Share

Bab 7 Pertarungan

last update Last Updated: 2025-03-05 17:00:18

Tebasan pedang dengan tenaga dalam melesat kearah Nayaka Manggala.

"Seni beladiri pedang bunga teratai? Dia menguasainya?" pekik Batari Candawani terkejut

Nayaka Manggala menyipitkan matanya dengan menaikan sudut bibirnya.

'Seni bela diri itu , benar mereka dari Perguruan Cakra Kembar . Tetapi serangan ini lemah sekali. Andaikan tak ada yang ingin kubiarkan hidup. Aku akan menunjukkan teknik tersebut yang sebenarnya. Tapi...'

Duar!

Bentrokan kedua tebasan terjadi. Ledakan membuat gelombang udara cukup besar hingga debu beterbangan.

"Hahaha serangan lemah seperti itu. Aku yakin tubuhnya telah terpotong!"

"Wahh! kakak telah menguasai seni beladiri pedang bunga pluim! Patut manjadi murid Perguruan Cakra Kembar yang sesungguhnya! "

"Mungkinlah kakak senior akan menjadi pedang dari perguruan kita!"

"Itu luar biasa."

Empat teman Gumilar Surendra memuji kemampuan Gumilar Surendra tersebut. Meskipun mereka adalah temannya namun dari segi usia dan masuknya ke perguruan , Gumilar Surendra lebih dulu di bandingkan keempat orang tersebut.

Gumilar Surendra tidak memiliki teman seusianya karena dia dianggap gagal. Namun di mata juniornya, dia seperti yang terkuat. Kelompok berandalan dengan isi kumpulan orang aneh.

Kepulan debu mulia menghilang. Namun gak ada apapun disana kecuali Batari Candawani yang masih duduk ditanah.

"Kemana dia?"

"Apa dia kabur?"

"Nafasnya tidak ada. Sepertinya dia memang kabur!"

Jleb!

Ugh!

Tiba tiba orang paling pinggir tersentak kedepan dengan memuntahkan darah dari mulutnya. Sebuah pedang menusuk dan menembus dadanya.

Sontak saja hal itu membuat Gumilar Surendra dan tiga temannya terkejut .

Orang yang ditusuk melirik kebelakang dengan susah payah.

Pupil matanya melebar dengan terkejut dan gak percaya.

"Ka-kamu!"

Nayaka Manggala menarik pedangnya.

Srak!

Bruk!

Tubuh orang yang ditusuk ambruk kedepan dengan langsung mati.

"Menjauh!"

Gumilar Surendra dan tiga temannya menjauh dari tempat tersebut.

Serangan kejutan dari Nayaka Manggala begitu mengagetkan mereka.

Crak!

Cipratan darah dibuang ke tanah.

Nayaka Manggala menatap dingin empat orang yang dikunci sebagai musuhnya.

"Serangannya begitu dadakan. Dia menyerang diam diam!"

"Ku kira dia telah terbelah dua akibat serangan senior tadi. Rupanya tidak."

"Dia tidak melarikan diri, melainkan melancarkan serangan tiba tiba. Dia sangat licik!"

Gumilar Surendra mengerutkan keningnya. "Anak ini tidak normal. Nafasnya tidak bisa dirasakan. Keberadaannya sejak awal seolah tidak ada! Apa ini mungkin? Apa ini sebuah teknik? Tapi bagaimana bocah sepertinya memiliki teknik seperti ini? Siapa dia sebenarnya?'

Wush!

Tiba tiba Nayaka Manggala menghilang lagi.

"Ehhh!!!"

"Kemana dia?"

"Dia hilang?"

Gumilar Surendra dan teman temannya merapat dengan saling beradu punggung. Mengawasi sekitarnya.

"Waspadalah! Nafasnya tidak terasa. Dia pasti akan melakukan serangan tiba tiba lagi!"

"Dasar licik! Keluar dan hadapi dengan jantan! Jangan jadi pecundang!"

"Bocah! Keluar kamu, sialan!"

Kelompok Gumilar Surendra semakin waspada. Mereka nampak kebingungan.

Sementara itu, Batari Candawani yang melihat kelompok Gumilar Surendra jadi kebingungan.

'Apa yang sebenarnya terjadi? Tiba tiba salah satu dari mereka tumbang, lalu yang lainnnya sangat waspada seperti itu! Kemana anak yang tadi? Dia menghilang setelah bentrokan serangan tadi. Apa dia kabur?' gumam Batari Candawani

Srat!

Srat!

Batang pohon tergores satu persatu. Membuat teror bagi Gumilar Surendra dan teman temannya. Setiap suara goresan. Mereka melihat kearah sana. Namun hanya ada bekas goresan saja.

