Happy Reading Semuanya!
'Kamu berharga banget buat aku, makanya aku memiliki prinsip untuk membahagiakan kamu apapun yang terjadi dan kita bisa menepati janji kita untuk saling bersama sampai maut memisahkan kita.'
Bohong kalau tatapan itu tidak bisa ia percaya. Tatapan penuh cinta tulus dari Risky masih tercetak dengan sangat jelas di dalam pikiran Irene yang kini hanya melamun memikirkan kejadian saat ini. Bagaimana ia mengatakannya pada Risky kalau dirinya akan menikah dengan orang lain? Irene tidak mampu mengatakannya. Lagian kenapa sih kakaknya kekeh sekali untuk ia menikah dengan suaminya sendiri, ini sangat menyebalkan untuknya.
Terdengar tawa sumbang dari Irene yang kini hanya menghabiskan waktunya di taman belakang sebagai harapan terakhirnya.
“Haha... apa yang gue lakuin ke laki-laki baik kaya Risky? Dia orang baik ketemu perempuan buruk rupa, pembohong kaya gue. Astaga!” keluh Irene sembari mengacak rambutnya kasar.
“Ndok, kamu benar mau menikah dengan Mas Rangga?” tanya sang ibu sembari menatapnya dalam.
“Apakah aku menjawab dengan kalimat 'TIDAK' pernikahan ini akan berhenti? Kak Mira, Mas Rangga, dan kedua orang tuanya sangat gila. Sepertinya Mama dan Papa juga sama hampir gilanya sama mereka, kalau begitu aku harus percaya sama siapa? Enggak ada,” sahut Irene sembari menaruh wajahnya tepat di atas meja dengan sang ibu di depannya.
“Irene , enggak bagus bilang begitu.”
Irene hanya membuang nafasnya kasar, “Sepertinya benar kalau ibu adalah musuh terbesar bagi anak perempuannya, apakah aku enggak bisa hidup normal kaya yang lain? Menikah dengan orang paling aku cintai, Mama sama Papa pun sudah tahu aku menjalin hubungan berapa lama sama Kak Risky. Hubunganku hancur hanya karena aku menikah dengan kakak Ipar,” ucap Irene sembari menatap lelah tanaman di depannya.
“Irene, bukan begitu.”
Perempuan cantik itu tampak menahan napasnya mendengar perkataan sang ibu, ia sangat putus asa dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.
“Kalian selalu begitu, berada di pihak yang sama. Bagaimana denganku? Apa aku di lahirkan untuk menuruti semuanya? Seperti sekarang ini ‘Irene tolong menikah dengan Kakak ipar’ lalu ‘Irene tolong pinjam rahim untuk melahirkan anak kakak kamu,’ terus ‘Irene kamu harus putuskan hubungan dengan Risky,’ kenapa hidupku sangat di persulit?” tanya Irene dengan nada suara sedih.
Kepala sang ibu tampak menggeleng seolah tidak setuju dengan perkataan dari anaknya barusan, ia tidak ingin dinilai sebagai orang jahat oleh anaknya sendiri.
“Irene, bukan begitu maksud kami Nak?”
Irene tertawa sumbang saat ini, “Bahkan hari ini aku mendapatkan bucket bunga pernikahan, semua mengharapkan aku menikah dengan Mas Risky tapi kenyatannya adalah aku malah menikah dengan Kakak Ipar aku sendiri. ini sangat konyol dan enggak bisa aku pahami,”
Sekuat tenaga Irene menahan diri untuk tidak menangis, “Padahal Nenek sudah menunggu aku sama Mas Risky buat membahas pernikahan. Pedang pora yang selalu kami bicarakan harus kandas karena keinginan konyol kalian,” Bohong Irene tidak sedih, sudah menjadi kebiasaannya tiap malam menangis seperti ini.
“Kalau kamu memang ingin menikah dengan Nak Risky, kenapa kalian enggak pernah membicarakan pernikahan?” tanya Ira dengan tatapan sedih.
Kepala Irene mendongak mendengar penuturan dari sang ibu barusan,”Apakah dari kemarin kalian mengizinkan aku untuk menyelak perkatakaan kalian? Aku selalu berada di posisi terpojok! Aku selalu berada di posisi di mana aku harus mengatakan iya. Aku sama Mas Risky punya impian banyak,” jawab Irene dengan nada suara putus asa.
“Apa kamu merasa enggak nyaman membahas pernikahan lebih dulu?” tanya Ira
“Bisakah Mama berpikir tentang itu?”
Hati Ira teriris melihat putri bungsunya memiliki takdir seperti ini. Benar! Siapa yang ingin mendapatkan pernikahan seperti ini.
“Seharusnya kamu keluarkan semuanya Irene sejak awal. Mama enggak tahan melihat kamu hanya diam melamun dan enggak nafsu makan. Mama berani jamin kamu kesulitan bernafas juga, kan? Lupakan semuanya saja Irene, sekarang panggil Nak Risky kemari biar Mama yang bicara sama dia.” Irene menatap sang ibu di depannya itu.
