“Paman.”Mata Rafael perlahan terbuka. Semilir angin terasa berbeda hingga dia bangun terburu-buru dan baru menyadari dirinya berada dipangkuan Yui entah berapa lama.“Paman?”Suara gadis yang memanggilnya dengan suara cemas membuat Rafael kembali menatap mata hitam Yui. “Berapa lama aku tertidur, ini sudah hampir malam,” ucap Rafael dalam hati. Dia tidak sanggup bertanya kepada gadis di depannya.“Paman baik-baik saja?” tanya Yui. Semilir angin menerbangkan rambut hitam panjang putri cantik yang terlihat lebih menawan karena terkena cahaya senja.“Paman baik-baik saja,” balas Rafael. Dia mencoba bangkit dan baru merasakan ada yang berbeda dengan tubuhnya.“Gawat, kakiku belum bisa digerakkan.” Rafael mengurungkan diri untuk berdiri dan bersandar di batang pohon tempat Yui berada.“Mana yang sakit?” tanya Yui menatap Rafael dengan cemas.Rafael tersenyum. Kecemasan Yui entah kenapa membuatnya sedikit senang. Rasa senang yang aneh dalam dirinya.“Kakiku kram, istirahat sebentar lagi ju
“Itu hanya sementara, Rafael. Kau perlu yang lain untuk tetap bertahan.” Alden menghela napasnya dengan berat sebelum melanjutkan ucapannya. “Yuan, dia menemukan cara membuatmu lebih cepat sembuh dan hanya akan menghabiskan waktu lebih sedikit untuk tidur. Dia bilang ada buah, aku tidak tahu apakah itu, tetapi buah itu bisa membuatmu pulih lebih cepat,” ucap Alden meberikan gambaran tentang buah tersebut.“Di mana mendapatkannya?” tanya Rafael antusias sementara Alden menggelengkan kepala.“Aku sendiri juga tidak tahu, tidak ada keterangan di mana buah itu bisa didapat. Sepertinya kita masih perlu ke ruang terlarang lagi,” jawab Alden.Rafael berdiri dan mendekat ke arah Alden. “Kakek menyuruh Yuan ke ruang terlarang!”Mata hitam Rafael seakan ingin membakar pria di depannya dengan api kemarahan. Dia benar-benar tidak menyangka pria yang ada di depannya sanggup menyuruh Yuan melakukan hal berbahaya.“Itu hanya perpustakaan, Rafael,” balas Alden dengan santai.“Kakek tahu kenapa itu di
“Ayo berangkat!” seru Rafael yang sudah bersiap di atas kuda. Dia menarik tali kekang dan kuda itu pun berjalan diikuti sebuah kereta kuda.Yui melihat Rafael dari jendela kereta kuda, dia terlihat cemberut karena tidak diperbolehkan berkuda. Sementara Yuan, dia bernyanyi sepanjang jalan mengumpulkan para spirit yang mengikuti kereta kuda mereka. Kerlap-kerlip spirit terlihat begitu indah seakan kereta kuda mereka adalah kereta dari negeri dongeng.“Yui, spiritnya tidak sebanyak kemarin,” gumam Yuan memperhatikan para spirit yang mengikuti mereka.“Kenapa tidak kau nyanyikan lagu yang kemarin, lagu dari buku Istana Es,” usul Yui. Yuan mengangguk dan mengeluarkan kertas yang ada di saku bajunya. Perlahan dia membuka lipatan kertas tersebut lalu mulai bernyanyi.Pertanian Besar tidak terlalu jauh, perjalanan tidak akan lama. Yuan berusaha mengumpulkan spirit sebanyak mungkin sebelum sampai di sana.Namun, kereta kuda tiba-tiba berguncang dengan hebat, Yui dan Yuan saling berhimpitan kare
“Ya, aku akan selalu menjagamu, Putri Yui,” ucap Yoru.Pria itu berdiri dan mengulurkan tangan ke arah Yui. Sementara Yui tetap diam menatap dirinya yang berada jelas dalam dunia mimpi.“Bukankah aku sudah menyegelnya,” ucap Yui dalam hati.Yoru yang melihat Yui diam berusaha menggapainya. Dia mendekati Yui dan berjongkok di depannya. Yoru ingin sekali membelai wajah cantik Yui. Saat tangannya hendak menyentuh Yui kobaran api berwarna jingga mengagetkannya.“Menjauhlah!” Suara dari kobaran api tersebut.Kobaran api itu semakin membesar hingga membentuk sebuah tubuh. Perlahan, semakin jelas bentuk dari api tersebut. Sosok pemuda dengan rambut jingga dan baju layaknya bangsawan dengan warna hitam dan jingga mengendalikan api di sekelilingnya.“Aku Suzaku sang Phoenix,” ucap pemuda itu memperkenalkan diri.Mata Yui takjub dengan wujud Phoenix, Suzaku, selama ini dia selalu berpikir itu adalah sebutan burung api tersebut, ternyata Suzaku adalah nama dari burung api tersebut.“Suzaku?” gum
