Setelah pertemuan dengan ayahnya, Aria merasa seperti dirinya sedang berada di persimpangan jalan yang penuh tanda tanya. Keputusan-keputusan besar kini harus diambil—ke mana ia akan melangkah, dan apakah ia siap menghadapi kenyataan tentang keluarga yang selama ini ia kira tidak ada? Apa yang sebenarnya terjadi di balik dunia glamor dan kekuasaan yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya?
Hari itu, ia kembali menemui Adrian. Aria membutuhkan seseorang untuk berbicara, dan Adrian selalu ada, menawarkan ketenangan yang sangat ia butuhkan. Mereka duduk di taman kota, jauh dari keramaian hotel dan kehidupan sehari-hari yang biasa ia jalani. Namun, kali ini, dunia yang ia kenal mulai berputar dalam arah yang sangat berbeda. Adrian: "Aria, aku bisa lihat itu memberatkanmu. Jadi, apa yang kamu putuskan? Apakah kamu akan mengikuti jejak keluargamu, atau tetap bertahan dengan hidup yang sudah kamu jalani?" Aria menghela napas panjang, memandangi langit biru yang terlihat cerah. Matanya penuh kebingungannya. Aria: "Aku... aku merasa seperti dua dunia yang sangat berbeda. Satu dunia adalah kehidupan yang sederhana, yang kupilih, tempat aku merasa bebas meski penuh dengan perjuangan. Sementara dunia lainnya—dunia keluargaku—adalah dunia yang penuh dengan kekayaan, pengaruh, dan mungkin juga kebohongan." Adrian memandangnya dengan penuh perhatian, memahami betul apa yang sedang dirasakan oleh Aria. Adrian: "Dunia mereka mungkin terlihat sempurna, tapi terkadang, semakin tinggi seseorang berada, semakin besar pula bebannya. Dan seperti yang kamu tahu, kekayaan dan kekuasaan sering kali datang dengan harga yang sangat mahal." Aria menunduk, menyentuh tangan Adrian dengan lembut. Aria: "Keluargaku adalah pewaris dinasti bisnis yang sangat terkenal. Mereka memiliki banyak perusahaan besar, dan ada konflik internal yang sudah berlangsung lama. Aku merasa terjebak di antara harapan besar mereka dan kenyataan yang sangat berbeda dengan apa yang aku bayangkan." Adrian menggenggam tangannya dengan lembut, memberi dukungan yang dibutuhkan. Adrian: "Jika kamu merasa dunia itu bukan tempat yang cocok untukmu, maka kamu punya hak untuk memilih. Kamu tidak harus jadi seperti mereka. Tetapi, aku tahu ini sulit. Ada banyak rahasia yang tersembunyi dalam keluarga besar itu, kan?" Aria: "Ya, dan semakin aku tahu, semakin banyak yang tidak aku pahami. Aku baru saja mengetahui bahwa mereka tidak hanya memiliki kekayaan dan kekuasaan, tetapi juga konflik internal yang sangat merusak. Ayahku berbicara tentang masa lalu yang penuh dengan pengkhianatan, dan aku merasa semuanya dipenuhi dengan kebohongan." Adrian terdiam sejenak, berpikir. Adrian: "Jadi, kamu terjebak di antara dua dunia. Satu dunia yang penuh dengan kemewahan, dan satu dunia lagi yang mungkin lebih sederhana, namun jauh lebih nyata." Aria: "Aku tidak tahu apa yang harus aku pilih. Tapi aku tahu satu hal—aku tidak ingin menjadi bagian dari konflik internal keluarga itu. Mereka mungkin memiliki segalanya, tapi aku tidak ingin kehilangan diriku sendiri hanya untuk memenuhi ekspektasi mereka." Adrian menatap Aria, merasa semakin yakin bahwa pilihan Aria akan sangat menentukan masa depannya. Adrian: "Aku yakin kamu bisa memilih dengan bijak, Aria. Tidak peduli apa pun keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu." Mereka duduk diam, menikmati beberapa detik keheningan yang penuh pemikiran. Keputusan yang Berat Keesokan harinya, Aria memutuskan untuk menemui pengacara keluarga. Ia harus mengetahui lebih lanjut tentang dinasti bisnis keluarganya—tentang apa yang tersembunyi di balik semua itu. Siapa yang benar-benar mengendalikan semuanya? Dan apa yang akan terjadi jika ia benar-benar mengambil tempat di tengah kekuasaan tersebut? Setelah bertemu dengan pengacara, Aria baru menyadari bahwa keluarganya terlibat dalam lebih banyak hal daripada yang ia kira. Keluarga besarnya memang memiliki banyak perusahaan, tetapi lebih dari itu, ada perebutan kekuasaan yang sangat besar di dalamnya. Setiap keputusan penting yang diambil adalah hasil dari pertarungan politik yang rumit, dengan banyak pihak yang berusaha merebut tahta dan kekayaan. Pengacara: "Aria, kamu harus tahu bahwa keluarga kamu bukan sekadar dinasti bisnis. Mereka terlibat dalam banyak hal yang tidak bisa kamu bayangkan. Dan