Roar!
Rawr! Nayaka Manggala melihat dari balik pohon, di mana terdapat binatang buas yang tengah berhadapan satu sama lain. Dua ekor macan hitam melawan seekor harimau loreng. "Mereka adalah binatang buas tingkat 2 yang cukup kuat, dengan kekuatanku saat ini aku tidak akan mampu mengalahkan mereka. Lebih baik aku menunggu saat yang tepat sebelum melancarkan serangan. Kita harus bijak dalam menentukan pilihan sebelum bertindak." Kedua macam tersebut terus menatap pada harimau loreng yang menjadi mangsanya. Sebagai penguasa dari hutan, tentu saja mau tidak ingin kedua macan tersebut mengalahkannya karena itu tentu akan menghancurkan harga dirinya. Roar! Setelah perang dengan keras harimau loreng tersebut menyerang ke arah kedua macan yang dengan cepat menghindari serangannya. Cat harimau tersebut berbalik salah satu macan langsung melompat ke arahnya dengan menerkam punggungnya. Rawr! Harimau tersebut tersentak dengan meraung keras, mencoba melepaskan diri dari terkaman macan tersebut. Namun saat baru ia ingin memberontak, macan lainnya dengan cepat mencakar leher dari harimau tersebut. Srak! Srak! Untuk membuat harimau kembali terkejut, mencoba fokus pada macan yang menyerang lehernya. Namun macan yang menggigit punggungnya dengan cepat semakin mengoyak daging harimau. Roar! Harimau yang kesakitan dengan cepat membanting dirinya sehingga macan yang menggigit punggungnya ikut terjatuh dan tertindih oleh tubuhnya, kaki depan harimau langsung menghantam bagian belakang macan tersebut yang dilihatnya. Macan yang satunya dengan cepat melompat dan menerkam leher dari harimau untuk menghentikan pergerakannya. Kemelut benar-benar terjadi diantara ketiga binatang tersebut. "Aku belum bisa menggunakan tenaga dalamku dengan baik, tetapi dengan bermandikan darah binatang buas tersebut kemampuanku bisa bertambah. "Aku tidak menyangka jika Karena melakukan hal seperti ini lagi setelah beratus tahun menjadi seorang praktisi di alam khayangan.." Nayaka Manggala dengan cepat mengambil sebatang kayu di tanah ia lalu bersiap untuk melakukan serangan dadakan terhadap ketiga binatang tersebut begitu mereka lengah dan kelelahan. Di saat ketiga binatang buas tersebut semakin lelah, dengan harimau yang menjadi mangsa kedua macan. Nayaka Manggala melakukan serangan diam-diam dari belakang. Hup! Teknik iblis tusukan kematian! Jleb! Roar! Salah satu macan yang tadinya menggigit leher dari harimau terkejut dengan serangan dadakan tersebut. Sebatang kayu lancip langsung menembus tubuhnya. Darah berceceran di tanah, perlahan ia mencoba membalikkan badannya untuk melihat siapa yang melakukan serangan tersebut. Namun baru saja ia hendak menoleh kayu yang menusuknya dicabut dengan paksa lalu kembali ditusukkan pada lehernya.. Srakk! Jleb! Ketika macan tersebut mati dengan luka tusukan yang membuat darahnya membanjiri tanah. Melihat hal tersebut macan lainnya yang tengah mengoyak perut dari harimau mengalihkan pandangannya pada manusia yang berani mengganggunya. "Menatapmu seperti itu! Aku sangat tidak menyukai tatapan seperti itu!" tatap Nayaka Manggala dengan mata merahnya. Sontak saja hal tersebut membuat sang macan terdiam, mata manusia yang ada di depannya tersebut seakan menandakan kematian yang mutlak bagi dirinya. Niat dan tekad macan tersebut yang ingin menyerang manusia perlahan menciut seiring dengan hawa membunuh yang dikeluarkan oleh Nayaka Manggala. Sebagai Maharaja di alam khayangan, hawa membunuh dan intimidasi yang diberikan Nayaka Manggala tentu saja sangat kuat sehingga macan tersebut merasakan ancaman yang sangat berbahaya. Tubuh dari macan tersebut tidak bisa bergerak begitu menatap tatapan mata dari Nayaka Manggala. Harimau yang sudah sekarat akibat diserang oleh kedua macan nampak menarik sayu pada sosok manusia yang juga membuatnya terkejut dan ketakutan. "Memang seharusnya seperti itulah kalian sebagai seorang binatang! Di depan Maharaja ini