Home / Rumah Tangga / Rahasia di balik Pernikahan / Istri sekaligus pelayan

Share

Istri sekaligus pelayan

Author: Amoyakasara
last update Last Updated: 2024-09-11 12:38:32

Udara segar di pagi hari menyerbak menelisik setiap Azkiya menarik napas. Wanita itu tengah bersiap karena ia akan mulai kembali bekerja. Ya, bekerja sebagai pelayan di kafe milik suaminya sendiri. Namun kewajibannya untuk melayani Arza sebagai suami tidak ia sepelekan. Azkiya tidak ingin melalaikannya meski mungkin pernikahannya tidak sama layaknya seperti orang lain.

Setelah bangun dan melaksanakan sholat subuh Azkiya langsung turun ke bawah untuk membuat sarapan. Sebelumnya baju untuk Arza juga telah Azkiya siapkan di sisi ranjang. Wanita itu bersikap selayaknya seorang istri meski Arza tak menganggapnya seperti itu.

Tidak lama berselang Arza turun dan langsung pergi menuju teras, melihat hal itu Azkiya bergegas membuat teh untuk suaminya. Teh telah siap, kaki Azkiya perlahan melangkah menuju teras untuk menyuguhkan minuman itu. Terlihat Arza tengah sibuk dengan ponselnya. Lelaki itu terus menunduk hingga tak menyadari kedatangan Azkiya. Tangan Azkiya terulur untuk menaruh teh. Dengan sengaja ia meletakan gelas itu dengan sedikit keras agar Arza sadar kehadirannya.

Namun Arza hanya melihatnya sekilas. Ia kembali sibuk dengan ponselnya. Azkiya hanya bisa diam melihat hal itu lalu memilih kembali untuk melanjutkan pekerjaannya tadi. Ternyata ibu mertuanya sudah berada di dapur juga. Ia sedang meminum teh yang memang sengaja Azkiya buatkan tadi. Wanita paruh baya itu tersenyum kala menantunya datang menghampiri.

Sarapan telah selesai. Azkiya berniat memberitahu sang ibu mertua tentang keinginannya untuk tetap bekerja. Azkiya mengangkat wajahnya dengan ragu.

“Ibu,” panggil Azkiya. Ibu mertuanya menatap ke arah sumber suara.

“Aku akan tetap bekerja. Dan hari ini aku sudah masuk,” tutur Azkiya.

Ibu mertuanya mengernyitkan dahi.

“Tapi kafe itu milik suami kamu. Bagaimana bisa kamu tetap bekerja di sana? Bukankah saat ini kamu juga sudah menjadi istri pemiliknya?” tanya mertuanya bingung.

Azkiya tersenyum.”Aku hanya tidak ingin meninggalkan rutinitasku saja, Bu. Aku juga sudah mendapat izin dari suamiku.”

Setelah mendengar hal itu Lina langsung melihat ke arah sang anak yang sedari tadi hanya diam.

“Arza?” panggil Lina meminta penjelasan.

“Aku memang mengizinkannya, Bu. Tidak mengapa jika itu yang dia inginkan selagi kewajibannya sebagai istri tidak terabaikan,” tutur Arza dengan santai. Azkiya tertawa miris dalam hati saat mendengar Arza meyinggung soal kewajiban.

Lina kembali memandang sang menantu dengan ragu. Namun Azkiya mengangguk untuk meyakinkannya.

“Baiklah. Tapi kamu jangan terlalu capek, ya. Dan itu tugasmu juga Arza untuk menjaga istrimu.” Tatap Lina pada anak lelakinya. Arza hanya mengangguk pelan.

Setelah rampung membereskan bekas sarapan, Azkiya bergegas bersiap-siap untuk berangkat kerja. Saat ia masuk ke dalam kamar, terlihat Arza juga sedang memakai pakaiannya. Sekilas Azkiya memperhatikannya lalu melangkah untuk menghampiri sang suami.

Arza menatap Azkiya penuh tanya. Tamun Azkiya hanya diam. Tangan Azkiya terulur untuk membantu merapihkan kerah baju Arza. Lelaki itu sempat mundur untuk menghindar.

“Tidak perlu,” tolak Arza. Hati Azkiya teriris mendengar penolakan dari Arza. Tapi ia tidak akan  langsung menyerah.

“Kamu sudah berjanji. Jadi biarkan aku melakukan kewajibanku sebagai istrimu,” pinta Azkiya.

