Selepasnya kepergian Badra gadis itu menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa panjang yang berada di dekat ruang depan, ouh, ya, teman-temannya kini sudah ada lantai bawah bersamanya. Oza mendengkus geli ketika melihat pemandangan yang sebenarnya awam baginya, ... Gadis itu mengulum bibirnya masam pada saat Puri berpura-pura tak melihatnya, Puri bahkan meneguk air liurnya kasar saat maniknya bertabrakan dengan manik Oza. Bahrain tergelak renyah lalu menaruh beberapa bungkus makanan yang telah ia bawakan, pemuda itu masih tetap duduk dipinggir tangga menuju lantai atas. “Seharusnya kakak gak perlu repot-repot,” desah gadis itu yang merasa tak enak hati karena terlalu banyak menyusahkan orang seperti Bahrain.
“Gak apa-apa, aku gak merasa direpotkan sama sekali.” Senyum itu tak memudar sampai saat kedua orang tua Oza datang senyum itu masih tetap terukir disudut bibirnya.
Bunda tersenyum pada setiap anak yang berada di dalam rum
Badra benar-benar merasa bersalah karena telah membuat janji untuk diingkari oleh Oza, pasalnya perempuan itu terus menunggu sang pemuda hingga hari menjelang malam. Pemuda itu saja masih berpakaian santai berbalut kaos distro murahan yang kerap kali ia pakai jika sedang berada di Malang, ... Gadis itu sudah bosan menunggu sampai akhirnya sosok yang bukan ia tunggu datang, itu Bahrain. Dengan senyum yang terpatri di sana, helaan panjang kemudian keluar begitu saja dari gadis itu, Oza melangkah ke arah parkiran motor lalu menatap sekilas pada Bahrain. Perempuan itu curiga dengan aktivitas yang dilakukan oleh pemuda dibelakangnya saat ini hanya sebuah tipuan agar ia tak menemui Badra. “Kakak ngapain di sini!?” Geram gadis itu yang sedikit merasa kesal karena pemuda itu terus saja menganggunya.“Apa? Aku gak ngapa-ngapain Cuma, disuruh sama cowok kamu.” Ujarnya dengan santai.Oza memanggil taksi lalu pergi meninggalkan tempat te
Disekolah Nida tak banyak bicara dengan Oza. Entahlah suasananya sangat canggung, padahal mereka juga bersikap layaknya seorang teman baik, akan tetapi rasanya berbeda dari sebelumnya, ... Nida duduk di dekat pintu kantin gadis itu tampak sendirian dan tak bersama siapapun, bahkan Oza pun tak terlihat bersamanya. Gadis itu menghela panjang sesaat ia memikirkan apa yang akan terjadi jika dirinya mencoba melepaskan seseorang seperti Badra, baginya sulit melepas semua yang telah dirinya dapatkan dengan susah payah. Nida tersenyum mencemooh dirinya sendiri, tak ada yang tersisa dari dalam hatinya saat ini, hanya ada kebencian dan dendam. Walaupun demikian ia berharap agar tidak terlalu mempersulit dirinya suatu saat nanti. “Udah lama nunggunya?” Tegur Vera yang dibarengin dengan kedatangan Puri juga Oza.“Gak kok,” ketiganya menganggukkan kepalanya mengerti. Oza mendengkus panjang seraya melirik arlojinya lalu kemudian memandang ke arah kedai
Oza sebenarnya merasa dighostingin sama Badra karena lelaki itu selalu menjadikannya pelarian namun jika perihal cinta apapun akan ia lakukan hingga maut merenggutnyapun ia rela jika itu lelaki seperti Badra, hari ini pemuda itu mengajaknya makan siang entah ada angin apa. Yang jelas ia sangat bahagia dan mulai merasa diperhatikan seperti dulu lagi, ... Pemuda itu terus mengabaikannya selama beberapa hari terakhir ini. Gadis itu mengulum bibirnya dalam, lelaki itu menarik satu kursinya dan menatap manik legam sang kekasih kemudian menutup ponselnya begitu saja."Udah lama?" Tegur sang pemuda, Oza tampak terpesona dengan penampilan Badra. Pemuda itu tak terlihat seperti ingin menemuinya karena hanya mengenakan kaos dan celana training biasa saja, gadis itu agaknya dibuat tidak berselera tinggi buat memesan."Loe kaya gak niat ketemu sama gue," lirihnya yang tak lekas menatap wajah sang pemuda. Badra tertegun mendengar kata-kata itu kemudian menggeleng kepalanya perlah
Saat ini Oza dan keluarganya sedang merencanakan untuk melakukan refreshing keluar kota, namun disaat seperti ini bukankah gadis itu harus ikut berpartisipasi dalam prosesnya? Tidak untuk kali ini. Oza akan dengan senang hati menerima keputusan apapun dengan tak melibatkannya dalam banyak hal, kenapa? Karena gadis itu tak mau hanya jadi pembantu yang hanya mendapatkan perintah dari sang kakak’. Arasya kesal akan sang adik yang bisa-bisanya tertidur pulas di pangkuan ibunya, perempuan itu tersenyum jahil dan segera mengurus tugas kampusnya. Tak lama gadis itu langsung membeliak ketika sang kakak menjejalnya dengan cabai merah, ... Ayah yang melihat hal itu menggelengkan kepalanya seraya tak habis pikir.“Mikir!” Pekik sang kakak yang tak diambil pusing oleh gadis itu, Oza melengos pergi meninggalkan ruang tamu sembari meminum air teh milik ayahnya. “Bun, kok gak dimarahin si!” Protes Arasya yang tak ditanggapi apapun oleh sang bunda.
