ホーム / Romansa / Rahim Sewaan / Bab 22 -(Ciuman Pertama)

共有

Bab 22 -(Ciuman Pertama)

作者: Nkpurna
last update 最終更新日: 2025-05-22 09:15:10

Sore ini sesuai arahan dokter, Laura diperbolehkan pulang. Reno telah kembali ke rumah sakit sejak satu jam yang lalu dan Johan telah pulang sesuai permintaan Laura.

"Sudah selesai, kan? Ayo kita pulang sekarang!" Ajak Reno saat mereka telah selesai merapikan barang dan memasukkannya ke dalam sebuah tas.

Laura menganggukkan kepalanya pelan. Dengan cepat, Reno mendekatkan kursi roda agar Laura bisa menaikinya sampai ke lobby depan.

"Loh, aku sudah sehat. Lebih baik aku jalan kaki saja." Ujar Laura sambil mendahului pergi keluar ruangan. Reno memandanginya dengan kesal, tangannya masih memegang kursi roda, namun tak dihiraukan sama sekali oleh Laura.

Reno menghembuskan napas pelan, lebih baik ia kembali mengalah dengan meletakkan kursi roda di ruangan itu, daripada harus melawan wanita yang merupakan ras terkuat di muka bumi ini.

Ketika berjalan melewati lorong rumah sakit, Laura berhenti dan berbalik arah. "Sepertinya kamu tidak usah mengantarku sampai ke villa, kan kamu sudah sia
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Rahim Sewaan   Bab 30 - (Merasa Left Out)

    Dua orang paruh baya turun dari mobil tersebut. Arini menghampiri keduanya dan memeluknya. "Bagaimana kabarmu, sayang?" Ujar wanita itu sambil memeluk Arini. "Kabarku baik, ma, pa. Ayo kita masuk." Ajak Arini pada keduanya. Lalu mereka masuk dan saling berjabat tangan dengan keluarga Wijaya. "Bu Feli, Pak Sofyan, kenalkan ini Laura, wanita yang kami maksud." Ujar Tari dengan bangga. Feli dan Sofyan memperhatikan Laura sekilas lalu menghampiri Laura dan menjabat tangan Laura sebagai tanda perkenalan. "Saya Feli, mamanya Arini, dan ini Sofyan, suami saya." Ujar Feli memperkenalkan diri dengan nada datar. Laura merasa sedikit terganggu dengan nada datar Feli tetapi ia tetap membalas uluran tangan itu dengan sopan kemudian memperkenalkan dirinya juga. Lalu acara makan malam dimulai, dengan sesekali diiringi ngobrol ringan mengenai kabar masing-masing. Laura yang notabenenya orang baru, hanya diam dan memperhatikan interaksi mereka. Walau sebenarnya dalam hati ia masi

  • Rahim Sewaan   Bab 29 - (Panic Attack 2)

    Reno menyunggingkan senyum. "Laura, meskipun kamu disini karena sebuah kesepakatan, tapi bukan berarti kamu orang asing, kamu sudah kami anggap sebagai keluarga. Jadi, jangan sungkan atau menganggap dirimu bukan siapa-siapa di sini." Ujar Reno dengan tenang. Laura tampak menunduk, ia memainkan jarinya karena perasaan yang tidak menentu. "Tapi aku cukup tahu diri akan hal itu." Ujar Laura pelan. "Nggak, kamu nggak boleh seperti itu. Mama pasti akan marah jika anggapanmu disini seperti tadi." Ujar Reno menggerutu. "Tapi, Reno.." Baru saja Laura akan bicara, namun Reno segera menatapnya tajam sambil memegang kedua lengan Laura. "Posisikan dirimu di sini senyaman mungkin, anggap ini seperti di rumahmu sendiri. Kita adalah keluarga dan kamu tidak boleh menyangkal lagi akan hal ini." Ujar Reno tegas. Laura menatap Reno dengan tatapan nanar. Ia lalu menerbitkan senyuman indah di bibirnya, "Terima kasih, Reno." kata Laura dengan lembut. Reno menganggukkan kepalanya sambil me

  • Rahim Sewaan   Bab 28 - (Panik Attack)

