Share

Bab 13

Author: Anak Ketiga
Namun, sebelum Widia memikirkan cara untuk menolaknya, Tobi segera berkata, "Kakek, aku menghargai tawaranmu, tapi untuk sementara, aku nggak mau kerja di perusahaan."

Ketika Yesa mendengar ini, dia langsung menghina Tobi, "Nggak mau kerja? Jadi, kamu mau santai saja dan numpang hidup secara gratis?"

"Nggak juga. Lagian, aku punya uang, kok," kata Tobi.

Pria itu punya uang? Kalau benar seperti itu, kenapa dia mau tinggal di keluarga mereka kami?

Selain itu, bukankah dia baru saja turun dari gunung. Dari mana pria miskin seperti itu punya uang?

Namun, kali ini Herman segera menghentikan Yesa. Mereka bisa mempermalukan pria itu, tapi mereka tidak boleh memaksanya bekerja di perusahaan. Bukankah itu akan merusak reputasi putrinya?

Setelah memikirkan hal ini, Yesa segera tutup mulut.

Saat teringat dengan 2 miliar yang dia berikan itu, ekspresi wajah Widia tiba-tiba menjadi jijik

Pria tak berguna itu pasti berpikir bahwa dengan adanya 2 miliar itu, dia bisa melakukan semua hal yang dia inginkan.

Lagian, Tobi baru saja turun dari gunung, jadi Kakek Muhar pun tidak memaksanya lagi. Dia berbalik dan bertanya pada cucunya, "Widia, masalah bergabung dengan Serikat Dagang Lawana sudah sampai tahap mana?"

"Saat ini, kita sudah masuk daftar sepuluh besar, tapi mereka hanya menerima tiga kuota, jadi harapan kita sangat tipis. Untungnya, Tuan Joni bersedia membantu."

"Oh, Keluarga Luhardi lumayan berkuasa di Kota Tawuna. Selain itu, mereka juga anggota Serikat Dagang Lawana. Dengan bantuannya, peluangnya akan jauh lebih besar."

Kakek tua itu mengangguk, lalu berbalik dan berkata, "Tobi, kalau punya waktu, bantulah Widia."

"Baik. Serahkan masalah ini padaku!" kata Tobi sambil mengangguk.

Mereka ingin bergabung dengan Serikat Dagang Lawana, 'kan? Tobi hanya perlu menelepon Damar saja.

Widia benar-benar tidak mengerti, mengapa Tobi begitu percaya diri mengatakan hal itu. Wanita itu lalu berkata dengan kesal, "Serahkan padamu? Aku sudah sangat bersyukur selama kamu nggak buat masalah."

"Benar. Memangnya orang desa seperti itu bisa bantu apa?"

"Beda halnya sama Tuan Joni. Dia cakap dan punya kemampuan, dia pasti bisa membantu kami," pamer Yesa.

Ekspresi wajah Kakek Muhar tampak murung. Dia segera menghentikan cercaan pasangan suami istri itu, kemudian dia meminta Widia untuk mengantar Tobi ke kamar.

Sesampainya di depan pintu kamar, Widia tampak ragu-ragu dan berkata, "Terima kasih untuk hari ini."

"Nggak usah segan. Lagian, kita berdua adalah suami dan istri," kata Tobi sambil tersenyum.

"Lupakan. Anggap aku nggak bicara tadi."

Widia membanting pintu kamar hingga tertutup, lalu pergi begitu saja.

Padahal, Widia masih belum perhitungan dengan pria itu soal tadi malam. Widia hanya memberinya sedikit perhatian, tetapi pria itu langsung begitu tidak tahu diri.

Tidak lama setelah Widia pergi, Herman pun pergi ke kamar Tobi.

Dia mengetuk pintu, lalu masuk dan berkata dengan nada menghina, "Tobi, kamu sadar diri juga. Tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang nggak boleh dilakukan."

"Begini baru benar. Mulai sekarang, dengarkan perkataanku, segera cari alasan dan tinggalkan Keluarga Lianto secepat mungkin."

"Kalau nggak, jangan salahkan aku bersikap kasar."

Pasangan suami istri itu merasa ancaman mereka telah berhasil, jadi mereka sengaja datang menakut-nakutinya lagi.