kalian harus tunduk!" Perlahan Nayaka Manggala mendekati macan yang berdiri dengan terdiam tersebut. Kembali menusukan ranting kayu yang ia bawa tepat pada leher macan. Jleb! Tanpa adanya perlawanan macan tersebut akhirnya tumbang dengan luka tusuk yang terbuka lebar di lehernya. Pandangan Nayaka Manggala beralih pada harimau yang sudah tidak ada harapan hidup. "Sebagai raja hutan, kamu benar-benar mengecewakan tetapi menghadapi situasi seperti tadi memang tidak ada jalan keluar." Teknik iblis, tebasan kilat! Srat! Kayu yang diayunkan dengan cepat langsung memotong setengah dari leher harimau yang tengah sekarat. Kini ketiga binatang tersebut telah mati. Nayaka Manggala membuang kayu yang dia gunakan untuk membunuh ketiga binatang buas yang telah menjadi incarannya. Segera saja ia duduk diantara ketiga binatang buas tersebut yang terus mengeluarkan darah dari tubuhnya. Teknik iblis haus darah! Secara perlahan darah dari ketiga binatang tersebut mulai terserap oleh Nayaka Manggala yang duduk di tanah. Kabut hitam dari ketiga mayat binatang tersebut juga secara perlahan mengitari tubuh Nayaka Manggala. Nayaka Manggala memejamkan matanya dengan merasakan energi yang berasal dari ketiga binatang buas tersebut masuk ke dalam dirinya, semua energi tersebut dia kumpulkan pada dantiannya yang menjadi pusat menyimpan tenaga dalam. "Rasanya benar-benar menjijikan namun di saat yang bersamaan ia juga terasa nyaman, tubuh ini sebelumnya adalah tubuh yang tidak akan pernah memasuki jalan seorang praktisi bela diri namun aku merubahnya menjadi tubuh yang akan menjadi praktisi beladiri terkuat di muka bumi. "Kedepannya akan lebih banyak lagi hal-hal yang ku serap untuk menjadikan tubuh ini yang terkuat, sebagai permulaan aku harus membuat tubuhnya bermandikan darah pada binatang iblis di hutan ini." Setelah menyelesaikan penyerapan darah dan energi dari ketiga binatang buas tersebut, hengkara beralih dengan mencari tempat di mana bekas pertarungan antara sesama binatang buas maupun manusia. Ian berniat mengambil energi dari mayat binatang iblis maupun manusia tersebut, selain itu di tempat pertarungan mereka pasti menyisakan energi negatif dari dendam maupun ketidakterimaan atas kematian yang dialami oleh mereka. Energi negatif tersebut adalah cara instan untuk bertambah kuat bagi seorang praktisi aliran sesat. Berhari-hari Nayaka Manggala melakukan hal tersebut untuk membentuk ulang tubuhnya serta meningkatkan kekuatannya meskipun tidak begitu banyak karena caranya tersebut tidak bisa selalu digunakan terutama karena tingkat dari binatang buas yang berada di hutan tersebut begitu rendah. Namun dari hasil tersebut ia berhasil naik menjadi ranah pengumpulan tenaga dalam bintang 2. Mata Nayaka Manggala terbuka, ia menatap pada tangannya sembari meremas tinjunya. "Setelah berhari-hari melakukan perburuan pada binatang buas di hutan ini aku hanya berhasil naik menjadi ranah pengumpulan tenaga dalam bintang 2. Benar-benar sangat lambat, sepertinya aku harus mencari darah manusia. "Sudah beberapa hari ini juga aku belum menemui satu manusia pun di hutan ini sepertinya mereka begitu menjaga jarak dengan para binatang buas di tempat ini. "Kalau begitu sebaiknya aku mulai mencari mereka dengan berpindah tempat!' Segera Nayaka Manggala beranjak dari gua yang dijadikan tempatnya untuk beristirahat dan berkultivasi. Hup! Nayaka Manggala berlari dengan cepat di antara pepohonan hutan tubuhnya yang sudah semakin kuat dan luka yang pulih membuatnya ia mampu bergerak dengan leluasa meskipun dia belum mampu untuk melompat di antara dahan pohon. Srak! Srak! Srak! Bruak! Argh! Tiba-tiba langkahnya terhenti setelah ia mendengar suara kegaduhan tak jauh dari tempatnya saat ini. Srakk! Nayaka Manggala mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara tersebut. "Itu adalah suara manusia! Sepertinya aku menemukan mereka!!" Dengan cepat Nayaka Manggala beralih arah