ketika kamu muncul, banyak pihak yang merasa terancam. Ada orang-orang yang sudah menunggu untuk mengambil alih kekuasaan ini." Aria merasa tubuhnya kaku mendengar hal tersebut. Ia tak menyangka bahwa keluarga yang selama ini ia anggap sebagai pelindungnya ternyata memiliki sisi gelap yang begitu besar. Aria: "Jadi, mereka tidak hanya peduli pada keluarga, tetapi juga kekuasaan, ya? Apa yang sebenarnya terjadi di balik layar?" Pengacara itu menunduk, seolah ragu untuk melanjutkan, tetapi akhirnya ia berbicara. Pengacara: "Ada banyak konflik di dalam keluarga. Banyak yang ingin menguasai, dan banyak juga yang ingin mempertahankan apa yang sudah mereka miliki. Ada yang menginginkan saham-saham besar perusahaan, ada yang ingin memanfaatkan kekuasaan untuk keuntungan pribadi, dan ada yang memang ingin menghancurkan semuanya." Aria: "Ini sangat rumit. Aku tidak tahu siapa yang bisa aku percayai. Aku merasa seperti sebuah pion dalam permainan besar ini." Pengacara itu menatap Aria dengan serius. Pengacara: "Kamu tidak harus terlibat dalam semuanya, Aria. Tetapi, kamu memiliki hak untuk mengetahui dan memilih. Jika kamu ingin melibatkan diri, kamu harus siap menghadapi risiko besar. Dunia ini bukan dunia yang mudah untuk dimasuki, dan banyak yang akan berusaha menjatuhkanmu." Aria mengangguk pelan, tetapi hatinya semakin berat. Dunia yang kini terbuka di hadapannya bukanlah dunia yang ia inginkan. Namun, ia merasa bahwa kini ia tidak bisa mundur begitu saja. Kebenaran tentang dirinya, tentang keluarganya, sudah terungkap, dan ia harus menghadapi kenyataan itu, tidak peduli betapa sulitnya. Pertarungan Kekuasaan Setelah pertemuan dengan pengacara, Aria memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang siapa yang benar-benar mengendalikan segalanya di keluarga besar itu. Ia merasa semakin terpojok dalam sebuah permainan yang lebih besar dari yang ia bayangkan. Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Di tengah investigasi yang sedang ia lakukan, Aria dihadapkan pada kenyataan bahwa ada orang-orang dalam keluarganya yang tidak ingin ia mengetahui terlalu banyak. Salah satu orang yang paling berpengaruh di keluarganya, pamannya, mulai menghalangi setiap langkahnya. Paman (dengan nada kasar): "Kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan, Aria. Jangan coba-coba untuk mencampuri urusan keluarga ini. Ada yang lebih besar yang sedang dipertaruhkan, dan kamu tidak akan sanggup menghadapinya." Aria: "Aku hanya ingin tahu kebenarannya. Aku ingin tahu siapa aku sebenarnya, dan kenapa semuanya dipenuhi dengan kebohongan." Paman: "Kebenaran itu bisa merusak. Dan jika kamu terus menggali lebih dalam, kamu akan menyesal. Aku akan memberitahumu sekali lagi—jangan terlibat lebih jauh." Namun, peringatan itu justru membuat Aria semakin yakin. Ia tahu bahwa untuk menemukan jawaban yang selama ini ia cari, ia harus melangkah lebih jauh, meskipun itu berarti ia akan menghadapi bahaya yang lebih besar.Matahari merangkak naik di cakrawala, menyinari medan perang yang kini dipenuhi dengan sisa-sisa pertempuran yang sengit. Asap masih mengepul dari reruntuhan, dan aroma besi bercampur darah memenuhi udara. Aria berdiri di atas bukit, mengawasi pasukannya yang tersisa. Kemenangan telah mereka raih, tetapi tidak tanpa pengorbanan. Ia melangkah perlahan melewati medan pertempuran yang penuh dengan para prajurit yang terluka dan gugur. Setiap langkahnya terasa berat, bukan karena kelelahan fisik, tetapi karena beban di hatinya. Ia telah memimpin pasukannya menuju kemenangan, namun harga yang harus dibayar sangat tinggi. Jenderal Adira mendekat, wajahnya penuh debu dan luka, tetapi matanya masih menyala dengan semangat. "Kita menang, Aria. Musuh telah mundur sepenuhnya. Kerajaan kita selamat." Aria mengangguk, tetapi hatinya tidak sepenuhnya lega. Ia tahu bahwa perang ini bukanlah akhir, melainkan awal dari per
