan mulai semakin membaik, termasuk kondisi mental Daisha yang rutin konsultasi dengan psikolog. Apalagi tempo lalu Daisha habis bertemu Leona, sosok yang pernah me-notice aibnya di muka umum.Garda sempat emosi saat Daisha menceritakan tentang pertemuannya bersama Leona. Si mantan murid itu sudah kuliah, by the way. Garda bahkan ingin memberi peringatan keras kepada wanita itu, tetapi Daisha menghadang.Ya, janganlah. Lebih baik diabaikan, khususnya oleh Garda. Kalau ada respons walau tanggapan Garda negati

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   85 | Kejutan Ala-Ala

    Daisha mengeratkan genggaman tangannya di pergelangan tangan Adya dengan samar, ada sesosok perempuan yang menghampiri dengan sok akrab."Hai ...."Bukan kepada Daisha, tetapi kepada Adya. Senyum sambil menjulurkan tangan untuk mencubit-cubit pipi putra Garda.Adya diam saja."Apa kabar, Mbak?"Tiba-tiba sekali jadi terasa bak kawan lama. Itu Leona. Ini serius urat malunya sudah putus, ya? Bahkan, kok, macam tak berdosa begini dengan penuh percaya diri menyongsong Daisha dan putranya?Saat di museum Coffee U. Daisha datang mau lihat bagaimana sistem operasional yang sudah Garda terapkan. Semula happy-happy saja saat di bagian kafe, tetapi memasuki area museum ... ada Leona rupanya.Garda, sih, tidak di sini. Daisha dapat pesan bahwa lelaki itu sedang bertemu kolektor lukisan.Daisha yang telat membaca pesannya, juga telepon dari Garda tidak terjawab saat lupa mengaktifkan mode bunyi. Dibuat mode hening supaya Adya tidak merasa ter-notice untuk: "Mami, Adya pinjam hape Mami, boleh? Bol

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status