    Laura berusaha meyakinkan diri bahwa kali ini ia salah lihat. Namun beberapa kali menajamkan penglihatannya, tetap saja yang berada di hadapannya kini adalah sebuah kenyataan. Laura berfikir sejenak, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Satu sisi ia tak ingin ikut campur. Perannya sekarang sekadar memenuhi kesepakatan, tak peduli bagaimana bentuk keharmonisan hubungan pembuat kontrak. Namun sisi lain, dalam lubuk hatinya berkata, ia tidak boleh diam saja. Reno sebagai temannya punya hak untuk ia bela. Laura segera mencari keberadaan ponselnya di dalam tas kecil miliknya. Niat hati ingin mengambil gambar sebagai bukti untuk kedepannya. Baru saja ponsel diarahkan ke jendela, ternyata mobil mereka melaju dan Laura kehilangan jejak Arini. Laura mendecak kesal, ia merutuki dirinya yang terlalu lama mengambil ponsel hingga tak bisa mempunyai bukti. Reno harus tahu, tapi aku harus cari bukti yang kuat. Monolog Laura dalam hati. ** Laura turun dari mobil dalam ke

  • Rahim Sewaan   Bab 27 - ( Bawaan Bayi)

    Dengan cepat, Rina segera menyodorkan segelas air putih pada Laura. "Minumlah, nak." Laura menerimanya dan langsung meminumnya dengan perlahan. Ia Lalu menatap wajah sang ibu dengan penuh tanda tanya. "Makan itu pelan-pelan, kalau terburu-buru ya gitu, jadi tersedak." Ujar Rina yang cerewet. Laura menghembuskan napas lega. Ia kira ibunya curiga dirinya hamil, ternyata tadi hanya sedikit candaan saja, buktinya Rina tak membahas lagi soal ngidam. Laura segera menyudahi acara makannya. Ia takut jika terlalu rakus akan membuat Rina curiga. Toh, ngidamnya sudah terlaksana dengan baik. "Kamu akan menginap disini, kan?" Tanya Rina dengan semangat. Laura terdiam sejenak lalu menatap ibunya dan menggelengkan kepala. "Sepertinya tidak bisa, bu. Besok harus kembali bekerja." Ujar Laura dengan lirih. "Baiklah, ibu mengerti, walau sebenarnya ibu ingin sekali kamu berlama-lama disini." Ujar Rina maklum. "Maafkan aku, bu. Aku tak bisa menemani ibu disini. Laura janji akan menyempat

  • Rahim Sewaan   Bab 26 - (Bertemu Ibu)

    "Tega kamu, mas." Ujar Arini dengan lirih. "Aku bisa jelaskan ini." Balas Reno cepat. "Jelaskan apa, mas? Ngasih tahu kalau kalian berhasil membodohiku dengan tinggal berdua di dalam kamar seperti ini?!” Ujar Arini dengan emosi. Laura yang menyadari suara itu segera menghampiri ke arah pintu. "Mbak Arini.." Ujar Laura yang merasa kaget. "Apa? Kamu kaget mengapa aku tiba-tiba ada di sini?" Ujar Arini dengan tatapan sinis. Reno segera menarik Arini keluar, "Ayo, kita bicara." Ucap Reno sambil menarik tangan istrinya yang masih emosi. Setelah Reno dan Arini pergi, Laura segera menutup pintu kamarnya. Ia menghembuskan napas pelan, berusaha untuk tak menghiraukan kedatangan Arini, walau sebenarnya tetap saja ia merasa bersalah dan tak enak hati. Untung saja saat ini pikirannya jernih sehingga bisa mengontrol kondisi emosionalnya dengan mudah. Ia mengingat perkataan dokter untuk bisa mengendalikan diri demi keselamatan janin yang berada dalam kandungannya. Toh, ia jug

  • Rahim Sewaan   Bab 25 - (Blackcard)

    "Bu, aku mohon, maafkan aku, Bu.." Reno terbangun kala mendengar rintihan orang yang berada di sampingnya. Ia bangkit perlahan dan melihat wajah Laura berkeringat deras. Segera ia menggoyangkan tubuh Laura dengan pelan, agar Laura tersadarkan dari mimpinya. "Laura,, Laura." Ujar Reno dengan perlahan, “Laura!”. Laura membuka matanya dengan cepat, napasnya tersengal seolah telah berlari karena dikejar sesuatu. "Kamu tidak apa-apa? Apa kamu mimpi buruk?" Tanya Reno saat melihat Laura terduduk sambil mengatur napasnya. Seketika Laura menoleh ke arah Reno yang berada di sampingnya. Matanya seketika terbelalak. "AAA!..." Teriak Laura ketika baru menyadari ada seorang pria di atas ranjangnya. Reno segera membekap bibir Laura dengan tangannya. "Mengapa kamu berteriak?" Tanya Reno panik, ia tak ingin orang mendengarnya dan berfikir yang tidak-tidak. Laura memberontak, ia melepaskan tangan Reno yang masih menutup bibirnya. "Harusnya aku yang bertanya. Kamu ngapain disin

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status