Irene menatap ibunya tidak percaya sedikit pun, ibunya malah membuat smeua masalah menjadi keruh. Ia tidak siap jika kekasih pujaan hatinya mengetahui apa yang terajadi dalam hidupnya sekarang ini.
“Apa? Kenapa Mama mau melakukan itu? Apa Mama bisa melakukannya dan membiarkan Papa serta yang lainnya menganggap aku egois bahkan memikirkan diri aku sendiri?” tanya Irene dengan suara terbata-bata.
Ira memegang tangan sang anak di depannya, sekarang ia bisa melihat luka sang anak yang begitu parah. Ini semua adalah salahnya yang tidak bisa berpihak pada anak bungsunya. Perlahan air matanya mengalir melihat betapa menyedihkannya anak bungsunya saat ini. Rumahnya mendadak tidak sebagus penglihatannya.
“Nak, Mama bisa bicara dengan Papa dan yang lainnya. Mama juga harus bicara hati ke hati dengan pacar kamu, bukankah kalian sudah berpacaran selama 5 tahun? Itu sudah cukup, Mama mau lihat kamu bahagia Irene seperti sebelumnya.”
Tangan Irene menutup telinganya dan wajahnya kini sudah basah dengan air mata, ia tidak ingin ada lagi pembahasan yang membuatnya lelah dengan kehidupan saat ini. Semuanya terasa memuakkan untuknya sekarang ini.
“Cukup Ma,” pinta Irene
“Irene —bukankah nenek mau melihat cucu kesayangannya menikah sama laki-laki seperti Nak Risky? Mama bisa membuat pembahasan itu dengan Papa, sekarang mama hanya ingin kamu baik-baik saja dan bukan seperti orang yang kehilangan harapan seperti ini.”
"Cukup Ma! Aku bilang cukup!" teriak Irene.
Irene menangis kembali tepat di hadapan sang ibu yang kini hanya terpaku melihat keadaannya saat ini, “Semuanya sudah enggak ada gunanya lagi, pernikahan ini pasti akan tetap berjalan. Sekeras apapun Mama berusaha menggagalkan rencana ini semuanya enggak akan berubah,” sahut Irene sembari meninggalkan sang ibu.
Tatapan mata Irene bertemu dengan pasangan yang membuatnya tidak tenang selama beberapa hari ini, bahkan bibir sang Kakak masih bisa-bisanya tersenyum untuk menyapa dirinya. Tangan Mira menariknya menuju ruang tengah. Irene tidak tahu apa maunya kakaknya itu.
Bahkan untuk menonton drama korea saja ia sudah tidak minat lagi, masalah kehidupan real lifenya saja sudah membuatnya sakit kepala dan Irene tidak ingin menambah sakit kepalanya lagi dengan menonton drama.
“Ayo menonton drama, bukannya kamu bilang ingin menonton film Kang Hae Soo? Kakak sama Mas Rangga sudah beli filmnya,” ajak Mira.
"Enggak perlu, aku enggak mau nonton. Aku capek menghadapi kalian, film saja sudah membuat aku muak. Aku enggak mau lagi menonton dengan Kakak," sela Irene sembari melepas genggaman tangan sang kakak dan berjalan menuju kamarnya di lantai atas.
Irene tidak tahu siapa lagi yang harus ia percayai sekarang ini. Semuanya tampak abu-abu untuknya bahkan hitam, tidak ada lagi yang bisa membuatnya merasa nyaman dan aman. Ia tidak memiliki rumah lagi seperti dulu.
To be continued...
Happy Reading Semuanya! Dress warna pink dan rambut yang sudah di tata dengan rapih membuat Irene terlihat sangat cantik. Bibirnya tersenyum memandang lelaki di belakangnya tampak sibuk menggendong anak bayi berusia delapan bulan, mereka benar-benar bahagia. Mulai dari tumbuh kembang anak mereka berdua sampai MPASI untuk anak mereka berdua yang semakin pandai. "Sayang sudah belum?" tanya Rangga "Okay! Sebentar Mas, " Irene menggendong anak laki-lakinya dan menggandeng tangan sang suami yang kini tersenyum manis dan mengecup keningnya lembut. "Mama, ayo pergi!" ajak Irene Rangga tampak bahagia saat ini dan menatap hadiah yang diberikannya untuk Risky sebagai kado pernikahan, ia tidak menyangka jika perubahan hati Risky begitu cepat berubah dan mampu menarik seorang dokter cantik yang membantu Irene melahirkan. "Aku enggak sangka kalau mas Risky akan mendapatkan pasangan yang lebih baik," ungkap Irene. "Ya... dia pantas mendapatkannya." Tatapan matanya mengarah pada sang suami