Arza terdiam sebentar seraya menatap Azkiya. Akhirnya Arza sedikit memajukan tubuhnya pada Azkiya agar sang istri mudah menggapai tubuhnya. Arza memang jauh lebih tinggi Azkiya. Azkiya tersenyum. Ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Tak lama Arza telah siap. Lelaki itu lalu turun ke bawah meninggalkan Azkiya. Wanita itupun bergegas mengganti baju selepas suaminya pergi. Sampai di bawah terlihat Arza sedang berbicara dengan sang Ibu. Lalu kedatangan Aazkiya membuat kegiatan itu berhenti.

“Azkiya! Kamu berangkat dengan suamimu, ya!” titah Lina menatap menantunya.

Netra Azkiya langsung melihat ke arah Arza, sepertinya ia sama terkejutnya dengan Azkiya. Azkiya hanya diam tidak menjawab.

“Tentu saja, Bu,” jawab Arza.

Azkiya diam tak percaya. Tapi setelah itu Azkiya baru sadar perkataan Arza sebelumnya. Lelaki itu akan memperlakukan Azkiya dengan baik jika di hadapan sang Ibu.

“Baiklah. Aku dan Azkiya berangkat dulu, ya,” pamit Arza seraya mencium tangan sang Ibu. Hal yang sama juga Azkiya lakukan.

Azkiya terdiam di samping mobil. Ia bingung harus duduk di depan atau di belakang. Pasalnya Arza memang tidak ingin dekat-dekat dengannya.

“Duduk di depan! Aku bukan sopirmu!” ketus Arza saat melihat Azkiya mematung. Tak ada yang Aazkiya katakan. Wanita itu hanya menuruti perintah sang suami dan langsung masuk.

“Pakai sabuk pengaman!” titah Arza lagi.

 Tangan Azkiya meraih sabuk pengaman. Tapi sayangnya ia kesulitan untuk memakainya.

Ckk!

Decak Arza kesal. Tiba-tiba ia meraih sabuk pengaman itu dan langsung memakaikannya pada Azkiya. Wanita itu hanya bisa menahan napas. Pasalnya Azkiya tidak pernah sedekat itu dengan Arza.  Azkiya merasa jantung akan meledak karena gugup. Hening. Tidak ada percakapan apapun di antara mereka.

“Kamu bisa menurunkan aku sebelum sampai di kafe,” ucap Azkiya memecah kesunyian. Wanita itu mencoba melirik sang suami. Tapi Arza hanya diam dengan tatapan lurus ke depan.

“Untuk apa? Semua karyawanku sudah tau jika aku menikahi seorang pelayan kafe. Jadi hal yang kamu katakan itu tidak berguna dan tidak akan merubah kenyataan apapun.”

Jlebb!

Azkiya hanya bisa terdiam saat mendengar jawaban Arza. Tiap kalimat yang keluar dari mulut Arza sangat menusuk hatinya. Azkiya hanya bisa terdiam mendengar apa yang Arza katakan. Memang tidak salah, hanya saja perkataan suaminya itu sangat merendahkannya. Setelah perkataan yang terlontar dari mulut Arza, suasana dalam mobil itu sunyi hingga mereka tiba.

Mobil itu berhenti di parkiran restoran. Arza tidak langsung turun, lelaki itu hanya diam seraya menatap ke depan. Azkiya berniat untuk turun terlebih dahulu. Namun, sabuk pengaman yang dia pakai sulit terlepas. Wanita itu menggerutu dalam hati seraya terus berusaha melepas sabuk pengaman yang melekat di tubuhnya. Ia tak menghiraukan Arza yang kini mulai menatap dirinya.

“Menyusahkan saja!” gerutu Arza. Sementara Azkiya hanya diam dan membiarkan Arza membantunya. Akhirnya sabuk pengaman itu terlepas.

“Apa perlu aku bukakan pintu untukmu juga?” tanya Arza yang membuat Azkiya tersentak. Lantas ia langsung buru-buru membuka pintu mobil.

Namun, gerakannya terhenti. Azkiya kembali menutup pintu mobil kala teringat sesuatu. Wanita itu mengubah posisi tubuhnya agar berhadapan dengan Arza. Ia menatap lelaki itu sebentar lalu mengulurkan tangan.

