Share

14 | Kembali Bertemu

Author: Lolly
last update Last Updated: 2025-08-06 16:49:56

"Denger, ya. Nggak akan ada yang percaya, bahkan orang tua kamu sekali pun, karena aku yang bakal bikin semuanya jadi begitu."

"Yang ada nanti orang tua kamu kehilangan muka, kehilangan citra baiknya, terus dikerubut rasa malu sampe buat nunjukin wajah ke pintu umum aja gak berani."

"Di luaran sana orang-orang yang nggak kenal kamu sekali pun akan lihat gimana sosokmu yang telanjang ini, apalagi yang tahu siapa kamu."

"Dan anak-anak yatim yang mengagumimu, anak-anak polos yang sampai punya impian pengin jadi kayak Kakak Ais ini, orang-orang rapuh yang kamu kuatkan, bayangin dulu aja gimana kecewanya mereka."

"Dampaknya."

"Bayangin."

"Bahwa ... oh, percuma pake hijab juga. Percuma nutup aurat juga. Kak Ais yang begitu aja ternyata 'begini.'"

"Dan mereka akan berpikir, belum tentu orang baik itu baik. Buat apa jadi orang yang tampilannya sebagus Kakak Ais, yang citranya se-MasyaAllah dia, tapi ternyata ... busuk."

"Terus berpikir, okelah, mending yang keliatannya nakal s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Kinkin Sukini
kuat banget kamu ais.... semoga kesakitanku berubah indah pada saatnya nanti...
goodnovel comment avatar
Kinkin Sukini
aiisss..... mungkin lebih baik kamu gak ada aja, biar mereka semua menyesal...
goodnovel comment avatar
Kinkin Sukini
ya allah.... ais kesakitan sendirian tanpa ada penolong.... ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   15 | Keberanian yang Impulsif

    Garda tidak melihat Daisha yang biasanya keluar kamar subuh-subuh, lalu masak. Sudah tiga hari ini wanita itu hanya kelihatan di sore hari saja.Tak mau menunjukkan kepedulian, Garda pun langsung melenggang dengan urusannya. Biasanya juga begini, tak pernah ada pamit atau izin-izinan.Garda hanya ingin Daisha mendapatkan titik nyerahnya, lalu jujur dan tidak ada rahasia-rahasiaan lagi, sekali pun Garda akan membicarakannya kepada Papa Genta. Jika memang dilecehkan, bukankah sudah sepatutnya ditindak? Dan di sini, Daisha menatap ke luar jendela dengan pandangan kosong. Pikirannya penuh sejak pertemuan dengan Ilias lagi.Salah satu hal yang membuat Daisha tak mau pulang ke kota kelahiran, yang justru memilih mencari kota lain saat melarikan diri dari tanah rantau penuh sejarah kelam, yaitu keberadaan Ilias.Daisha sebisa-bisa menjauh. Sebisa-bisa mengubur kepahitan. Niat awal juga Daisha tak mau menikah, tetapi ... Garda membuatnya berubah. Sayang, Daisha memilih jalan yang salah.Lal

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   14 | Kembali Bertemu

    "Denger, ya. Nggak akan ada yang percaya, bahkan orang tua kamu sekali pun, karena aku yang bakal bikin semuanya jadi begitu." "Yang ada nanti orang tua kamu kehilangan muka, kehilangan citra baiknya, terus dikerubut rasa malu sampe buat nunjukin wajah ke pintu umum aja gak berani." "Di luaran sana orang-orang yang nggak kenal kamu sekali pun akan lihat gimana sosokmu yang telanjang ini, apalagi yang tahu siapa kamu." "Dan anak-anak yatim yang mengagumimu, anak-anak polos yang sampai punya impian pengin jadi kayak Kakak Ais ini, orang-orang rapuh yang kamu kuatkan, bayangin dulu aja gimana kecewanya mereka." "Dampaknya." "Bayangin." "Bahwa ... oh, percuma pake hijab juga. Percuma nutup aurat juga. Kak Ais yang begitu aja ternyata 'begini.'" "Dan mereka akan berpikir, belum tentu orang baik itu baik. Buat apa jadi orang yang tampilannya sebagus Kakak Ais, yang citranya se-MasyaAllah dia, tapi ternyata ... busuk." "Terus berpikir, okelah, mending yang keliatannya nakal s

