Terimakasih untuk, Tuan Muhd Saiful, Jon Sugi, Bcman, Haris Fuadi dan Mohdazri Tarli atas dukungan gemnya✨✨✨👍
Langit pagi di atas kota Baidu masih diselimuti kabut tipis ketika aroma tinta dan kertas memenuhi sebuah ruangan luas di dalam kompleks utama klan Mu. Di balik pintu kayu berukir lambang naga berselimut awan, duduklah seorang pria paruh baya dengan postur tubuh tegap dan sorot mata tajam seperti pedang yang terasah. Janggutnya setengah memutih, menjuntai rapi di dada. Tangannya yang besar dan kuat tengah menggenggam kuas kaligrafi panjang, menggoreskan karakter-karakter kuno di atas lembaran kertas kuning berkualitas tinggi.Dia adalah Mu Xiong, kepala klan Mu—sosok pemimpin yang dikenal bukan hanya karena kekuatan dan kecerdasannya, tetapi juga karena kegigihannya mengejar ambisi: menjadikan klan Mu sebagai klan terkuat di seluruh wilayah Negara Tian Gu.Langkah kaki terdengar dari balik koridor.Tak lama kemudian, Mu Jinyun, putra sulungnya, masuk dengan langkah penuh percaya diri. Lelaki muda itu mengenakan jubah biru keabu-abuan dengan bordiran emas, rambut panjangnya diikat ke
Suasana mendadak sunyi. Zhan Hao, yang masih berdiri di tengah ruangan dengan wajah canggung, hanya bisa menunduk pelan. Biasanya, dia adalah sosok yang disegani di kota Baidu—pemimpin Paviliun Daozun Zhan, penguasa alkemis ternama di kota ini. Namun, di hadapan sosok bertopeng yang aura dan keahliannya tak bisa ditebak, dia merasa seperti murid bodoh yang baru saja ditegur oleh gurunya."A-ah... orang tua ini memang terlalu serakah," ucapnya sembari tertawa kecil, mencoba menutupi rasa malunya. "Apa yang dikatakan Tuan Long memang benar. Saya akan segera mengurusnya, secepat mungkin."Namun dalam batinnya, kekesalan terhadap dirinya sendiri menggelegak.'Aduh sial… aku terlalu terburu-buru… sekarang aku malah terlihat seperti orang tamak yang ingin merebut hasil kerja kerasnya. Kesan yang buruk!'Zhan Hao menahan diri agar tidak menggaruk kepala, walau rasa malu membuat tengkuknya terasa panas. Ia seolah ingin segera pergi dari ruangan itu, mengubur diri di balik dokumen-dokumen tuga
Di dalam kamar pemurnian khusus milik petinggi Paviliun Daozun Zhan, aroma herbal pekat dan energi spiritual memenuhi udara seperti kabut merah tipis yang melayang perlahan. Dinding-dinding batu giok memantulkan cahaya dari kristal penerangan yang menggantung di langit-langit, menciptakan bayangan temaram yang menari di antara tungku-tungku pemurnian. Hawa panas menyengat seisi ruangan, menyiratkan betapa intensnya proses pemurnian yang baru saja selesai dilakukan.Di tengah ruangan itu, seorang pria bertopeng putih berdiri dengan tenang. Jubah hitamnya dihiasi bordiran perak menyerupai lidah api yang menjalar dari leher hingga ujung lengan. Di tangannya, sebuah botol giok putih berisi cairan merah terang berpendar halus, seolah menyimpan nyala api dalam bentuk cair."Seperti yang kau minta, Pemimpin Paviliun," ucap pria bertopeng itu dengan suara serak dan berat. "Ini adalah ramuan obat Huo Feng Shenji, ramuan suci kelas tinggi. Salah satu dari tiga ramuan umum paling terkenal di
Shan Rong berdiri terpaku di tengah ruangan, sorot matanya surut oleh bayangan kecewa yang ia simpan dalam diam. Nafasnya tertahan di ujung bibir, sementara telunjuknya mengguratkan lingkaran kecil di tepi gaun cantiknya. Ia tahu—sudah cukup. Tak mungkin memaksa tetua Zhan Li lebih jauh lagi. Apalagi Ye Xiu pasti akan murka jika tahu dirinya keluar diam-diam meninggalkan klan tanpa sepengetahuan siapapun. Belum lagi jika para tetua tahu, harga dirinya bisa jatuh serupa daun di musim gugur. Di klan Ye, dia bagaikan burung yang hidup di dalam sangkar. Hanya boleh keluar jika memang ada perlu dan diizinkan. Bahkan setiap hari selau ada mata yang mengawasi gerak-geriknya. "Baiklah…" ucapnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri ketimbang Zhan Li yang memperhatikannya dari dekat. "Aku akan kembali. Terima kasih telah meluangkan waktu, Tetua Zhan." Zhan Li mengangguk pelan, menahan senyum kecil di balik janggut halusnya. "Begitu lebih baik. Gadis cerdas tahu kapan harus maju… dan kapan h
Keributan di aula utama Paviliun Daozun Zhan kian menjadi. Desakan orang-orang, teriakan ketidaksabaran, dan suara panci beradu dengan lantai membuat suasana gaduh seperti pasar malam yang kacau. Shan Rong berdiri di dekat salah satu pilar besar, matanya tajam mengamati keadaan. Ketika perhatian semua orang tertuju ke arah panggung tempat ramuan biasanya di tata, ia menyelinap ke arah samping aula.Di balik sebuah tirai merah yang hampir tak terlihat karena tertutup bayangan dinding, ia menemukan pintu dari kayu gelap, setengah terbuka, seolah sengaja dibiarkan tak terkunci. Jantungnya berdetak lebih cepat, tapi jemarinya tak ragu saat mendorongnya perlahan.Klik.Pintu berderit pelan saat dibuka, memperlihatkan lorong anak tangga yang naik ke atas. Suara keributan dari aula meredup seiring langkah Shan Rong menjauh, menyusuri lorong berliku itu. Kegelapan menyambutnya, namun matanya cukup terbiasa untuk melihat dalam cahaya remang.Tangga batu menuntunnya naik ke lantai dua. Ia mela
Langkah Shan Rong kembali menyusuri jalan setapak kota Baidu, meninggalkan gang gelap dan tubuh-tubuh pingsan di belakangnya. Meski wajahnya tetap dingin dan tatapannya lurus ke depan, ia tahu waktunya telah banyak terbuang. Gangguan kecil itu seharusnya bisa ia hindari. Namun ia tak bisa memprediksi bahwa seorang bocah pencopet bisa menyeretnya ke dalam jebakan semacam itu."Aku terlalu ceroboh," gumamnya pelan.Tapi semua sudah lewat, dan ia kembali fokus pada tujuannya. Dan tepat saat ia pergi, kantong kecil itu Shan Rong lempar ke belakang, memberikannya pada bocah itu yang sepertinya membutuhkan uang untuk membeli makanan.Jalanan masih tampak seperti biasanya penuh keramaian aktifitas penduduk, lampu-lampu lentera di atas jalan masih menyala terang. Cahaya merah keemasan membingkai tubuhnya saat ia melangkah semakin dekat ke arah paviliun yang berada di pusat kota, berdiri dengan megah di antara bangunan-bangunan lainnya.Atapnya bersusun mennjadi tujuh bagian, ujungnya melengk