"Dia masih ada disekitar sini!"

"Bagaimana dia bisa bergerak secepat itu? Bahkan kita tak bisa melihat pergerakannya!"

"Bocah! Berhenti bersembunyi!"

Nayaka Manggala melompat kearah salan satu orang.

Klang!

Argh!

Orang tersebut terkejut dengan melihat Nayaka Manggala yang telah ada di depannya dengan posisi di udara. Pedangnya dan pernah Nayaka Manggala saling bentrok.

'Sial, bagaimana dia bisa muncul di depanku!' gumamnya

Saat Gumilar Surendra dan dua temannya menoleh kearah temannya. Nayaka Manggala mundur dengan melemparkan sebuah belati.

Wuz!

Jleb!

Ugh!

Belati menancap di leher orang tersebut. Darah memercik ke tanah.

"To-tolong aku!"

Bruk!

Satu orang lagi tumbang.

Gumilar Surendra dan temannya terkejut. Rasa takut semakin menguasai mereka dibandingkan rasa kesal dan ketenangan.

Nayaka Manggala selalu melakukan hal seperti itu untuk menutupi kekurangannya dalam hal basis kultivasi. Jika berada di ranah yang sama. Ia masih berani untuk berhadapan langsung dan jika lawannya satu lawan satu.

Tetapi jika lawan banyak dan ranah kultivasi lebih tinggi darinya. Ia memilih menggunakan cara seperti pemburu. Tidak memperdulikan cara yang penting hasilnya.

Dia adalah seniman beladiri iblis yang mengutamakan hasil bukan cara.

"Sialan! Lagi lagi serangan dadakan. Kalo begini caranya kita akan mati tanpa memberikan perlawanan."

"Senior sekarang bagaimana?"

Gumilar Surendra berpikir sejenak. Sejauh ini, ia belum pernah bertemu dengan orang yang memiliki pola serangan seperti itu.

Tiba tiba ia teringat pada Batari Candawani.

"Kita serang wanita itu! Dialah yang berusaha di lindungi bocah sialan itu!" ajak Gumilar Surendra

"Ah itu benar!"

Batari Candawani terkejut dengan perkataan tersebut. Gumilar Surendra dan lainnya bergegas menuju kearahnya.

'Aku harus kabur!'

Tiba tiba beberapa serangan tebasan pedang tenaga dalam melesat kearah Gumilar Surendra dan lainnya dari berbagai arah.

Bang!.

Bang!

Bang!

Gumilar Surendra dan temannya memblokir serangan tersebut dengan terkejut.

Seni beladiri iblis kehancuran, bentuk ke dua. Pukulan kematian!

Bruak!

Uhuk!

Ditengah kepanikan akibat serangan yang begitu dadakan. Salah satu teman Gumilar Surendra terkejut dengan dadanya yang dipukul dengan sangat keras hingga ia memuntahkan darah dari mulutnya.

Bruakk!

Tubuh orang tersebut terhempas hingga menabrak beberapa pohon. Tubuhnya perlahan merosot dengan terduduk di tanah. Dadanha terlihat sebuah serangan yang bahkan sampai masuk kedalam tubuhnya.

"Sialan!"

"Jangan alihkan pandanganmu saat bertarung!"

Deg!

Srak!

Teman Gumilar Surendra yang sebentar saja melihat kearah temannya, kembali si kejutkan dengan serangan dadakan dari Nayaka Manggala yang tiba tiba ada di belakangnya dengan menebas punggungnya.

Ugh!

Gumilar Surendra menoleh kesamping. Nayaka Manggala melesatkan tinjunya kearah wajahnya.

Bruak!

Tinju keras dengan tenaga dalam tersebut diblokir Gumilar Surendra.

"Bedebah! Jangan kabur!"

Nayaka Manggala mundur dan kembali menghilang.

'Kemana dia?' pekik Gumilar Surendra terkejut.

Bruk!

Temannya kembali ambruk dengan keadaan mati. Kini tersisa dirinya sendiri.

"Sialan! Keluar kamu! Jangan jadi pecundang!" seru Gumilar Surendra yang semakin frustasi.

Batari Candawani yang melihat jalannya pertarungan tersebut semakin kebingungan. Terlebih Nayaka Manggala yang menjadi lawan Gumilar Surendra dna teman temannya terus saja menghilang.

"Keluar kamu bocah! Aku akan membalas perbuatan mu berkali-kali lipat!" seru keras Gumilar Surendra dengan penuh amarah

"Membalasku?!"

Suara Nayaka Manggala bergema di sekitar tempat tersebut.

