Share

Menjaga kewarasan

Di negara berkembang seperti Indonesia, sangat tidak diperbolehkan untuk menyewa rahim seorang wanita dengan alasan yang kuat dan dilindungi dalam undang-undang pernikahan. Sangat berbeda sudut pandang jika berada di negara maju seperti Australia, Jerman, dan belahan dunia lainnya.

Akan tetapi, banyak orang mempertanyakan kenapa justru pernikahan sirih bahkan perselingkuhan semakin marak di negara berkembang tersebut. Jawabannya hanyalah entahlah, begitu buruk pola pikir para suami yang enggan menjaga komitmen pernikahan mereka dengan berbagai macam alasan yang dilontarkan sehingga secara sadar menyakiti perasaan seorang istri.

Kini, Reymond harus menempuh cara seperti ini hanya untuk membahagiakan Merry yang menginginkan baby semenjak dua tahun pernikahan mereka.

Tidak banyak, orang-orang seperti Reymond yang mau membayar rahim seorang janda senilai dua belas digit tersebut. Baginya kini, bukan masalah, membahagiakan seorang istri akan membuka pintu rezeki untuk bisnisnya sebagai suami agar lebih berkembang hingga sukses seperti saat ini. Gila, sakit jiwa, atau jangan-jangan Reymond mencintai Darin sehingga mau merogoh kocek sedalam itu. Mungkin itu yang akan berseliweran dibenak orang-orang termasuk Bima.

Angka yang tertulis hanya sebuah huruf diatas kertas. Namun pada kenyataannya Reymond mengambil sertifikat kepemilikan rumah warisan orang tua Darin, serta menonaktifkan janda cantik itu selama satu tahun masa pengabdiannya untuk melahirkan anak dari hasil IVF atau In-Vitro Fertilization.

Rasanya masuk akal, jika Reymond memberikan nominal yang sangat fantastis, membuat pihak notaris berdecak kagum dihadapan tiga insan yang akan mendatangi perjanjian mereka.

Darin tertegun sejenak. Melihat semua peraturan yang tertulis sehingga tidak merasa bahwa dirinya akan dinobatkan sebagai simpanan ataupun perebut suami orang suatu hari nanti. Akan tetapi, semua itu hanya tertulis diatas kertas dan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Reymond mengalihkan pandangannya kearah Merry yang terus menggenggam jemari tangan Darin, mendengar ucapan sang istri yang tak henti-hentinya berbicara dengan tatapan mata berbinar-binar.

"Terimakasih Darin. Kamu wanita yang sangat baik hati. Aku bersyukur telah mengenal mu," titah Merry penuh kelembutan.

Wajah Darin hanya tersenyum tipis, mendengar ucapan 'terimakasih' dari istri atasannya. Ia hanya menelan ludah ketika membaca satu poin dari perjanjian itu yang mengatakan, bahwa dirinya akan tinggal bersama Reymond juga Merry di mansion megah pasangan suami-istri yang selalu tampak romantis tersebut.

Darin bergumam dalam hati, "Bagaimana mungkin jika aku akan tinggal bersama mereka berdua? Apakah aku bisa, untuk tidak manja ketika hamil ...? Aku harus menjaga hati dan perasaan Nyonya Merry, karena bagaimanapun mereka berdua pasangan yang sangat baik hati dan akan menanggung semua kesembuhan Karina ..."

Bolpoin yang diberikan notaris ketangan Darin, membuat janda cantik itu lagi-lagi mengusap lembut wajahnya. "Bagaimana jika aku melakukan kesalahan? Apakah Tuan Rey akan memenjarakan aku? Apalagi mereka telah mengeluarkan banyak uang untuk membayar semua ini. Dari biaya pengobatan Karina, melakukan In-Vitro Fertilization, hingga mengambil aset keluarga ku. Ogh, Tuhan ... bantu aku untuk tetap menjaga kewarasan, kesehatan serta kejiwaan ku ..."

Tanpa menunggu lama lagi, Darin menandatangani perjanjiannya sebagai janda yang akan menampung embrio milik pasangan suami-istri, Reymond dan Merry. Tidak banyak pikir, ia hanya bisa pasrah menerima kenyataan bahwa jalan inilah yang harus ia tempuh demi kesehatan Karina juga Merry.

Reymond dan Merry sangat antusias, ketika melihat surat perjanjian itu distempel basah oleh pihak notaris dihadapan mereka dan akan melaporkan kepemerintahan Sydney, jika anak itu lahir ke dunia maka sepenuhnya Reymond dan Merry lah yang terdaftar tanpa ada tuntutan apapun dari Darin.