Happy reading semuanya! Irene menyaksikan semuanya. Suami tampannya yang penuh di berita televisi dan surat kabar, serta sang kakak yang di kabarkan harus memasuki rumah sakit jiwa sampai sang ayah mendapatkan hukuman penjara seumur hidup. Irene melihat semua itu tanpa tahu harus bersikap seperti apa. Pandangannya berdalih pada Risky yang menatapnya lembut dan bayi dipangkuannya, lelaki itu menjadi tidak banyak bicara. “Aku akan menyerahkan diri karena aku turut serta membantu kakak kamu dalam kejahatan ini,” ucap Risky. Kepala Irene menggeleng, “Enggak, mas Risky enggak perlu melakukan itu. Mas disini menjagaku, mas turut andil dalam menjaga aku. Mas Rangga juga pasti akan melakukan hal yang sama, mas harus menjalani kehidupan yang baru. Dan harus berbahagia juga,” Irene memalingkan pandangannya pada Shofie yang sejak tadi hanya memasang wajah bingung. Risky sendiri hanya menghela napas pelan melihat apa yang dilakukan oleh Irene saat ini. Perempuan itu selalu saja menjodohkanny
Happy Reading semuanya!Heru menyaksikan semua dimana anak sulungnya yang ia banggakan melakukan rencana besar dan kini Irene yang menghilang. Heru tidak tahu istri dari Rangga itu di bawa kemana dan meninggalkan kesedihan pilu untuk Rangga yang tanpa henti mencari keberadaan Irene.Ini adalah salahnya. Jika ia tidak mendidik Mira dengan egois maka tidak akan menjadi seperti ini, keluarganya berantakan dan orang tercintanya kini sudah menjadi milik orang lain. Heru tidak ada harapan lagi.Langkahnya berjalan menuju kantor kepolisian di depannya itu, sudah tidak ada barang lagi yang ia bawa. Sudah saatnya ia mengakui semuanya, kejahatannya hanya untuk membela anak sulungnya.“Hallo pak, selamat siang. Apa ada yang bisa kami bantu?” tanya lelaki yang ia ketahui dulu berteman dengan anak bungsunya. Hubungan yang sulit di jelaskan.“Kamu teman Risky?” tanya Heru“Benar, beliau atasan saya. Kebetulan mas Risky sudah di pindah tugas ke Lebanon karena sesuatu yang sulit untuk di jelaskan, ad
Happy Reading Semuanya!Setidaknya Rangga lega saat mengetahui kalau istrinya baik-baik saja setelah seminggu menghilang tanpa jejak, ia tahu jika mantan kekasih istrinya yang membawa Irene dan menceritakan semua rencana jahat Mira yang ingin membuat hidupnya semakin berantakan. Rangga akan bersama dengan anaknya serta Irene sebentar lagi sampai urusan nya selesai, sudah sepantasnya jika Mira harus dipenjara atau mendapatkan karena yang sesuai dengan perilaku yang dilakukan.Rangga tetap berpura-pura menjadi seseorang yang merasa linglung untuk membuat Mira merasa jika ia menang."Sudah mengaku saja, ini semua ulah kamu!!" marah RanggaBibir Mira tampak mengerucut, “Mas, enggak baik menuduh orang lain begitu. Memangnya Mas ada bukti kalau aku yang melakukannya? Irene menghilang karena dia bosan dengan Mas,” Rangga mengepalkan tangannya mendengar perkataan dari perempuan di depannya itu. Sumpah demi a
Happy Reading Semuanya!Tatapan matanya terlihat kosong, kepalanya berdenyut kencang. Bagaimana bisa ia memiliki masalah yang begitu banyak dan pelik tanpa henti, ia tidak mengerti dosa apa yang telah dilakukannya. Ini murni kesalahannya, andai ia tidak selemah itu mungkin tidak akan terjadi seperti ini dan membuat semua orang disekitarnya menjadi terluka dan dirinya tidak bisa bertemu dengan Rangga.Irene benar-benar jatuh cinta pada Rangga dan mungkin saat ini suaminya masih mencarinya."Kamu melamun lagi? Apa kamu masih menyalahkan diri kamu sendiri karena melahirkan bayi sekecil itu? Jika itu yang kamu pikirkan sepertinya tidak perlu. Ini adalah takdir yang tidak bisa kamu hindari dan tidak bisa kamu salahkan," Irene memperhatikan dokter yang merawat dirinya dan anaknya tampak terduduk di sebelahnya sembari menggenggam erat tangannya.“Bukan itu, tapi aku tidak mau menyalahka
Happy Reading Semuanya!Seharusnya saat ini Rangga yang melihat bayi yang ada di inkubator itu, bukan dirinya. Risky hanya orang lain yang mengikuti rencana busuk dari kakak Irene, bibirnya tersenyum tipis saat melihat bayi yang ada di inkubator itu bergerak. Bayi mungil yang kemungkinan besar kata dokter akan meninggal di dalam kandungan.Langkahnya berjalan kembali menuju ruang rawat Irene, perempuan yang menjadi ibu muda itu masih terlelap dalam tidurnya setelah di berikan obat bius untuk melahirkan.“Irene, bayi kamu sudah lahir dan mereka sangat menggemaskan. Meskipun lahir prematur akan di usahakan mereka tetap hidup, jadi ayo bangun karena kamu harus menyusui mereka dan melihat betapa cantik dan tampannya mereka.”Tidak ada respon dar