Nayaka Manggala melihat mayat Gardhana Surendrayang terbaring di atas tanah dengan luka tebas dari pundak hingga dadanya.
"Aku telah membalaskan dendammu, kamu bisa merasa tenang setelah ini. Namun tenang saja jika aku akan melanjutkan balas dendam terhadap mereka yang beruntung selama ini." Nayaka Manggala segera berlutut dengan mengambil cincin penyimpanan dari tangan Gardhana Surendra dan teman-temannya yang telah terbunuh. "Sebagai murid dari Perguruan Cakra Kembar, mereka tidak memiliki banyak barang berharga, namun ini lebih dari cukup untuk sementara waktu." Nayaka Manggala bergegas duduk bersila sembari kembali menyerap darah dan energi dari mayat Gardhana Surendra dan lainnya. Tak hanya itu ia juga menyerap darah milik ular putih yang tadi dibunuhnya. Kulit beserta sisik ular putih yang terkenal dengan keras segera ia pisahkan dari tubuh ular tersebut. Nantinya kau lihat ular tersebut akan dia buat sebagai pakaian agar ia lebih terlindungi dari serangan di kemudian hari. Setelah membereskan semuanya dan berhasil naik ke ranah pengumpulan tenaga dalam bintang 3 Nayaka Manggala bergegas mencari sungai untuk membersihkan dirinya. Saat ia membersihkan dirinya di sungai, hengkara melihat keadaan cuaca yang masih saja mendung. Hujan nampaknya masih akan turun hingga malam hari. "Selain mendapatkan beberapa barang yang bisa aku gunakan untuk sementara waktu, ada juga beberapa buku teknik bela diri dari cincin penyimpanan mereka. "Aku tidak bisa langsung menunjukkan pada dunia jika aku adalah seniman bela diri aliran sesat, karena hal itu akan membuatku menjadi diburu mereka. Sepertinya aku harus mempelajari beberapa teknik bela diri yang aku temukan untuk menjadi teknik bela diriku sementara waktu." Nayaka Manggala kembali menghela nafas sembari merasakan aliran sungai tempatnya membersihkan dirinya. "Untuk sementara waktu aku harus mengumpulkan kekuatan hingga paling tidak ranah pengumpulan tenaga dalam bintang 5 sebelum keluar dari hutan ini. "Di dunia ini kekuatan adalah yang utama tanpa kekuatan aku hanya akan tertindas dan mengulang kejadian yang sama dengan pemilik tubuh sebelumnya." ******** Di kediaman keluarga Surendra. Arjuna Surendra–sesepuh kedua dari keluarga Surendra yang sedang santai di ruangannya tiba-tiba dihampiri oleh seorang pelayan dengan begitu terburu-buru. Gruduk! Gruduk! "Ada apa kamu begitu terburu-buru? Apa ada hal penting yang ingin kamu laporkan?" tatap Arjuna "Ampun sesepuh! Beribu ampun, aku datang kemari untuk memberitahukan hal yang sangat penting pada sesepuh. "Aku baru saja kembali dari ruangan tempat penyimpanan plat kehidupan milik keluarga. Dan plat kehidupan milik tuan muda kedua, Gardhana Surendra hancur!" Deg! Brakk! Ekspresi wajahnya begitu merah muram dengan sorot mata yang begitu tajam. "Apa katamu?! Plat kehidupan milik anakku hancur?" Mendengar laporan tersebut Arjuna dengan kuat menghancurkan sandaran tangan pada kursi yang ia duduki. Pelayan yang memberikan informasi langsung bersujud di lantai setelah melihat kemarahan dari sesepuh tersebut. "Ampun sesepuh! Ampun hamba hanya memberikan informasi." Arjuna mencoba menahan emosinya,"segera perintahkan orang untuk pergi mencari keberadaan dari Gardhana. " Panggil Gentala kembali! Suruh dia untuk menghadapku!" " baik sesepuh! Hamba mohon undur diri!" Pelayan dengan cepat mundur meninggalkan ruangan tersebut. Arjuna menggeretakan giginya sembari mengeplkan tangannya dengan kuat. " Siapa yang berani membunuh anakku?! Aku akan mencarinya sampai ke ujung dunia dan membalaskan hal ini! " ****** Nayaka Manggala selama beberapa hari terus berkelana di dalam hutan. Ia