Share

Leukimia

Tubuh Darin melemah seketika. Air matanya mengalir begitu saja, namun dengan cepat Reymond langsung membawa janda cantik itu dalam pelukannya, hanya untuk memenangkan. "Tenanglah, Darin," Ia mengusap lembut punggung Darin untuk memberi kekuatan.

Bagaimana mungkin, Darin harus mengalami kenyataan bahwa putri kesayangan dari pernikahan bersama Bima memiliki riwayat penyakit yang sangat mengancam nyawa Karina. Bahkan mimisan yang ia anggap hal biasa, ternyata gejala dari leukemia yang tidak terbayangkan selama ini.

Pandangan Darin pias seketika, ketika melihat putrinya masih mengenakan seragam sekolah menengah pertama, dinyatakan koma dan akan dibawa ke ruangan ICU rumah sakit Blacktown Hospital Sydney.

Hanya wajah mantan suaminya yang terlintas dalam benak Darin ketika berada dalam dekapan Reymond, agar pria itu mau membantu dalam membiayai pengobatan putri kesayangan mereka. Walau Bima telah dua tahun mencampakkannya, hanya karena tidak ingin berdebat dengan keluarga besar mereka.

Darin keluar dari ruang unit gawat darurat disusul Reymond terus bersamanya. Kaki Darin seakan gontai tak bertulang, tatapan matanya hanya tertuju pada satu titik kemudian teringat pada pria oriental yang biasa ia sapa dengan sebutan 'Koko'.

Secepat kilat, Darin merogoh gawainya dari dalam tas selempang yang ia kenakan hanya untuk memberi kabar keadaan Karina pada Bima.

Reymond masih terus berdiri disamping Darin hanya untuk memastikan semua akan baik-baik saja, ketika mendengarkan wanita itu masih menggeram kesal karena tidak ada tanda-tanda bahwa Bima akan menjawab panggilan telepon diseberang sana.

Darin semakin tampak frustasi, lagi-lagi ia menoleh kearah pintu kaca yang ada dibelakangnya, hanya untuk melihat Karina yang masih belum membuka kedua bola matanya. "Bangunlah sayang. Mami akan memperjuangkan kamu demi kesembuhan mu, Nak. Apapun itu ..."

Darin menoleh kearah Reymond, "Aku harus pergi Tuan Rey," kemudian ia meninggalkan Karina yang berada dalam pengawasan rumah sakit.

Membuat Reymond bergegas berlari mengikuti langkah Darin tanpa diminta, menuju apartemen Bima yang tidak jauh dari rumah sakit tersebut.

.

Dengan nafas tersengal, Darin dan Reymond melewati anak tangga apartemen milik Bima, karena tidak diberi akses masuk oleh pihak security untuk bertemu dengan mantan suaminya tersebut.

"Apa urusan pria bodoh itu, sehingga melarang ku bertemu Koko. Bagaimanapun Koko harus tahu tentang penyakit Karina. Aku tidak peduli, dia mau membantu atau tidak, setidaknya jika aku tidak bisa menanggung biaya kesembuhan putriku, maka aku siap melakukan apapun demi kesembuhan putriku, Tuan. Demi semua biaya pengobatan Karina ..." umpatnya, selama menaiki anak tangga menuju lantai 20, membuat Reymond tak menghiraukan ucapan Darin yang masih dilanda kesedihan.

Janda bertubuh profesional itu, tidak pernah banyak menuntut. Baginya kepergian Bima meninggalkan Karina bersamanya, tidak terlalu menjadi beban sebagai seorang ibu. Akan tetapi ada hal yang menyita pikirannya hingga saat ini, karena pria oriental itu tidak pernah melayangkan gugatan cerai padanya, sehingga status janda yang ia miliki hanya dibibir saja, tanpa ada penjelasan hitam diatas putih.

Nafas Darin tersengal, kakinya menggigil kecapean begitu juga Reymond, ketika menatap pintu apartemen yang dulu ia tempati bersama Bima. Mata indahnya terpejam merasakan sesak didada, karena harus menaiki anak tangga hanya untuk menemui mantan suaminya.

Reymond memberikan satu sapu tangan kepada Darin, untuk menyeka keringat yang masih mengalir dikening nya. Entahlah, kini keduanya hanya mengikuti alur kedekatan mereka, tanpa berpikir 'nanti bagaimana?'

Tok, tok, tok ...

Darin berteriak keras, mengetuk pintu apartemen milik Bima, "Ko ... buka pintunya! Aku datang kesini untuk Karina. Aku membutuhkan bantuan mu!"

Tak lama Darin berteriak tanpa menghiraukan Reymond yang masih setia menemani, menyebut nama Bima, terdengar dari arah dalam tombol apartemen itu menyala, kemudian membuka pintu dengan sangat lebar.

Seorang wanita cantik, tinggi semampai, berkulit putih mengenakan baju haram sebagai isyarat mereka tengah bermadu kasih tanpa perasaan malu, kini telah berdiri dihadapan Darin juga Reymond saat ini sambil menoleh kearah Bima seraya berkata, "Honey ... mantan istrimu datang! Aku tidak ingin melihat wajahnya, lebih baik selesaikan urusan kalian, kemudian suruh janda itu pergi meninggalkan apartemen mu!"

Langkah kaki semampai itu berlalu begitu saja dari hadapan Darin, membuat janda cantik itu hanya bisa meremas kuat tali tas selempangnya, dengan perasaan bercampur aduk karena lagi-lagi tangan hangat Reymond mengusap lembut punggungnya.

