Share

Suara desahan di kamar istri

Jelas saja aku sangat terkejut dengan apa yang diucapkan oleh sahabat baikku tersebut. Mama meminta Satrio membatalkan pernikahan ku dan Hanin.

"Kamu bilang apa?" Aku semakin mengerutkan kening, ingin meminta penjelasan lebih lanjut.

"Apa yang mama katakan?" Kembali aku bertanya.

"Mungkin kita butuh waktu khusus untuk bicara bersama, tapi sebelumnya aku ingin kamu menyelidiki lebih dulu tentang istrimu, aku tidak ingin sembarang bicara karena takut merusak hubungan rumah tanggamu Dev. Tapi ucapan tante padaku terakhir kali terus membebani diriku hingga hari ini." Satrio kembali bicara pada seolah-olah berkata aku harus menyelidiki tentang Hanin.

"Aku tidak begitu percaya dengan ucapan mama mu, aku pikir lazim nya ketidaksetujuan orang tua tapi-," dan Satrio menggantung kalimatnya.

"Tapi apa?" Aku mendesak mendengar ucapan selanjutnya dari Satrio.

"Dev, Sat?"

Sial nya suara lain mengejutkan kami, menggantung pertanyaan di dalam hati dan kepala ku soal ucapan Satrio. Kami menoleh, satu sosok terlihat berdiri di hadapan kami. Cukup membuat ku terkejut bertemu teman kuliah lainnya di sini. Dan siapa sangka ada beberapa teman lainnya yang datang menyusul.

Pada akhirnya semua tidak selesai dibicarakan, beberapa kali aku melirik kearah Satrio, berharap ada penjelasan berikut nya tapi tidak ada waktu yang bisa kami miliki untuk menyelesaikan pembicaraan.

"Aku cukup sibuk mengurus penikahan Liliana, mari bicara setelah itu." Satrio bicara sebelum menghilang dari hadapan ku.

Dia pulang karena adik perempuan nya akan menikah, mengambil cuti beberapa hari. Pada akhirnya aku mengiyakan, sambil berkata.

"Aku akan menghubungi mu." Ucap ku pelan.

Dan pada akhirnya aku hanya bisa menghela nafas ku kasar, bergerak pulang dengan perasaan yang tidak karuan. Sambil mengendarai mobil sesekali aku memijat-mijat kepala ku.

Kenapa mama meminta Satrio menggagalkan pernikahan ku dengan Hanin? Lalu apa maksud Satrio agar aku menyelidiki soal Hanin. Dan yah aku baru sadar, aku tidak benar-benar pernah di kenalkan dengan keluarga Hanin, semua terasa terlalu rahasia. Aku hanya tahu soal ayah nya yang memang bertemu dengan ku tidak lebih dari 3 kali. Pertama di perkenalkan awal kami, ke dua saat lamaran dan ke tiga ketika ayah Hanin menjadi wali nikah istri ku. Lalu kami tidak pernah lagi bertemu.

Dan aku tahu dengan tante nya yang notabene nya tidak aku ketahui status nya, perempuan itu tinggal bersama kami mengurus banyak hal soal Hanin.

Ah aku lupa menceritakan nya di awal, yah ada tante Hanin yang ikut serta dan saat aku juga Hanin pindah ke rumah papa, tante Hanin ikut pindah. Hanya saja tante belum bisa ikut dan belum terlihat karena beliau pergi ke luar kota karena katanya ada urusan keluarga. Dia bilang akan pulang di akhir minggu ini.

Ditengah berbagai macam pemikiran yang menghantamkan diriku tanpa aku sadari aku telah sampai di rumah papa. Seketika aku membelokkan mobil ku ke halaman rumah, masuk ke bagian teras samping dan memarkirkan mobil di sana. Sejenak aku mengernyitkan dahi saat menyadari lampu dalam bagian depan rumah belum di nyalakan. Kenapa Hanin belum menyalakan lampu sama sekali.

"Hanin?" Aku melangkah masuk, pintu tertutup rapat dan terkunci. Buru-buru aku meraih kunci serap, membuka pintu tanpa basa-basi.

Aku pikir apa mungkin Hanin ketiduran di dalam atau jangan-jangan Hanin pergi ke luar dan lupa mengabari ku. Papa belum pulang juga dari rumah tante karena itu lampu belum di nyalakan tapi sejenak aku mengintip ke arah bagasi mobil, mobil lengkap di dalam sana termasuk mobil dinas papa. Hal itu jelas membuat ku mengernyitkan kening.

Aku terus melangkahkan kaki ku menuju kearah dalam, menyalakan lampu rumah dan bergetar masuk ke kamar tapi seketika aku terpaku tidak menemukan istri ku disana, berdiri di depan pintu dengan tangan kanan masih menggenggam handle pintu yang aku buka. Kini tatapan mata ku tertuju ke lantai atas, aku pikir mungkin Hanin di ruang kerja nya tapi apa mungkin papa sudah tidur di jam segini.

Buru-buru aku melangkah kan kaki ku menuju ke lantai atas, sama sekali tidak memiliki atau menaruh sedikit pun kecurigaan didalam hatiku. Hingga tiba-tiba saat aku ingin membuka pintu ruang kerja Hanin suara sesuatu mengganggu pendengaran ku.

Suara seseorang yang terdengar seperti men**sah, di balik kamar kerja istri ku. Jantung ku berdetak terlalu kencang, berbagai macam pemikiran menghantam diriku. Apa aku salah dengar atau bagaimana aku tidak tahu, aku mencoba mempertajam pendengaran sambil berusaha untuk membuka handle pintu kamar kerja Hanin.

Suara de***han nya terdengar semakin jelas dan membuat ku tidak baik-baik saja.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Leni Ardianti27
Istri laknat,,kasihan dev yang ditikam penghiatan oleh istri dan ayahnya sendiri...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status