bertemu dengan beberapa kelompok murid dari Perguruan Cakra Kembar. Kelompok para murid tersebut pada akhirnya ia bunuh secara diam-diam saat mereka Tengah beristirahat ataupun setelah terluka akibat bertarung dengan binatang buas. Serangan yang begitu diam-diam dan tiba-tiba membuat. Kelompok murid dari Perguruan Cakra Kembar tidak ada yang berhasil selamat satupun. Hal itu membuat peningkatan tingkat kekuatan dari hengkara hingga mencapai ranah pengumpulan tenaga dalam bintang 5. " Saat ini aku telah mencapai ranah pengumpulan tenaga dalam bintang 5. Sepertinya sudah saatnya untuk keluar dari hutan dan melihat Seperti apa kehidupan manusia di alam bawah ini." Bergegas Nayaka Manggala bergerak untuk mencari jalan keluar dari hutan tersebut. Namun belum lama ia bergerak di antara dahan pohon, ia bertemu dengan sekelompok orang yang tengah mengepung seorang gadis cantik. "Ayolah adek Batari Candawani...Jadilah wanitaku." goda Gumilar Surendra dengan tersenyum mesum "Aku tidak sudi denganmu!" Batari Candawani -murid Perguruan Cakra Kembar- mengerutkan keningnya ,"pergi dan jangan ganggu aku!" bentaknya keras Mendengar perkataan penolakan yang cukup kasar tersebut dari gadis secantik Candawani, Gumilar Surendra malah tersenyum dengan bangga. Gumilar Surendra-murid Perguruan Cakra Kembar yang gemar dengan gadis cantik. "Penolakan yang kamu lakukan itu malah semakin membuat kakanda ingin mendapatkan kamu. Caramu yang cukup kasar tetapi itu yang aku suka."puji Gumilar Surendra Batari Candawani yang terduduk di atas tanah dengan bersandar pada batang pohon mencoba menggerakkan tubuhnya, namun beberapa luka di sekujur tubuhnya membuatnya lemas. Tidak hanya itu pakaiannya juga sobek di sana sini setelah sebelumnya ia mencoba bertarung dengan binatang buas untuk meningkatkan kekuatannya namuan ia gagal. Setelah kabur dari pertarungan dengan binatang buas, dirinya malah bertemu dengan kelompok Gumilar Surendra. Nasib yang benar benar sial. "Gumilar Surendra, kamu memang punya selera yang tinggi. Batari Candawani ini memang sangat cantik, bahkan saat dia marah justru kecantikannya semakin terpancar." sambung teman Gumilar Surendra "Itu benar. Tetapi aku lebih menyukai kakaknya. Dia lebih terlihat dewasa dan manis. Apalagi dengan tubuhnya yang membuatku ingin menjamahnya." Sambung teman lainnya "Hahahhaa!" Tawa Gumilar Surendra dengan teman temannya membuat Batari Candawani semakin kesal dan takut disaat bersamaan. Ia sudah mendengar banyak sekali rumor mengenai Gumilar Surendra yang suka sekali menculik gadis lalu menidurinya. "Bagaimana cara aku pergi dari sini? Melawan mereka itu tidak mungkin. Apa aku harus bunuh diri saja? Aku tak ingin disentuh mereka!' gumam Batari Candawani dengan menutupi dirinya Diatas dahan pohon, Nayaka Manggala melihat pengepungan Batari Candawani. Begitu ia melihat pakaian yang digunakan Candawani dan Kelompok Pria yang mengepungnya. Ia jadi tahu jika mereka dari Perguruan Cakra Kembar yang sama. 'Merundung seorang wanita yang sedang terluka, mereka benar benar pengecut. Sepertinya gadis itu habis bertarung dengan binatang buas dilihat dari lukanya. Aku tidak mengerti kenapa hal seperti ini masih saja terjadi dimanapun. Seorang pria wajar jika tertarik dengan wanita karena itu memang takdirnya. Tetapi cara mendapatkan dengan seperti ini paling aku benci.' Gumilar Surendra mulai mendekati Candawani dengan ekspresi wajah mesum dan tangan yang nakal. "Kakanda datang dinda Candawani.." Batari Candawani semakin terdesak, ia menggeser duduknya mundur namun di belakangnya sudah ada pohon yang membuatnya kehabisan jalan kabur. Pemandangan itu mengingatkan Nayaka Manggala dengan pengalamannya dulu yang melihat Pujaningsih Prameswari dirundung dengan cara yang sama. Pada akhirnya si perundung di bunuhnya tanpa meninggalkan jejak yang membuat faksinya bertempur dengan faksi asal di perundung. Namun masalah itu beres dengan faksi Nayaka Manggala yang lebih kuat dan memenangkan hasil pertempuran tersebut meskipun ia tak bisa memusnahkan faksi tersebut akibat campur tangan faksi lainnnya. Disaat bersamaan ia teringat dengan pengkhianatan Pujaningsih Prameswari, seketika ia menjadi geram. 