Setiap orang memiliki temperamennya masing-masing. Tobi tersenyum tipis dan berkata, "Ayah, apa maksudmu? Jangan-jangan kamu pikir aku menolak permintaan kakek karena takut padamu?"

"Memangnya bukan?"

"Tentu saja bukan. Umurmu sudah nggak kecil lagi, 'kan? Kenapa bisa berpikir senaif itu?"

"Apa maksudmu?" tanya Herman dengan marah.

"Nggak ada, sih. Tadi aku menolak karena Widia memberiku uang sebanyak 2 miliar, jadi itu semua karena 2 miliar."

"Apa kamu bilang? 2 miliar?"

Herman tampak murka.

Akhirnya, dia paham kenapa pria ini bilang dirinya punya uang tadi, ternyata dia telah memeras uang putrinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
babah albahy
ribuan cerita dengan alur dan plot sama hasil copas dan adaptasi ....tak tahu malu , sampah
goodnovel comment avatar
Chevy Firdaus
Telpon damar depan mereka, biar nyaho........
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1670

    Saat ini, semuanya juga seharusnya sudah berakhir.Setelah semua orang bubar, Vamil maju ke depan sambil tertawa, "Tobi, kamu benar-benar memberiku kejutan besar kali ini.""Awalnya, aku kira kamu setidaknya membutuhkan lima tahun untuk menandingi kekuatan mereka. Aku nggak menyangka kekuatannya akan meningkat secepat itu. Benar-benar di luar dugaanku.""Bolehkah kamu beri tahu aku sudah sampai mana kekuatanmu saat ini?"Vamil sangat penasaran.Tobi mengangkat bahu tak berdaya dan berkata, "Nggak ada lawan, jadi aku juga nggak begitu jelas.""Aku hanya tahu, kalau aku menyerang dengan seluruh kekuatanku, aku bisa menghancurkan kota dengan mudah.""...."Semua orang benar-benar tercengang, lalu berkata tak berdaya, "Luar biasa!"Vamil terdiam, lalu menggelengkan kepalanya. "Nak, kamu benar-benar mengejutkanku. Oh ya, kapan kalian akan menikah? Jangan terlalu lama. Aku nggak punya banyak waktu lagi."Jelas, dia sangat puas dengan Tobi dan berharap bisa menghadiri pernikahan mereka.Mende

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1669

    Kata-kata dominan Tobi barusan membuat orang-orang Harlanda makin antusias. Saking bersemangatnya, mereka yang menonton siaran langsung dari rumah pun bersorak kegirangan.Mereka sangat gembira. Jadi, perlu mengekspresikan kegembiraan yang mereka rasakan.Hanya saja kalimat 'siapkan misil' yang diucapkan Tobi membingungkan mereka.Apa yang terjadi? Siapkan misil? Apa maksudnya? Tiba-tiba tanda tanya muncul memenuhi seluruh layar.Semua orang benar-benar tercengang mendengar kata-kata itu.Banyak orang mengungkapkan pertanyaan mereka.Di saat bersamaan, para petugas di pangkalan rudal itu juga tampak berkeringat dingin. Biasanya, dalam situasi apa pun, dia pasti akan melaksanakan perintah dengan tegas. Namun, dia jelas-jelas gugup saat ini dan kembali mengkonfirmasi.Radiya mengangguk. Untuk memastikan tidak terjadi kesalahan, dia bahkan turun tangan memperhatikan masalah ini.Jika bukan karena menyaksikan kekuatan Tobi yang melampaui orang biasa dengan matanya sendiri, dia benar-benar

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1668

    Negara Harlanda seketika dibanjiri berbagai kata-kata pujian, sorak-sorai, dan kekaguman.Di mata mereka, Tobi sudah termasuk dewa pelindung Harlanda.Sebaliknya di mata dunia luar, mereka mulai takjub terhadap kekuatan Negara Harlanda. Bahkan, juga ada rasa takut.Tobi tidak peduli dengan masalah ini. Dia teringat bahwa selama periode ini, ada banyak orang yang membuat onar. Jadi, dia pun berkata, "Sejauh yang aku tahu, akhir-akhir ini, banyak wilayah yang meremehkan seni bela diri Negara Harlanda kita. Bisa-bisanya mereka memandang rendah seni bela diri kita.""Kalau begitu, aku akan perlihatkan pada mereka akan betapa hebatnya seni bela diri Negara Harlanda. Master-master hebat lainnya yang jarang menampakkan diri nggak perlu mengambil tindakan, cukup mereka yang ada di sini yang melakukannya saja.""Pandu, keluarlah!"Tobi tiba-tiba menyebut nama Pandu.Awalnya, Pandu sempat terkejut. Namun, reaksinya cukup cepat. Begitu menerima perintah Tobi, dia segera melompat keluar dan berkat