.

Kini mereka telah kembali ke rumah sakit, untuk melanjutkan pemeriksaan lebih lanjut pada kesehatan Darin selaku janda beranak satu tersebut.

Tidak banyak pertanyaan yang disampaikan oleh dokter rumah sakit, karena Darin dinyatakan sehat tidak memiliki penyakit riwayat, seperti yang pernah dikatakannya kepada Reymond.

Merry yang sejak awal sudah tidak sabar, karena waktu menunggu hanya tinggal beberapa jam saja untuk meletakkan embrio mereka dirahim Darin, berlari kecil mendekati janda cantik tersebut seraya bertanya, "Bagaimana Darin? Apakah bisa kita melakukannya hari ini?"

Tampak guratan senyuman yang mengembang lebar disudut bibir Darin, "Kita hanya menunggu Dokter Frans, Nyonya. Jadi saya disuruh untuk beristirahat sebelum melakukan tindakan."

Mendengar penjelasan Darin, Merry memeluk erat tubuh ramping janda cantik tersebut, menoleh kearah Reymond yang berada dihadapan kedua wanita itu.

Dengan nada pelan, Reymond hanya mengucapkan, "Terimakasih Darin. Kamu sangat baik hati, sama seperti putri kesayanganmu. Aku berjanji akan memfasilitasi Karina dengan semua obat-obatan terbaik. Agar kita bisa sama-sama bahagia."

Wajah Darin hanya menunduk hormat, ia hanya malu jika banyak orang-orang yang bertanya suatu saat nanti tentang status anak yang ia kandung jika bertemu tanpa sengaja walaupun sesungguhnya ia harus tinggal dikediaman orang terpandang tersebut.

.

.

Sangat berbeda dengan keadaan Bima yang tengah berdebat serius sejak sehari kemaren bersama sang kekasih, Sandra.

Entahlah, perasaan cemburu Sandra tampak seperti akan mencekik leher pria yang masih enggan menggugat mantan istrinya itu. "Jawab aku! Jadi sampai kapan kamu akan menikahi aku, Bima? Sejak kemaren kamu masih saja enggan membuka mulutmu, atas alasan apa tidak mau menceraikan secara hukum janda itu?" sesalnya menghempaskan tubuh indahnya di sofa apartemen mereka.

Bima menghela nafas berat, "Dengar Sandra. Aku memiliki anak dengan Darin, dan aku tidak ingin wanita itu menuntut banyak hal pada harta ku! Bagaimana jika dia menuntut banyak uang dari hasil gono-gini dengan alasan anak? Hah? Alasan itulah yang membuat aku tidak bisa menggugatnya saat ini. Ditambah pihak rumah sakit Blacktown membenarkan bahwa Karina mengidap leukimia. Kini masih terbaring di sana. Kamu tahu apa yang akan terjadi jika aku menggugatnya saat ini?"

Sandra membuang pandangannya kearah lain, mendecih bahkan mendengus dingin mendengar penjelasan Bima, "Aku pikir, kamu sudah menyewa pengacara untuk memiskinkan janda itu. Aku ingin menikah Bima. Bagaimana jika keluargaku tahu kalau saat ini aku hamil anak kamu?"

Kening Bima mengerenyit masam, memandangi wajah Sandra dengan seksama, "Are you sure? Apa aku tidak salah dengar kalau kamu hamil? Ogh God, tidak Sandra! Jangan hamil sekarang, karena keluarga ku belum mengetahui hubungan kita! Aku tidak mau, Sandra. Kamu tidak boleh hamil sekarang!"

Mendengar ketidaksiapan Bima tentang kabar kehamilannya membuat Sandra semakin berang, "Apa? Keluarga? Jangan bilang, kamu belum menceritakan hubungan kita sama Papa dan Mama kamu, Bima! A-a-a-aku sudah telat dua minggu, dan sampai saat ini kita belum ada kejelasan untuk status kita. Aku ini mahasiswi dari Jakarta, agh shiiit!"

Dengan cepat Sandra berlalu begitu saja meninggalkan Bima yang masih termangu mendengar penuturan kekasihnya yang sudah tidak periode selama dua minggu. "No, Sandra tidak boleh hamil. Aku harus melakukan sesuatu, bagaimanapun dia tidak boleh hamil saat ini ..."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Davin
memang bima bukan pria yang mau bertanggung jawab, mau enak nya doang ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status