"Sepertinya kamu bermimpi. Bahkan kamu tak bisa menangkapku."

Gumilar Surendra melihat keadaan sekitarnya dengan seksama

'Dimana sebenarnya bocah sialan itu. Dari tadi dia terus mempermainkan ku!' gumam Gumilar Surendra

'Anak tadi hanya di ranah pengumpulan tenaga dalam bintang 5 tapi gerakannya sangat cepat. Apa itu mungkin? Aku merasa jika dia lebih kuat dariku bahkan mungkin lebih kuat dari Gumilar Surendra. Siapa sebenarnya dia?' gumam Batari Candawani

Hup!

Tiba tiba suara benda jatuh terdengar. Gumilar Surendra menoleh kearah suara.

Orang yang dicarinya telah berdiri kembali di tempatnya tadi dengan memegang pedang.

"Akhirnya kamu keluar juga! Apa kamu dish lelah bermain petak umpet nya?" Cibir Gumilar Surendra

Fuuhhh!

Nayaka Manggala menyimpan pedangnya. Lalu meremas jemarinya.

"Aku tak sedang buru buru, namun aku tak ingin buang waktu. Mari kita selesaikan." ujarnya

"Apa katamu?"

Bof!

Nayaka Manggala melonjakkan tenaga dalam miliknya hingga batasnya.

Melihat hal itu, Gumilar Surendra menjadi semakin kesal. Ia sekilas melihat pada mayat teman temannya yang tergeletak diatas tanah.

Rasa marah dan kebencian menyeruak keluar.

Bof!

Gumilar Surendra juga melonjakkan tenaga dalam miliknya. "Setelah kamu membunuh temanku, kamu bilang buang waktu! Kamu meremahkan aku! Hanya pengumpulan tenaga dalam bintang 5 saja sombong!" jadinya keras

Nayaka Manggala menghela napas. "Jalan Seni bela diri itu panjang dan luas. Jangan pikir kamu hebat segalanya dengan membandingkan basis kultivasi."

"Bedebah!'

Seni beladiri pedang bunga teratai!

Wuz!

Tebasan pedang tenaga dalam melesat kearah Nayaka Manggala.

Seni beladiri tapak kehancuran!

Sebuah telapak tangan besar melesat ke depanmenghampiri tebasan pedang tenaga dalam.

Duar!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 74 Merebut Api Surgawi

    Nayaka Manggala melonjakan tenaga dalamnya hingga membuat sebuah kabut hitam yang menyelimuti tubuhnya membuat pandangan pangeran ketiga dan beberapa pengawal yang tersisa menjadi terhalang. Tangan Nayaka Manggala yang diselimuti tenaga dalam segera menyentuh perut dari Batari Cahyaningrum. Sruak!! Tiba-tiba ia menarik paksa keluar api Surgawi dari tubuh Batari Cahyaningrum yang gagal memurnikannya. Batari Cahyaningrum sangat kesakitan dengan hal tersebu. Ia sampai mengerang keras. Arrghh! Bruk! Begitu api surgawi keluar, Batari Cahyaningrum merasa tubuhnya sangat lemah bahkan ia sampai tengkurap di tanah. Penglihatannya mulai kabur seiring dengan luka dalam yang dimilikinya akibat gagalnya penerobosan. Tenaga dalam di dalam tubuhnya juga kacau hal tu memperburuk keadaannya. Nayaka Manggala yang melihat api surgawi di tangannya segera mem

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 73 Gagal Evolusi

    Di dalam gua, ratu medusa atau Batari Cahyaningrum berusaha memurnikan api surgawi. Tangannya yang menyentuh api surgawi terasa sangat panas namun berusaha ditahannya. "Ternyata api surgawi sepanas ini, tenaga dalam yang kugunakan untuk melapisi tanganku bahkan rasanya tidak berguna. Aku harus segera memurnikan apapun yang terjadi. Semakin lama memurnikannya keadaan akan semakin buruk." Api surgawi perlahan masuk ke dalam tubuh ratu Medusa lalu berputar-putar di sekitar dantian ya yang menjadi pusat dari tenaga dalam seorang seniman beladiri. Ratu Medusa memejamkan matanya dengan mencoba fokus untuk memurnikan api surgawi agar menyatu dengan dantiannya. Tenaga dalam miliknya menyewa mengelilingi tubuhnya. Keringat bercucuran membasahi wajah cantik yang sangat mempesona. Giginya sedikit menggeretak menahan rasa sakit dan panas yang membakar tubuh. Aliran darahnya semakin cepat. Ugh! Bruk!