menuju sumber suara tersebut. Ia sudah sangat tidak sabar untukmu bertemu dengan sesama manusia semenjak ia bangkit. "Seperti apa manusia di tempat ini? Aku benar-benar penasaran dengan mereka!" Deg! ******* Sementara itu diantara beberapa pohon, sekelompok anak muda mengepung seekor ular putih berukuran satu batang pohon kelapa. Saat ini ular tersebut tengah melilit salah satu anak muda yang menjadi bagian dari kelompok tersebut. Arghh! "Tolong aku!" pinta anak tersebut yang merasakan tubuhnya semakin kesakitan dan remuk akibat dari lilitan ular putih tersebut. Gardhana Surendra—pemimpin dari kelompok anak muda tersebut nampak begitu ragu begitu berhadapan dengan ular putih tersebut. Tangan kanannya memegang sebuah pedang cukup panjang dengan tangan kiri yang memegang keris. "Ular putih ini terlalu kuat untuk kita lawan, sebaiknya kita mundur dan memikirkan rencana ulang!" saran salah satu orang dengan memegangi tangan kirinya yang lemas Tangan anak muda tersebut patah setelah tadi terkena sabetan ekor dari ular putih. "Itu benar sebaiknya kita mundur dan membuat rencana ulang! Jika seperti ini kita tidak akan pernah bisa membunuhnya bahkan bisa saja terbunuh balik!" sahut anak muda lainnya sembari menyeka mulutnya yang mengeluarkan darah setelah tadi menghantam pohon akibat disabet ekor ular putih. Namun Gardhana Surendra yang menjadi pemimpin kelompok tersebut tidak setuju dengan saran dari teman-temannya. Ia yang sudah lama menginginkan hati ular putih untuk dijadikan pil agar bertambah kuat tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sangat sulit didapatkan ini. "Pokoknya kita harus bisa membunuh ular putih sialan ini! Jika tidak bagaimana mungkin kita bisa dipanggil sebagai seorang praktisi beladiri! Ingatlah jika ular ini telah membunuh dua orang teman kita!"seru Gardhana Surendra Teman teman Gardhana Surendra menelan ludah sembari sekilas melirik pada tubuh salah satu temannya yang tergeletak di atas tanah. Tubuh tersebut adalah teman mereka yang tadi dililit oleh ular putih hingga remuk sehingga ia menemui ajalnya. Sementara itu satu temannya lagi sudah dimakan oleh ular putih, saat ini satu orang temannya lagi tengah dililit oleh ular tersebut yang bisa saja menjadi korban selanjutnya. "Semuanya segera berpencar untuk mengepungnya!" seru Gardhana Surendra memberikan perintah Teman teman Gardhana Surendra mau tidak mau akhirnya menuruti perintah tersebut dengan bergegas mengepung ular putih tersebut. "Jika ada yang melihat kesempatan untuk menyerang, segera tebas ular sialan ini! Aku yakin dengan serangan seperti itu kita bisa membunuhnya! Ini hanyalah masalah waktu saja! Sebentar lagi juga ia kelelahan!" lanjut Gardhana Surendra memberikan semangat "Yaa!" Tanpa sepengetahuan Gardhana Surendra dan teman-temannya, dari balik pohon Nayaka Manggala mengintip. "Pakaian yang mereka gunakan sama persis, sepertinya mereka berasal dari Perguruan Cakra Kembar. Jadi mereka menargetkan ular putih itu?" Tatapan Nayaka Manggala langsung terfokus pada ular putih yang berdiri sembari menjulurkan lidahnya. "Ular putih yang merupakan binatang buas tingkat 2 memang cukup merepotkan jika kita tidak mengetahui cara menanganinya. "Sebaiknya aku memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya sebelum mengambil tindakan. Mau bagaimanapun juga aku belum cukup kuat untuk membunuhnya sendiri. Lebih baik memanfaatkan sekelompok anak ini saja!"Nayaka Manggala melonjakan tenaga dalamnya hingga membuat sebuah kabut hitam yang menyelimuti tubuhnya membuat pandangan pangeran ketiga dan beberapa pengawal yang tersisa menjadi terhalang. Tangan Nayaka Manggala yang diselimuti tenaga dalam segera menyentuh perut dari Batari Cahyaningrum. Sruak!! Tiba-tiba ia menarik paksa keluar api Surgawi dari tubuh Batari Cahyaningrum yang gagal memurnikannya. Batari Cahyaningrum sangat kesakitan dengan hal tersebu. Ia sampai mengerang keras. Arrghh! Bruk! Begitu api surgawi keluar, Batari Cahyaningrum merasa tubuhnya sangat lemah bahkan ia sampai tengkurap di tanah. Penglihatannya mulai kabur seiring dengan luka dalam yang dimilikinya akibat gagalnya penerobosan. Tenaga dalam di dalam tubuhnya juga kacau hal tu memperburuk keadaannya. Nayaka Manggala yang melihat api surgawi di tangannya segera mem