Rafael melihat ke atas. Serangan ke arah Yuasa masih belum berkurang. Dia melihat barrier yang dibuat Rosaline sudah diambang kehancuran.“Barrier!” teriak Rafael membuat pelindung untuk naga emas tersebut tepat saat barrier Rosaline hancur.“Yuan, apa kau bisa terbang dan membantu Yuasa?”Yuan yang saat ini menyerang dengan pedang es miliknya mengangguk. Dia menjauh dari pertempuran. Orang-orang yang menjadi lawannya kini berhadapan dengan Rafael. Yuan bersiap dengan wujud barunya, sayap hitam di punggung terlihat mengembang dan dua tanduk di kepala. Dia meluncur terbang ke atas awan, menuju ke tempat sang naga emas.Anak panah yang menuju ke arah naga emas itu dihempaskan dengan angin kencang yang dibuat oleh makhluk kecil bersayap bulan sabit, Krisan. Makhluk itu mengikuti Yuan dan mulai menyerang musuhnya.“Kakak!”Yui mendekati mereka dengan mengendarai Seiryu. “Yuan, Kakak, ikuti aku!” teriak Yui.Rafael melindungi mereka yang berusaha untuk pergi dari pertarungan. Pertarungan m
“Putri Yui, apa boleh dengan paman sendiri?”Yui mulai menatap Rosaline, wajah wanita di depannya terlihat tidak percaya dengan apa yang dia katakan. Dia pun menghela napas panjang sebelum mulai kembali melanjutkan percakapan mereka.“Itulah masalahnya, Kak Rosaline, aku meyukai pamanku dan itu seharusnya tidak boleh,” balas Yui yang kini terlihat murung. “Apa Kak Rosaline pernah merasa cinta yang tidak mungkin dilanjutkan?”Rosaline tersenyum tipis, dia kembali membayangkan masa lalunya, “Dulu, dulu sekali saya juga merasa tidak mungkin. Saya yang seorang pengawal menyukai pangeran. Saya sudah memutuskan untuk tetap menjadi penjaganya apa pun yang terjadi, meskipun suatu hari nanti dia akan memilih wanita lain sebagai pasangannya. Saat itu, berada di dekat pangeran tetap menjadi pilihan meskipun saya tidak akan pernah dipilih,” balas Rosaline.Yui menatap Rosaline dengan sendu, “Sepertinya itu juga yang akan kupilih. Tetap di samping paman, bersamanya tanpa mengatakan perasaan ini. I
“Yui, tunggu sebemtar!” seru Yuan melihat ke arah hutan. Matanya memicing lalu membiarkan kekuatannya memindai apa yang baru saja dia rasakan. “Ada pintu dimensi di hutan, sudah sangat usang, tetapi aku yakin bisa digunakan,” lanjut Yuan menujuk ke arah hutan di bawah mereka.“Jalan tercepat, ayo!” Yui tidak perlu mendebat Yuan, dia tahu kembarannya memiliki pertimbangan yang baik. Kedua naga itu mendarat di sebuah hutan. Dari kejauhan terlihat kepulan asap membumbung tinggi.“Apa itu dari rumah pohon?” Yuasa yang cemas dengan keselamatan Rafael dicegah oleh Yui.“Kak, Paman akan baik-baik saja, kita pergi sekarang.” Yui menarik tangan Yuasa yang hampir meninggalkan tempatnya saat ini.Yuan membuka pintu gerbang dimensi, berbeda dengan gerbang dimensi yang besar, pintu itu tidak bisa dimasuki seekor naga. Yui mengirim Seiryu kembali ke alamnya, kini tinggal Aurum, naga yang ada di sana.“Bagaimana dengan Aurum?” Yuan memandang naga keemasan yang berdiri dengan gagah. Sisiknya berkilau
“Kakak, apa kau lupa siapa kami?”Yuan mengulurkan tangannya, sebuah lingkaran sihir tebentuk dan berputar dengan cepat dia memanggil salah satu makhluk dengan wujud gadis kecil bersayap bulan sabit melayang dan mengelilingi Yuasa.“Krisan, jaga Kakak,” perintah Yuan.Makhluk kecil seperti peri tersebut mengangguk dan duduk di bahu Yuasa.“Namaku Krisan, salam kenal Pangeran Yuasa,” ucap lembut Krisan selembut angin.“Byakko!” seru YuiYui memanggil makhluk yang kini meraung keras dan membuat ciut lawan mereka. Sosok yang menyerupai seekor harimau putih besar.“Genbu!” teriak Yui kembali. Air tiba-tiba keluar dari tanah dan menyapu beberapa pasukan yang berada di dekatnya. Sosok seekor penyu raksasa dengan ekor ular muncul. Tak lama kemudian penyu raksasa tersebut bersinar dan sosoknya berubah menjadi seorang bangsawan tampan.“Genji siap melayani, Tuan Putri.” Pria itu membungkuk ke arah Yui dengan penghormatan yang santun seakan dia adalah pelayan setia.Yui tersenyum meskipun sedik