Aria berdiri di depan peta besar yang tergantung di dinding, matanya menyusuri jalur-jalur yang terhubung dengan kekuatan-kekuatan musuh yang kini mengancam kerajaan mereka. Tangannya sesekali meluncur di atas peta, menandai titik-titik strategis yang harus diamankan. Namun, dalam hatinya, perang ini jauh lebih besar dari sekadar taktik dan strategi. Ini adalah ujian bagi semua yang ia perjuangkan, sebuah pertempuran antara harapan dan keputusasaan."Kepercayaan kita akan diuji," katanya dengan suara berat, menatap wajah-wajah yang hadir di ruangan itu. "Bukan hanya pasukan kita yang akan bergerak, tetapi setiap langkah yang kita ambil akan menentukan nasib kita semua."Di sekeliling meja, para jenderal dan penasihatnya mendengarkan dengan seksama. Mereka tahu betul bahwa Aria tidak hanya berbicara tentang kemenangan. Aria berbicara tentang mempertahankan segala yang telah dibangun, mempertahankan yang benar, dan mempertahankan cahaya di tengah kegelapan yang datan
Aria berdiri di depan peta besar yang tergantung di dinding, matanya menyusuri jalur-jalur yang terhubung dengan kekuatan-kekuatan musuh yang kini mengancam kerajaan mereka. Tangannya sesekali meluncur di atas peta, menandai titik-titik strategis yang harus diamankan. Namun, dalam hatinya, perang ini jauh lebih besar dari sekadar taktik dan strategi. Ini adalah ujian bagi semua yang ia perjuangkan, sebuah pertempuran antara harapan dan keputusasaan."Kepercayaan kita akan diuji," katanya dengan suara berat, menatap wajah-wajah yang hadir di ruangan itu. "Bukan hanya pasukan kita yang akan bergerak, tetapi setiap langkah yang kita ambil akan menentukan nasib kita semua."Di sekeliling meja, para jenderal dan penasihatnya mendengarkan dengan seksama. Mereka tahu betul bahwa Aria tidak hanya berbicara tentang kemenangan. Aria berbicara tentang mempertahankan segala yang telah dibangun, mempertahankan yang benar, dan mempertahankan cahaya di tengah kegelapan yang datan
Aria berdiri di tengah ruangan yang remang-remang, menatap peta besar yang terbentang di mejanya. Setiap garis dan tanda merah menandakan pertempuran yang telah ia lewati dan strategi yang harus ia jalankan selanjutnya. Kemenangan atas Ezekiel adalah langkah besar, tapi ia tahu perang belum berakhir.Di luar, hujan turun deras, seolah mencerminkan gejolak dalam hatinya. Telepon di mejanya bergetar, menampilkan nama yang tak asing Lina."Aria, kita punya masalah baru. Ada seseorang yang menggerakkan sisa pasukan Ezekiel di balik layar. Aku baru saja mendapat laporan bahwa kelompok bayangan ini lebih berbahaya dari yang kita duga."Aria mengepalkan tangan. "Siapa mereka?""Kami belum tahu. Tapi mereka disebut 'Ordo Kegelapan'. Mereka bukan hanya sekadar organisasi kriminal biasa. Mereka punya akses ke sistem pemerintahan, hukum, dan bahkan dunia bisnis. Jika kita tidak hati-hati, kemenangan kita bisa berubah menjadi awal dari perang yang lebih besar
💥 DUNIA PASCA-PERANG 💥Setelah kehancuran Aquila, dunia perlahan kembali stabil. Tapi harga yang harus dibayar sangat besar. Kota-kota hancur, pemerintahan kacau, dan banyak orang kehilangan harapan.Aria, Cassian, Nathan, dan Liora kini menjadi simbol kebangkitan, tetapi mereka tahu… musuh baru bisa muncul kapan saja.Suatu malam, Aria duduk di balkon markas mereka yang baru. Angin malam bertiup lembut, membawa aroma hujan yang masih tersisa. Cassian berjalan mendekat, membawa dua cangkir kopi.☕ “Sulit tidur?” tanyanya, menyerahkan secangkir pada Aria.Aria tersenyum tipis. “Kau juga.”Cassian duduk di sampingnya, menatap langit berbintang. “Kita berhasil… tapi rasanya masih belum selesai.”Aria mengangguk. “Aku juga merasa begitu. Seperti… ada sesuatu yang belum beres.”💡 ROMANTIS, TAPI PENUH TEKANAN 💡Cassian menoleh, mata birunya tajam namun lembut.“Kalau semuanya sudah benar-benar se
Meskipun Stasiun Omega telah hancur dan Ezekiel dikira tewas dalam ledakan itu, dunia masih jauh dari damai. Aria tahu, perang tidak pernah benar-benar berakhir selalu ada seseorang di balik layar, menunggu saat yang tepat untuk mengambil kendali.Suatu malam, saat Aria sedang berada di tempat persembunyian rahasia mereka, sebuah pesan misterius muncul di perangkat komunikasinya."Kau pikir ini sudah selesai? Aku selalu selangkah di depanmu, Aria. Kita akan bertemu lagi. E."Napas Aria tercekat. Tangannya mengepal.Ezekiel masih hidup.Ancaman BaruCassian segera menghubungkan semua sistem keamanan mereka untuk melacak sumber pesan itu. “Ini dikirim dari lokasi terenkripsi. Dia sengaja meninggalkan jejak.”Nathan bersandar di dinding, wajahnya penuh kekhawatiran. “Kalau dia masih hidup, berarti dia punya rencana cadangan.”Aria menatap layar dengan rahang mengeras. “Dia ingin kita tahu. Ini bukan hanya tentang balas