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 72 Guntur Kesengsaran

    Keributan yang disebabkan oleh serangan dari Gunung Madayana dan respon dari pasukan dari Gunung Pelangi langsung membuat kacau keadaan Gunung Pelangi Irawan selaku penatua pertama dari Gunung Pelangi dengan cepat memberikan arahan kepada para penghuni dari Gunung Pelangi. "Semuanya segera bergerak, saat ini ratu kita sedang berusaha untuk melakukan terobosan dan apapun yang terjadi kita harus menghentikan para pengganggu ini.""Baik penatua!" sahut kompak orang-orang dengan mengangkat senjatanya"Penatua yang lain tolong juga bergerak untuk melakukan yang terbaik guna melindungi ratu kita!" lanjut Irawan Penatua dari Gunung Pelangi yang lain segera dengan cepat bergerak untuk menghentikan para penyusup yang datang ingin menghancurkan tempat mereka.Nayaka Nayaka Manggala yang melihat pergerakan dari orang-orang Gunung Pelangi segera bergerak menyusup dengan memanfaatkan nafas pil penyembunyi miliknya menerobos menuju tempat ratu Medusa yang ingin melakuka

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 71 Klan Ular

    Nayaka Manggala mampir ke kediaman sesepuh kedua, tujuannya untuk meminta izin berlatih di hutan dekat sekte sehingga tidak bisa hadir di kediaman selama beberapa hari ke depan.Namun baru saja ya memasuki altar kediaman sesepuh kedua, ia sudah dihadang oleh Batari Cendatari yang menantang bertarung Nayaka Manggala . Batari Cendatari memiliki ranah satu tingkat di atas Nayaka Manggala ."Kakak senior benar-benar ingin menantangku?" tatap Nayaka Manggala yang sebenarnya enggan meladeni kakak seniornya tersebut Batari Cendatari menitipkan matanya dengan kembali menghunuskan pedangnya ke arah adik juniornya tersebut. "Apa tahu kamu benar-benar kuat, tapi aku ingin mencoba sendiri. Kamu hanya berada satu tingkat di bawahku, Aku ingin tahu seberapa jauh perbedaan di antara kita!"Nayaka Manggala menganggukkan kepala dengan menyadari maksud dari kata seniornya tersebut."Baiklah kalau begitu! Tetapi segeralah menyerah jika memang kau sudah tidak sanggu

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 70 Ajakan Duel Alkemis

    Nayaka Manggala pergi ke Pasar Weling setelah mendengar jika keberangkatan dari sesepuh ke-5 untuk menggagalkan evolusi Ratu medisa masih akan dilaksanakan beberapa hari lagi."Sebelum pergi kembali berpetualang aku harus menjual apa yang sudah aku dapatkan selama perjalanan kemarin. Memang benar jika cincin ruang sangat luas, akan tetapi menyimpan barang-barang yang tidak berguna hanyalah buang-buang tempat."Sesampainya di Pasar Weling , Nayaka Manggala menjual semua hasil buruannya selama perjalanan kemarin.Seperti yang biasanya, butuh waktu cukup lama bagi pelayan Paviliun untuk menghitung jumlah koin emas yang didapatkan dari penjualan barang-barang hasil buruan. Banyak orang yang terkejut melihat banyaknya hasil buruan yang di keluarkan oleh Nayaka Manggala ."Bagaimana bisa murid itu mendapatkan banyak barang buruan?""Di hutan dekat perguruan tidak begitu banyak binatang iblis yang bisa diburu, kalaupun ada kebanyakan akan rusak karena pertarung

  • Raja Agung Nayaka Manggala    Bab 69 Bocoran informasi

    Beberapa hari kemudian, Nayaka Manggala kembali ke perguruan setelah bepergian cukup lama. Namun baru saja ia masuk ke kediaman penatua kedua untuk melaporkan dirinya yang telah kembali, Batari Candawani yang sedang berlatih di altar segera menghadangnya dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut. Meskipun ia tidak tahu pada tingkat berapa Nayaka Manggala telah berada, namun ia bisa merasakan jika batasan dari ranah penempaan tulang telah berhasil ditembus. "Bagaimana bisa kamu menerobos ranah penyatuan alam secepat ini?" tatap Batari Candawani dengan sangat terkejut dan tidak percaya Nayaka Manggala dengan santai menjawab, "sudah kubilang jika tak ada yang bisa tak mungkin kulakukan." Mendengar jawaban tersebut Batari Candawani mengerutkan keningnya dengan kesal, "Kata-katamu itu sungguh sangat menyakitkan bagiku." Nayaka Manggala yang merespon namun dia bisa mengerti perasaan dari kata seniornya tersebut. Bagaimanapun j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status