'Melihat ini, rasanya sangat muak!' Gumilar Surendra dengan cepat meraih pakaian Batari Candawani. Srak! Aaaaa! Pakaian Batari Candawani di robek paksa oleh Gumilar Surendra. "Woow!!" Mata Gumilar Surendra berbinar binar dengan mulut yang terbuka dan menjulurkan lidahnya seperti ular begitu melihat kulit mulus Batari Candawani. Air liurnya bahkan menetes seperti orang kelaparan. Padahal dia tidak mungkin memakan Batari Candawani yang sesama manusia. "Mulus sekali kulitmu dinda..."puji Gumilar Surendra "Hemm wangi tubuhmu benar benar membuat kakanda ingin sekali segera menjamah mu." Gumilar Surendra mencium robekan pakaian milik Batari Candawani tersebut. Teman teman Gumilar Surendra tersenyum dengan perasaan senang. Setelah Gumilar Surendra selesai dengan Candawani, maka giliran mereka akan tiba. Melihat kulit mulus Batari Candawani membuat mereka semakin tidak sabar. Gumilar Surendra semakin mendekati Batari Candawani. "Kemari dindaku Candawani, kakanda akan memperlakukan kamu dengan lembut. Tidak akan ada rasa sakit. Yang ada hanyalah kenikmatan bersama yang kita rasakan!" Ekspresi wajah Batari Candawani semakin pucat. Ia mengesot mundur dengan menyeret kakinya. "Mundur! Menjauh dariku!" hardik keras Batari Candawani "Ayolah adinda sayang... datanglah!" tatap Gumilar Surendra "Ti-Tidak!" teriak Batari CandawaniNayaka Manggala melonjakan tenaga dalamnya hingga membuat sebuah kabut hitam yang menyelimuti tubuhnya membuat pandangan pangeran ketiga dan beberapa pengawal yang tersisa menjadi terhalang. Tangan Nayaka Manggala yang diselimuti tenaga dalam segera menyentuh perut dari Batari Cahyaningrum. Sruak!! Tiba-tiba ia menarik paksa keluar api Surgawi dari tubuh Batari Cahyaningrum yang gagal memurnikannya. Batari Cahyaningrum sangat kesakitan dengan hal tersebu. Ia sampai mengerang keras. Arrghh! Bruk! Begitu api surgawi keluar, Batari Cahyaningrum merasa tubuhnya sangat lemah bahkan ia sampai tengkurap di tanah. Penglihatannya mulai kabur seiring dengan luka dalam yang dimilikinya akibat gagalnya penerobosan. Tenaga dalam di dalam tubuhnya juga kacau hal tu memperburuk keadaannya. Nayaka Manggala yang melihat api surgawi di tangannya segera mem
Di dalam gua, ratu medusa atau Batari Cahyaningrum berusaha memurnikan api surgawi. Tangannya yang menyentuh api surgawi terasa sangat panas namun berusaha ditahannya. "Ternyata api surgawi sepanas ini, tenaga dalam yang kugunakan untuk melapisi tanganku bahkan rasanya tidak berguna. Aku harus segera memurnikan apapun yang terjadi. Semakin lama memurnikannya keadaan akan semakin buruk." Api surgawi perlahan masuk ke dalam tubuh ratu Medusa lalu berputar-putar di sekitar dantian ya yang menjadi pusat dari tenaga dalam seorang seniman beladiri. Ratu Medusa memejamkan matanya dengan mencoba fokus untuk memurnikan api surgawi agar menyatu dengan dantiannya. Tenaga dalam miliknya menyewa mengelilingi tubuhnya. Keringat bercucuran membasahi wajah cantik yang sangat mempesona. Giginya sedikit menggeretak menahan rasa sakit dan panas yang membakar tubuh. Aliran darahnya semakin cepat. Ugh! Bruk!