Puri berjalan menuju pintu belakang rumah, gadis itu mengulum bibirnya kelu lalu menghela panjang saat mencapai pintu belakang rumah. Puri tentunya terkejut dengan kedatangan sang papa yang memandangnya lekat dan jangan lupa senyuman kikuknya itu, Puri hanya tersenyum sambil berkata. “Mati gue,” gadis itu langsung bergegas masuk ke dalam rumah dan berjalan meninggalkan halaman belakang. Gadis itu merebahkan dirinya pada sisi kasur berukuran besar, ... Puri mengangguk saja saat sang mama menyuruhnya mandi lalu, gadis itu beranjak dari posisinya kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi.Ponselnya bergetar hebat ketika ia berada di dalam kamar mandi, suaranya yang memekak membuat sang mama terpaksa menutup telinganya. “Sayang ada telpon!” Teriak mama, namun gadis itu tetap tak mendengar suara sang mama dan hanya terdengar suara gemercik air saja.Puri tak kunjung datang dari dalam kamar yang padahalnya gadis itu suda
Hari terus berlalu begitu saja tanpa ia sadari hati sudah semakin sore, kelas belum juga usai. Ketika pelajaran terakhir masih berlangsung Oza mendengkus geli kemudian meraih telapak tangan Puri, tiba-tiba jantungnya berdebar begitu kencang entah mengapa rasanya agak jenuh ketika Badra sudah tak berada di dekatnya lagi, semuanya haru terasa saat pemuda itu kembali ke London. Oza menghela panjang sesaat setelah bel benar-benar berdering gadis itu mengulum bibirnya dalam pada saat melihat sosok Arasya yang datang ke sekolahnya, ah, ya, ... Lupa jika bel hanya beberapa menit sebelum pelajaran dimulai kembali gadis itu dengan segera menghampiri sang kakak yang tampak berjalan ke arah kantor guru.Bu Mira terlalu banyak memberikan penjelasan pada pelajarannya tadi, sampai saat ini setelah pulang sekolahpun siswa kelas terpaksa masih harus stay sampai kisi-kisi ujian kenaikan kelas nanti tercatat semuanya. “Ya Tuhan mau sampai nginap apa?! Lama amat ini pelajaran!!” Protes
Sebenarnya ujian kenaikan kelas tak dilakukan hari ini namun karena ada keterlambatan dalam pemilihan waktu, jadi sekolah melakukan tanpa memedulikan rayon setempat. Oza telah menyelesaikan beberapa menit sebelum waktu yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah ketika mendengar bel berbunyi gadis itu langsung melengang keluar dari kelas lain dan meninggalkan teman-temannya yang masih mengerjakan soal, Oza memilih untuk belajar di dalam perpustakaan sekolah. Agar lebih nyaman ketika berada di dalam perpustakaan sekolah, gadis itu tak sengaja bertemu salah satu teman perempuan Badra. Oza memang tidak begitu mengenal siapa teman-temannya pemuda itu, namun jelas sekali dirinya mengenal lebih baik Fathanah.Fathanah terkejut melihat sosok yang selalu menjadi pemecah belah pertemanannya itu, ... Perempuan itu tersenyum kecil lalu menatap manik gadis cantik itu dengan sinisnya. Oza berdeham sedikit lalu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak lama Puri
Oza mendengkus panjang menatap langit yang kini berada dalam peraduannya, sudah berapa lama ia berada di tempat ini, taman itu terlalu banyak kenangan bersama pemuda yang selalu membuatnya merasa nyaman terlebih mengenai kedekatan diantara keduanya. Gadis itu terlalu malas hanya untuk melanjutkan perjalanannya menuju rumah yang tidak jauh dari kata baik’ itu, masih adakah dirinya dihati sang pemuda. Sampai saat ini. Badra benar-benar tak menghubunginya sama sekali, entahlah apa yang dilakukannya hingga tak mengabarinya, ataupun sekadar mengirimkan pesan singkat. Gadis itu menghela panjang kemudian beranjak meninggalkan taman itu, ketika ia berjalan sendirian ditepi tanpa adanya kendaraan yang melintas, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat disampingnya.Itu Bahrain sudah beberapa hari ini, gadis itu tak melihatnya, ... Oza menatap manik legam sang pemuda kemudian tersenyum tipis. Bahrain turun dari mobilnya seraya menyapa gadis itu dengan santai, mun