Arza terdiam sebentar, dia sedikit bingung sebelum akhirnya tahu yang dimaksud Azkiya. Akhirnya dengan berat hati Arza memberikan tangannya untuk Azkiya cium. Lelaki itu masih heran dengan sikap Azkiya. Tapi ia memilih mengabaikannya. Azkiya berlalu dari dalam mobil, begitu juga Arza yang ikut keluar menuju restoran.

Para pegawai terlihat berjejer di pintu masuk. Mereka berniat menyambut dan memberikan ucapan selamat pada bos mereka. Mereka sepertinya tidak menyangka jika Azkiya memiliki nasib yang sangat bagus karena dinikahi seorang bos. Setidaknya itulah yang tertanam dalam benak para karyawan, karena mereka tidak tahu yang sebenarnya.

Namun pertanyaan langsung terlintas dalam di pikiran mereka saat melihat Azkiya memakai pakaian seorang pelayan. Terlihat Atifa juga tengah melihat ke arah Azkiya dengan senyum sekaligus heran. Atifa adalah sahabat Azkiya sedari remaja. Mereka berdua bahkan melamar pekerjaan di kafe tersebut bersama-sama.

Azkiya berhenti di depan para pegawai yang tengah berjejer. Ia berniat menyapa sebentar. Ternyata Arza juga menghentikan langkahnya. Wanita itu berpikir jika Arza juga hendak menyapa para pegawai. Tapi, semua diluar dugaan.

“Apa kalian digaji olehku untuk hal seperti ini?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rahasia di balik Pernikahan   Aku mencintaimu hingga akhir

    “Ayah!”Tiba-tiba Aluna berlari menghampiri dan langsung menubruk tubuh Arza. Seketika perhatian mereka langsung teralihkan pada gadis kecil itu.“Iya, kenapa?” tanya Arza seraya memegang tubuh putrinya.Aluna memegang telunjuk sang ayah lalu menariknya agar bangun dari duduknya. Arza bangun menuruti keinginan sang putri.“Ayo ke sana!” ajak Aluna seraya menunjuk ke suatu arah. Gadis itu ingin ayahnya ikut bergabung dan bermain bersamanya.Arza melirik ke arah Azkiya. Ia bahkan belum sempat menyelesaikan pertanyaannya tadi, padahal Arza sudah mempersiapkan diri untuk hal itu.Tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan selain menuruti keinginan Aluna. Arza tidak sampai hati untuk menolak permintaan putrinya.Akhirnya Arza berjalan mengikuti langkah kecil Aluna. Matanya beberapa kali sempat melirik ke arah Azkiya. Perempuan itu hanya bisa tersenyum tipis karena sebenarnya ia juga penasaran dengan apa yang ingin Arza katakan.Tidak terasa mereka sudah seharian berada di pusat perbelanjaan ters

  • Rahasia di balik Pernikahan   Rasa yang sama

    Arza tertegun sebentar sebelum akhirnya mengangguk pelan seraya tersenyum kecil.Saat menyetir Arza terus terngiang-ngiang ucapan Azkiya sebelum ia pergi tadi. Entah mengapa tiba-tiba ada yang menghangat di sudut hatinya saat kembali mengingat hal itu.Hatinya berdebar saat membayangkan wajah Azkiya. Bayangan perempuan tersebut membuat Arza terus tersenyum sepanjang perjalanan menuju rumah.Lelaki itu bersumpah perasaannya pada Azkiya tidak pernah berubah sedikitpun.Keesokan paginya saat Aluna bangun ia langsung langsung menanyakan keberadaan sang ayah. Gadis kecil itu berpikir akan hidup satu rumah dengan ayahnya.“Bunda!” seru Aluna.“Hem?” Azkiya tengah sibuk menyiapkan bekal untuk dibawa putrinya ke sekolah.“Kenapa ayah tidak tinggal bersama kita?” tanya Aluna polos.Azkiya tertegun sejenak. Ia bingung bagaimana menjelaskan mengenai perceraian pada anak sekecil itu.“Aku ju