Keributan yang disebabkan oleh serangan dari Gunung Madayana dan respon dari pasukan dari Gunung Pelangi langsung membuat kacau keadaan Gunung Pelangi Irawan selaku penatua pertama dari Gunung Pelangi dengan cepat memberikan arahan kepada para penghuni dari Gunung Pelangi. "Semuanya segera bergerak, saat ini ratu kita sedang berusaha untuk melakukan terobosan dan apapun yang terjadi kita harus menghentikan para pengganggu ini.""Baik penatua!" sahut kompak orang-orang dengan mengangkat senjatanya"Penatua yang lain tolong juga bergerak untuk melakukan yang terbaik guna melindungi ratu kita!" lanjut Irawan Penatua dari Gunung Pelangi yang lain segera dengan cepat bergerak untuk menghentikan para penyusup yang datang ingin menghancurkan tempat mereka.Nayaka Nayaka Manggala yang melihat pergerakan dari orang-orang Gunung Pelangi segera bergerak menyusup dengan memanfaatkan nafas pil penyembunyi miliknya menerobos menuju tempat ratu Medusa yang ingin melakuka
Nayaka Manggala mampir ke kediaman sesepuh kedua, tujuannya untuk meminta izin berlatih di hutan dekat sekte sehingga tidak bisa hadir di kediaman selama beberapa hari ke depan.Namun baru saja ya memasuki altar kediaman sesepuh kedua, ia sudah dihadang oleh Batari Cendatari yang menantang bertarung Nayaka Manggala . Batari Cendatari memiliki ranah satu tingkat di atas Nayaka Manggala ."Kakak senior benar-benar ingin menantangku?" tatap Nayaka Manggala yang sebenarnya enggan meladeni kakak seniornya tersebut Batari Cendatari menitipkan matanya dengan kembali menghunuskan pedangnya ke arah adik juniornya tersebut. "Apa tahu kamu benar-benar kuat, tapi aku ingin mencoba sendiri. Kamu hanya berada satu tingkat di bawahku, Aku ingin tahu seberapa jauh perbedaan di antara kita!"Nayaka Manggala menganggukkan kepala dengan menyadari maksud dari kata seniornya tersebut."Baiklah kalau begitu! Tetapi segeralah menyerah jika memang kau sudah tidak sanggu
Nayaka Manggala pergi ke Pasar Weling setelah mendengar jika keberangkatan dari sesepuh ke-5 untuk menggagalkan evolusi Ratu medisa masih akan dilaksanakan beberapa hari lagi."Sebelum pergi kembali berpetualang aku harus menjual apa yang sudah aku dapatkan selama perjalanan kemarin. Memang benar jika cincin ruang sangat luas, akan tetapi menyimpan barang-barang yang tidak berguna hanyalah buang-buang tempat."Sesampainya di Pasar Weling , Nayaka Manggala menjual semua hasil buruannya selama perjalanan kemarin.Seperti yang biasanya, butuh waktu cukup lama bagi pelayan Paviliun untuk menghitung jumlah koin emas yang didapatkan dari penjualan barang-barang hasil buruan. Banyak orang yang terkejut melihat banyaknya hasil buruan yang di keluarkan oleh Nayaka Manggala ."Bagaimana bisa murid itu mendapatkan banyak barang buruan?""Di hutan dekat perguruan tidak begitu banyak binatang iblis yang bisa diburu, kalaupun ada kebanyakan akan rusak karena pertarung