Di dalam gua, ratu medusa atau Batari Cahyaningrum berusaha memurnikan api surgawi. Tangannya yang menyentuh api surgawi terasa sangat panas namun berusaha ditahannya. "Ternyata api surgawi sepanas ini, tenaga dalam yang kugunakan untuk melapisi tanganku bahkan rasanya tidak berguna. Aku harus segera memurnikan apapun yang terjadi. Semakin lama memurnikannya keadaan akan semakin buruk." Api surgawi perlahan masuk ke dalam tubuh ratu Medusa lalu berputar-putar di sekitar dantian ya yang menjadi pusat dari tenaga dalam seorang seniman beladiri. Ratu Medusa memejamkan matanya dengan mencoba fokus untuk memurnikan api surgawi agar menyatu dengan dantiannya. Tenaga dalam miliknya menyewa mengelilingi tubuhnya. Keringat bercucuran membasahi wajah cantik yang sangat mempesona. Giginya sedikit menggeretak menahan rasa sakit dan panas yang membakar tubuh. Aliran darahnya semakin cepat. Ugh! Bruk!
Keributan yang disebabkan oleh serangan dari Gunung Madayana dan respon dari pasukan dari Gunung Pelangi langsung membuat kacau keadaan Gunung Pelangi Irawan selaku penatua pertama dari Gunung Pelangi dengan cepat memberikan arahan kepada para penghuni dari Gunung Pelangi. "Semuanya segera bergerak, saat ini ratu kita sedang berusaha untuk melakukan terobosan dan apapun yang terjadi kita harus menghentikan para pengganggu ini.""Baik penatua!" sahut kompak orang-orang dengan mengangkat senjatanya"Penatua yang lain tolong juga bergerak untuk melakukan yang terbaik guna melindungi ratu kita!" lanjut Irawan Penatua dari Gunung Pelangi yang lain segera dengan cepat bergerak untuk menghentikan para penyusup yang datang ingin menghancurkan tempat mereka.Nayaka Nayaka Manggala yang melihat pergerakan dari orang-orang Gunung Pelangi segera bergerak menyusup dengan memanfaatkan nafas pil penyembunyi miliknya menerobos menuju tempat ratu Medusa yang ingin melakuka
Nayaka Manggala mampir ke kediaman sesepuh kedua, tujuannya untuk meminta izin berlatih di hutan dekat sekte sehingga tidak bisa hadir di kediaman selama beberapa hari ke depan.Namun baru saja ya memasuki altar kediaman sesepuh kedua, ia sudah dihadang oleh Batari Cendatari yang menantang bertarung Nayaka Manggala . Batari Cendatari memiliki ranah satu tingkat di atas Nayaka Manggala ."Kakak senior benar-benar ingin menantangku?" tatap Nayaka Manggala yang sebenarnya enggan meladeni kakak seniornya tersebut Batari Cendatari menitipkan matanya dengan kembali menghunuskan pedangnya ke arah adik juniornya tersebut. "Apa tahu kamu benar-benar kuat, tapi aku ingin mencoba sendiri. Kamu hanya berada satu tingkat di bawahku, Aku ingin tahu seberapa jauh perbedaan di antara kita!"Nayaka Manggala menganggukkan kepala dengan menyadari maksud dari kata seniornya tersebut."Baiklah kalau begitu! Tetapi segeralah menyerah jika memang kau sudah tidak sanggu
Nayaka Manggala pergi ke Pasar Weling setelah mendengar jika keberangkatan dari sesepuh ke-5 untuk menggagalkan evolusi Ratu medisa masih akan dilaksanakan beberapa hari lagi."Sebelum pergi kembali berpetualang aku harus menjual apa yang sudah aku dapatkan selama perjalanan kemarin. Memang benar jika cincin ruang sangat luas, akan tetapi menyimpan barang-barang yang tidak berguna hanyalah buang-buang tempat."Sesampainya di Pasar Weling , Nayaka Manggala menjual semua hasil buruannya selama perjalanan kemarin.Seperti yang biasanya, butuh waktu cukup lama bagi pelayan Paviliun untuk menghitung jumlah koin emas yang didapatkan dari penjualan barang-barang hasil buruan. Banyak orang yang terkejut melihat banyaknya hasil buruan yang di keluarkan oleh Nayaka Manggala ."Bagaimana bisa murid itu mendapatkan banyak barang buruan?""Di hutan dekat perguruan tidak begitu banyak binatang iblis yang bisa diburu, kalaupun ada kebanyakan akan rusak karena pertarung