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   13 | Kecupan Hangat

    "Pas banget, Mama juga lagi kangen sama kalian. Baru aja bilang sama papa, gimana kalo besok main ke rumah Ais. Ya, Pa, ya?" ucap mama seraya melirik papa. Pun, menyambut anak-menantunya. "Iya, nih. Eh, tahu-tahu nyetrum ke Garda. Nelepon Papa sama mama ada di rumah apa nggak. Bisa gitu, ya?" Papa terkekeh. Daisha mencium tangan orang tuanya seperti yang Garda lakukan. Yang membedakan, senyum Daisha bahkan kaku. "Eh, tangan Ais dingin banget. Lagi sakit, Nak?" tanya mama. Masih sambil menjabat tangan putrinya. "Lho, pucet juga mukanya. Sakit, Sayang?" Kening Daisha sampai disentuh, mengukur suhu tubuh. Mama tampak begitu khawatir. Sontak, Daisha menggeleng. "Di mobil AC-nya dingin, masih kebawa-bawa sampe sini kayaknya, Ma." "Beneran?" Mama Nuni tampak tidak percaya. "Papa telepon dokter dulu." "Eh, nggak usah, Pa. Ais nggak pa-pa, beneran." "Di rumah," celetuk Garda. Dan sepertinya saat-saat sang suami buka mulut, Daisha selalu dirundung takut. Jantungnya berdebar kencang. "

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   12 | Tak Teryakinkan

    "Kalo sampe ada cewek lain ...." Daisha berucap di detik Garda masuk rumah. Sontak membuat langkah lelaki itu berhenti dan memandangnya yang duduk di sofa ruang tamu. Sejak tadi Daisha menunggu. Dari saat matahari masih bertugas sampai bumi disinari rembulan."Apa? Cerai?"Datar nada suara Garda, tetapi Daisha berasa dicemooh. Mungkin karena ekspresi suaminya di setelah mengatakan dua kata itu."Tolong jangan terlalu terang-terangan." Lirih Daisha lantunkan, sebab ada perih di dalam dada yang tak kuasa dia tepikan. Ini yang hendak Daisha utarakan.Walaupun sebenarnya ... bukan.Daisha tak sanggup bilang cerai, meski kata pisah sempat menggentayangi pikiran."Tolong jangan sampai ketahuan, Kak." Justru ini yang dia utarakan, dengan sisa-sisa ketahanan. Tak mau ada air mata yang membersamai ucapannya.Tampak di sana, sepertinya Garda mendengkus tak habis pikir. Apalagi saat Daisha rampungkan, "Khususnya sama papa dan mamaku, jangan sampai mereka tahu."Tatapan Daisha dan Garda bertemu.

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   11 | Pemilik Kucir Rambut Pink

    [Abang, jam dua siang jadi, ya.] Daisha membaca notifikasi pesan masuk di ponsel suami. Yang saat itu langsung Garda telungkupkan ponselnya. Benar, sedang sarapan dalam keheningan seperti biasa. "Abang?" Daisha me-notice. Garda diam saja. Daisha mulai merasa kesulitan menelan makanannya. Rambatan perih itu datang, menggentayangi dengan denyut nyeri dalam dada. Rongga paru sampai dirasa menyempit. Oh, Daisha sesak. Dan dalam ketercekatan itu dia tanyakan, "Berapa umurnya, Kak?" Tidak dijawab. Daisha meremas sendok tanpa sadar. "Lebih muda dari aku, kan, pasti?" ucap Daisha lagi. Yang dia yakini sebagai sosok serupa dengan si pemilik kuciran pink di laci dashboard mobil Garda kemarin. Gardanya masih mode hening. Daisha menggigit bibir bagian dalam. Tak tahan, tetapi ditahan-tahan sampai tergelincir ucapan, "Dikara pernah lihat kalian jalan bareng." Oh, akhirnya Daisha tuturkan tentang yang selama ini cuma menggelayuti pikiran. "Dan aku lihat dari video call

  • Rahasia di Ranjang Malam Pertama   10 | Karet Kucir Pink dan Biru

    "Sampai kapan kita mau kayak gini terus, Kak?" "Masih nanya?" Daisha menatap Garda yang sedang mengganti pakaiannya jadi lebih casual. Daisha sendiri juga mengganti gamisnya dengan kaus dan celana training milik lelaki itu walau agak kebesaran. Menolak sopan baju Mama Gea, memilih pakaian suaminya. Garda meraih ponsel di nakas. Kemudian duduk bersandar ke kepala ranjang dan fokus dengan benda itu. Daisha memainkan jemari. "Aku bukannya nggak mau ngasih tahu, tapi nggak bisa." Garda mendengkus. "Bisa. Kamunya aja yang nggak mau." Daisha menahan napas sebab rasa sesak itu kembali menyerang dada. "Kalau aku kasih tahu, Kakak bisa janji buat nggak usah melakukan apa pun dan terus rahasiakan ini dari semua orang, terkhusus papa dan mamaku?" Ada sorot mata yang terlempar sengit. Itu tatapan Garda kepadanya. Daisha lagi-lagi dihujami tatapan yang demikian. Lain dengan sorot lembut yang Daisha pancarkan. "Bukan aku mau ngelindungin orang itu, Kak. Bukan. Aku juga maunya dia t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status