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1667

    Tobi perlahan melambaikan tangan kanannya. Tubuh Hirawan seketika terhempas keluar dari lapangan dan mendarat tepat di samping orang-orang Melandia yang tengah membawa rekan mereka yang tak sadarkan diri tadi.Membiarkan mereka membawa Hirawan pergi.Selanjutnya, giliran Luniver.Semua orang yang hadir di sana kini memandang Tobi dengan tatapan penuh kekaguman dan keterkejutan.Vamil dan lainnya yang mendukung Tobi semuanya tampak antusias. Awalnya, mereka mengira krisis besar yang dihadapi kali ini akan mendatangkan ancaman bagi seni bela diri Harlanda. Siapa sangka, hal ini bisa dengan mudah diselesaikan oleh Tobi.Meski Luniver masih belum bertindak, berdasarkan kekuatan yang dimilikinya, sudah pasti tidak akan semudah mengendalikan Hirawan lagi."Luniver, giliranmu sekarang!" seru Tobi dengan nada datar.Begitu Tobi selesai berbicara, semua orang terkejut.Mereka sangat familier dengan kekuatan Luniver. Apalagi, setelah pertarungan kemarin, namanya kini sangatlah populer.Jelas sek

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1666

    Wajah Hirawan berubah kusut. Hanya saja, lantaran sudah mengambil langkah pertama, bukankah pengorbanannya akan sia-sia jika dia menyerah sekarang?Jadi dia bangkit, lalu berlutut di depan Tobi lagi sambil berkata dengan suara keras, "Maaf, aku mengakui kesalahanku!"Plak, plak!Tamparan keras lainnya datang.Hirawan benar-benar terpana. Dia tampak kaget sekaligus marah."Suaramu terlalu keras. Aku nggak suka!" kata Tobi dengan nada datar.Semua orang tahu bahwa Tobi sengaja melakukan semua itu. Dia memang ingin mempermainkan Hirawan di hadapan semua orang.Hal ini membuat orang Melandia makin malu.Salah satu orang Melandia yang menyaksikan adegan itu langsung melompat dan berseru, "Hentikan, hentikan! Kamu sedang ....""Enyahlah!"Tobi mendengus dingin, lalu melambaikan tangan kanannya.Meski berada ratusan meter jauhnya, orang itu langsung merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya. Tubuhnya terpental mundur puluhan meter dan langsung tak sadarkan diri.Kemudian, dia diseret pergi

  • Raja Naga Meninggalkan Gunung   Bab 1665

    Kata-kata yang diucapkan Tobi barusan penuh dengan kekuatan spiritual yang kuat. Namun, dia mengendalikannya dengan sangat baik dan hanya menargetkan Hirawan seorang."Nggak!"Hirawan menggertakkan gigi dan meraung. Kekuatan di sekitarnya berkumpul secara gila-gilaan, membentuk energi yang besar dan menakutkan. Dia jelas ingin melawan.Melihat adegan ini, semua orang langsung terkejut.Terutama, tornado besar terbentuk di atas kepala Hirawan. Kekuatan dahsyat itu meledak dan sekali lagi memperlihatkan energinya yang menakjubkan dan menakutkan.Semua orang dikejutkan oleh momentum yang luar biasa itu.Orang-orang Melandia sangat gembira saat melihat adegan itu. Mereka berkata dengan penuh semangat, "Sudah kuduga, Hirawan barusan sengaja mempermainkan mereka. Sekarang dia baru menunjukkan kekuatannya yang sesungguhnya.""Benar, sekarang akhirnya dia melawan. Pokoknya, harus beri pelajaran pada bocah itu.""...."Satu per satu dari mereka sangat bersemangat pada awalnya, tetapi setelah be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status