Beberapa hari kemudian, Nayaka Manggala kembali ke perguruan setelah bepergian cukup lama. Namun baru saja ia masuk ke kediaman penatua kedua untuk melaporkan dirinya yang telah kembali, Batari Candawani yang sedang berlatih di altar segera menghadangnya dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut. Meskipun ia tidak tahu pada tingkat berapa Nayaka Manggala telah berada, namun ia bisa merasakan jika batasan dari ranah penempaan tulang telah berhasil ditembus. "Bagaimana bisa kamu menerobos ranah penyatuan alam secepat ini?" tatap Batari Candawani dengan sangat terkejut dan tidak percaya Nayaka Manggala dengan santai menjawab, "sudah kubilang jika tak ada yang bisa tak mungkin kulakukan." Mendengar jawaban tersebut Batari Candawani mengerutkan keningnya dengan kesal, "Kata-katamu itu sungguh sangat menyakitkan bagiku." Nayaka Manggala yang merespon namun dia bisa mengerti perasaan dari kata seniornya tersebut. Bagaimanapun j
Raungan naga necro!Roar!!!!Gelombang kejut dari raungan seni bela diri langsung menuju singa emas.Kumpulan asap dari ledakan akibat serangan tadi seperti cara menghilang.Yang melihat serangan tersebut langsung melancarkan serangan balik dengan meraung keras.Roar?!!!Dua serangan gelombang suara tersebut saling berbenturan dan menyebabkan gelombang yang menyebar dengan kuat sekitar.Beberapa batuan pada tebing segalanya hancur dan berjatuhan, daun-daun dari pepohonan juga berguguran.Teknik Iblis Surgawi Kehancuran bentuk pertama. Telapak segel neraka!Di tengah serangan gelombang suara yang masih terjadi, sebuah telapak tangan besar dari tenaga dalam melesat ke arah singa emas.Wuzz!Duarr!Singa emas tersebut segera melompat menghindari serangan tersebut. Duar!Serangan telapak tangan raksasa menghantam tempat singa emas tadi berdiri. Seketika tempat tersebut ha
Setelah dari jurang Guntur dan mendapatkan apa yang ia cari Nayaka Manggala pergi mencari sebuah gua tak jauh dari tempat tersebut untuk menyempurnakan sayap Guntur yang sudah ia rencanakan serta menembus ranah penyatuan alam .Hup!Nayaka Manggala berhasil menemukan sebuah gua yang cukup tersembunyi dengan pepohonan lebat yang mengelilingi."Sepertinya tempat ini sangat aman untuk melakukan penerobosan, kalau begitu kita harus memasang formasi pelindung terlebih dahulu.Segera Nayaka Manggala menyebarkan 8 bendera di sekitar gua lalu membentuk segel dengan tangannya.Formasi tempurung kura-kura!Secara perlahan bendera-bendera yang telah terpasang tersebut memancarkan pilar energi lalu menyatu satu sama lainnya membentuk sebuah tempurung kura-kura.Setelah formasi tempurung kura-kura telah terpasang. Nayaka Manggala bergegas masuk ke dalam gua yang cukup gelap tersebut. Ia duduk bersila dengan mengeluarkan bangkai d
Duar!Ledakan besar terjadi tepat lebih tebing, tempat Nayaka Manggala dan Widuri Pratiwi berada.Widuri Pratiwi yang memejamkan mata dengan pasrah terasa anda tidak merasakan sesuatu yang menyakiti tubuhnya. Padahal jelas jika ledakan tersebut seharusnya mengenainya. Perlahan matanya terbuka, cahaya yang seharusnya menyinari dirinya, tiba-tiba terhalangi oleh bayangan lebar yang melindunginya.Kiakkk!Suara teriakan dari burung guntur langit terdengar keras." Apa yang kamu lakukan?" Tatap Widuri Pratiwi yang menyadari jika burung Guntur langit Tengah melindungi dirinya dari serangan singa emas Nayaka Manggala mengerutkan keningnya dengan terkejut." dia melindungi kita karena kita membawa telur miliknya." ujar Nayaka Manggala Burung Guntur langit nampak terluka cukup parah akibat serangan yang barusan ya terima.Singa emas yang melihat hal tersebut kembali melancarkan serangan kuatnya menuju burung guntur langit.Roar!!Roa