  • Rahasia di balik Pernikahan   Malaikat kecil, Aluna

    “Aku tidak akan menyarankan apapun. Keputusan ada padamu, Azkiya,” ujar Alwi.Azkiya tampak bingung setelah mendengar celotehan Aluna mengenai nenek dan kakeknya.Selama ini, Azkiya memang tidak pernah menunggu Aluna saat gadis kecil itu bersekolah karena ia memang harus bekerja.Azkiya hanya akan mengantarnya saat berangkat lalu menjemputnya saat waktu pulang tiba.Perempuan itu mendesah pelan setelah cukup lama berpikir. Meski ia dan Arza sudah berpisah, tapi Aluna tetaplah bagian dari keluarga Arza.Aluna tampak sangat gembira duduk di dalam mobil Arza. Gadis itu tak berhenti berceloteh membicarakan apapun yang ia lihat di sepanjang jalan.Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Azkiya menerima ajakan Arza untuk membawa putri mereka menemui neneknya.Sesekali Arza tersenyum mendengar ocehan Aluna yang duduk di belakang bersama Azkiya. Arza sadar mungkin kebahagiaan ini tidak pantas ia dapatkan, tapi hari ini adalah

  • Rahasia di balik Pernikahan   Setelah perceraian

    “Aluna! Kamu tidak apa-apa?”“Oh! Bunda! Iya, tadi Om ini menolongku,” jawab gadis kecil yang ternyata bernama Aluna tersebut.“Benarkah?” Seseorang yang dipanggil bunda tersebut kembali menanggapi.Arza masih terpaku dalam posisinya. Ia berjongkok membelakangi orang tua dari anak tersebut. Jantungnya mendadak berdebar. Apakah suara itu benar milik seseorang yang ia kenal?“Kamu harus mengucapkan terima kasih padanya!”“Terima kas….”Perempuan tersebut membeku dan tidak sempat menyelesaikan ucapannya saat Arza membalikkan tubuhnya.Arza mematung di tempatnya. Begitu juga perempuan tersebut yang terdiam seketika dengan mata membulat sempurna.Dua orang tersebut saling menatap satu sama lain dengan perasaan yang campur aduk.“Azkiya,” lirih Arza dengan suara yang hampir tidak terdengar.“Bunda?” panggil Aluna yang merasa heran

  • Rahasia di balik Pernikahan   Mengakhiri hidup?

    “Arza!” pekik Alwi saat melihat pemandangan di kamar Arza.Tampak Arza tengah berdiri di balkon. Sekilas tak ada yang salah memang. Namun, yang membuat Alwi segera berlari menghampiri adalah karena Arza berdiri di atas kursi tepat di depan pagar yang menjadi pembatas balkon.Benar. Arza memang berniat mengakhiri hidupnya.Alwi berlari dengan cepat lalu segera menarik tubuh Arza agar turun dari kursi tersebut. Ia kemudian membawa Arza menjauh dari pinggir balkon.Alwi benar-benar terkejut dengan apa yang ia lihat. Wajahnya tampak sangat tegang dan penuh ketakutan.“Apa yang akan kau lakukan, hah?” pekik Alwi. Ia menatap sahabatnya itu dengan segala emosi yang seketika bercampur baur.Tetapi tidak ada respon apapun dari Arza. Lelaki itu hanya diam seraya menatap lurus ke depan. Tatapannya kosong seperti tanpa jiwa.“Arza!”“Dengarkan aku!” bentak Alwi seraya mengguncang tubuh lelaki

  • Rahasia di balik Pernikahan   Kamu bukan pembunuh, Arza

    “Dengan sadar aku menjatuhkan talak padamu.”Kalimat talak Arza bercampur dengan suara air hujan mengalun lirih di telinga Azkiya.“Seperti permintaanmu aku akan mengurus perceraian kita. Jadi, kamu tidak perlu datang,” ujar Arza.Gelegar petir menyambar mengiringi jatuhnya air mata dari sudut mata Arza. Lelaki itu semakin mengeratkan genggamannya pada payung, ia berusaha menahan sesak yang semakin menghimpit dadanya.Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut Azkiya sebagai tanggapan dari ucapan Arza. Perempuan itu membeku mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar.Azkiya terpaku saat rasa sakit mulai merambah dalam hatinya. Meski ini yang Azkiya inginkan, tetap saja ia tidak dapat mengelak bahwa perasaannya hancur kala kata talak keluar dari mulut Arza.Mulut Azkiya terkatup rapat tetapi air matanya mengalir semakin deras. Ia berusaha menahan tangisnya agar tidak meledak di hadapan Arza.“Maaf, karena sampai akhir aku masih tidak mampu membahagiakanmu,” lirih Arza.Kakinya mela

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status