Beberapa hari kemudian, Nayaka Manggala kembali ke perguruan setelah bepergian cukup lama. Namun baru saja ia masuk ke kediaman penatua kedua untuk melaporkan dirinya yang telah kembali, Batari Candawani yang sedang berlatih di altar segera menghadangnya dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut. Meskipun ia tidak tahu pada tingkat berapa Nayaka Manggala telah berada, namun ia bisa merasakan jika batasan dari ranah penempaan tulang telah berhasil ditembus. "Bagaimana bisa kamu menerobos ranah penyatuan alam secepat ini?" tatap Batari Candawani dengan sangat terkejut dan tidak percaya Nayaka Manggala dengan santai menjawab, "sudah kubilang jika tak ada yang bisa tak mungkin kulakukan." Mendengar jawaban tersebut Batari Candawani mengerutkan keningnya dengan kesal, "Kata-katamu itu sungguh sangat menyakitkan bagiku." Nayaka Manggala yang merespon namun dia bisa mengerti perasaan dari kata seniornya tersebut. Bagaimanapun j
Raungan naga necro!Roar!!!!Gelombang kejut dari raungan seni bela diri langsung menuju singa emas.Kumpulan asap dari ledakan akibat serangan tadi seperti cara menghilang.Yang melihat serangan tersebut langsung melancarkan serangan balik dengan meraung keras.Roar?!!!Dua serangan gelombang suara tersebut saling berbenturan dan menyebabkan gelombang yang menyebar dengan kuat sekitar.Beberapa batuan pada tebing segalanya hancur dan berjatuhan, daun-daun dari pepohonan juga berguguran.Teknik Iblis Surgawi Kehancuran bentuk pertama. Telapak segel neraka!Di tengah serangan gelombang suara yang masih terjadi, sebuah telapak tangan besar dari tenaga dalam melesat ke arah singa emas.Wuzz!Duarr!Singa emas tersebut segera melompat menghindari serangan tersebut. Duar!Serangan telapak tangan raksasa menghantam tempat singa emas tadi berdiri. Seketika tempat tersebut ha
Setelah dari jurang Guntur dan mendapatkan apa yang ia cari Nayaka Manggala pergi mencari sebuah gua tak jauh dari tempat tersebut untuk menyempurnakan sayap Guntur yang sudah ia rencanakan serta menembus ranah penyatuan alam .Hup!Nayaka Manggala berhasil menemukan sebuah gua yang cukup tersembunyi dengan pepohonan lebat yang mengelilingi."Sepertinya tempat ini sangat aman untuk melakukan penerobosan, kalau begitu kita harus memasang formasi pelindung terlebih dahulu.Segera Nayaka Manggala menyebarkan 8 bendera di sekitar gua lalu membentuk segel dengan tangannya.Formasi tempurung kura-kura!Secara perlahan bendera-bendera yang telah terpasang tersebut memancarkan pilar energi lalu menyatu satu sama lainnya membentuk sebuah tempurung kura-kura.Setelah formasi tempurung kura-kura telah terpasang. Nayaka Manggala bergegas masuk ke dalam gua yang cukup gelap tersebut. Ia duduk bersila dengan mengeluarkan bangkai d
Duar!Ledakan besar terjadi tepat lebih tebing, tempat Nayaka Manggala dan Widuri Pratiwi berada.Widuri Pratiwi yang memejamkan mata dengan pasrah terasa anda tidak merasakan sesuatu yang menyakiti tubuhnya. Padahal jelas jika ledakan tersebut seharusnya mengenainya. Perlahan matanya terbuka, cahaya yang seharusnya menyinari dirinya, tiba-tiba terhalangi oleh bayangan lebar yang melindunginya.Kiakkk!Suara teriakan dari burung guntur langit terdengar keras." Apa yang kamu lakukan?" Tatap Widuri Pratiwi yang menyadari jika burung Guntur langit Tengah melindungi dirinya dari serangan singa emas Nayaka Manggala mengerutkan keningnya dengan terkejut." dia melindungi kita karena kita membawa telur miliknya." ujar Nayaka Manggala Burung Guntur langit nampak terluka cukup parah akibat serangan yang barusan ya terima.Singa emas yang melihat hal tersebut kembali melancarkan serangan kuatnya menuju burung guntur langit.Roar!!Roa