Share

Dua Puluh Dua

Merasa kurang enak badan, aku memilih berdiam diri di meja kerjaku. Membaluri dahiku dengan minyak angin supaya rasa pusing yang aku rasakan sedikit mereda.

Pintu ruangan terbuka, Ghina baru saja masuk setelah mengecek perlengkapan dapur kafe. Ia memperhatikanku sebelum duduk di kursi kerjanya.

“Masih pusing lo?”

Aku mengangguk.

“Mau minum obat?”

Kali ini aku menggeleng. “Lo tahu kalau gue gak bisa minum obat.”

Anti obat sebenarnya. Kalau sakitnya cuma pusing, atau pun flu aku lebih baik tidak minum obat.

“Kayak anak kecil,” ledek Ghina. “Yaudah mending gue anterin lo pulang deh. Istirahat aja.”

Aku menggeleng cepat seraya memijit-mijit dahi. “Gak. Di apartemen sepi. Di rumah terlalu rame. Mending di sini aja. Tiduran bentar juga paling ilang pusingnya.”

“Yaudah. Lo tidur deh,” balas Ghina sambil membuka laptopnya.

Tidur dalam posi

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status