Kedua bola mata Darin menatap lekat iris mata Bima dari jarak lima meter. Susah payah ia menelan ludahnya, hanya untuk menahan amarah karena tidak pernah diperlakukan baik oleh siapapun hingga saat ini.

Terdengar suara bariton Bima sambil berjalan mendekati Darin yang masih berdiri didepan pintu masuk apartemennya, "Ada apa kamu datang kesini, Darin? Bukankah aku sudah mengatakan tidak akan pernah berurusan denganmu? Kita sudah dua tahun berpisah, tapi kamu masih saja mengganggu ketenangan ku! Ogh, apakah kamu akan memberitahu bahwa kamu akan menikah dengan Rey?"

Darin menggeleng, dadanya bergemuruh ingin meremas kuat bibir pria yang ada dihadapannya itu. Ia menyunggingkan senyumannya, kemudian berkata dengan nada sedikit sinis, "Jangan Koko pikir aku kesini untuk meminta izin tentang kehidupan pribadiku! Ini tentang Karina, yang selama ini tidak pernah mendapatkan perhatian apapun dari Koko! Karina sakit, dia membutuhkan biaya besar. Jadi tolong kunjungi dia, karena Karina menderita leukimia dan sudah memasuki stadium akhir! Aku minta Koko bisa membiayai pengobatannya!"

Mendengar penjelasan dari Darin, tampak senyuman tidak percaya dari raut wajah Bima. "Silahkan kamu keluar dari kediaman ku! Karena tidak mungkin Karina memiliki riwayat penyakit yang mematikan itu. Aku sangat mengetahui bagaimana putriku, Darin! Jadi lebih baik, kamu tinggalkan kediaman ku, sebelum aku memanggil security untuk menyeret kalian berdua!"

Reymond menggeram, rahangnya mengeras, ingin sekali ia menghabisi nyawa pria yang ada dihadapannya itu. Akan tetapi, bukan ranahnya pula ikut campur dengan urusan Darin dan Bima.

Justru amarah Darin membuncah hingga ke ubun-ubun. Ibu mana yang mau mengarang cerita tentang sakit putrinya.

Darin yang akan melayangkan satu tamparan ke wajah Bima, seketika langsung ditepis oleh tangan kokoh pria berusia 37 tahun itu, seraya berkata, "Dengar Darin, kita menikah dulu hanya sebuah keterpaksaan. Karena aku telah menabrak Delon tanpa sengaja. Aku sudah bertanggung jawab atas perbuatan itu, dengan menikahi mu walau hatiku tidak pernah memiliki perasaan apapun padamu, hingga kita memiliki Karina. Apa kamu lupa Karina lahir dalam keadaan sehat, walau aku harus hidup miskin selama pernikahan kita hmm? Saat ini, satu sen pun aku tidak akan pernah memberikan bantuan padamu, karena Karina tidak menderita penyakit seperti itu! Silahkan pergi atau aku yang memaksa mu untuk pergi!" geramnya dengan rahang mengeras, bahkan sorotan tajam yang memerah menatap lekat mata Darin juga Reymond yang masih berdiri didekat mereka berdua.

Bibir Darin bergetar hebat, seketika dadanya semakin terasa sesak. Air mata sengaja tertahan agar tidak terlihat lemah dihadapan pria binatang yang telah menghancurkan kebahagiaannya dimasa lalu bersama Delon.

Dengan bibir yang menyunggingkan senyuman lirih, Darin menjawab perkataan Bima, "Jika aku tahu kau akan memperlakukan hidupku seperti ini, karena kau lebih memilih keluarga juga kekasih busukmu itu, aku tidak akan pernah menyerahkan hidupku pada mu, Bima! Satu hal yang harus kau tahu, bahwa tidak akan pernah ada mantan anak! Hingga Karina matipun, dia tetap darah dagingmu. Jangan pernah menyesali semua nasib mu suatu hari nanti, Bima!"

Pandangan Bima tampak semakin nyalang, karena tidak pernah mendengar Darin berkata kasar padanya, apalagi hingga mengeluarkan kata 'kau' bahkan hanya menyebut namanya 'Bima' tanpa sebutan 'Koko'. "Berani sekali kamu!" hardik Bima, akan tetapi Darin mendecih dihadapannya.

Dengan cepat Darin menyentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Bima, kemudian berlalu pergi meninggalkan apartemen milik pria yang pernah menghabiskan waktu bersama selama 10 tahun pernikahan mereka. Tanpa memperdulikan wanita jalang yang menatap jijik kepadanya sejak awal bertemu di apartemen itu.

Air mata Darin akhirnya luruh begitu saja dalam dekapan Reymond, ketika langkah kakinya menuju lift apartemen, dengan perasaan kecewa yang teramat sangat terhadap pernyataan Bima. "Kenapa Koko tega menyakiti aku dan Karina, Tuan Rey. Apakah Karina tidak berhak untuk sembuh? Apa yang harus aku lakukan lagi Tuan Rey, apakah aku harus menerima penawaran mu?"

Reymond tersenyum sumringah, ada kelegaan dalam hatinya setelah mendengar ucapan janda cantik itu. Tangannya masih mengusap lembut punggung Darin seraya berkata, "Ssht ... tenanglah Darin, semua akan baik-baik saja. Aku akan membiayai semua pengobatan Karina, aku setuju dengan ucapan mu kalau kamu benar-benar mau ingin menjadi ibu dari benihku!"

Terasa kepala Darin mengangguk setuju didada Reymond, membuat pria gagah itu semakin mendekap erat tubuh janda cantik tersebut.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Davin
tidak memiliki perasaan tapi memiliki anak? laki laki egois ...🥲
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status