Share

Bab 8

Tobi mengangguk dan menjawab, "Ya." Dia mengeluarkan sebuah kotak, lalu duduk dan bersiap untuk melakukan akupunktur.

"Tunggu! Apa yang kamu lakukan?" tegur Bima.

"Mengobatinya!"

"Siapa suruh kamu mengobatinya? Kuberi tahu ya, aku sudah mengundang Darwin Lesmana, Dokter Ajaib di ibu kota. Dia akan segera datang. Minggir."

Bima bergumam dalam hatinya, 'Ayah pasti sudah pikun. Mana mungkin pria muda seperti itu adalah Dewa Medis. Dia pasti bohong.'

Yenni hanya terdiam, tampaknya dia setuju dengan ucapan putranya.

Tobi mengerutkan keningnya.

Saat ini, ada dua orang muncul di depan pintu. Salah satunya adalah seorang pria tua berjanggut putih, tangannya tampak membawa sebuah kotak obat.

Ketika Bima melihatnya, dia segera menyambutnya dengan gembira, "Dokter Darwin, akhirnya kamu datang. Mari lihat kondisi adikku."

Dokter Darwin mengangguk dengan bangga. "Baik!"

"Kenapa kamu nggak keluar saja? Kalau pengobatan adikku tertunda, aku akan menghabisi nyawamu," cerca Bima.

Tobi hanya menggelengkan kepalanya dan berjalan ke samping.

Jika bukan karena sebuah nyawa, dia pasti akan segera pergi.

Dokter Darwin mendekati Jessi untuk memeriksa denyut nadinya. Setelah beberapa saat, dia tersenyum dan berkata, "Bukan masalah besar. Dia hanya terserang racun dingin. Setelah memberinya akupunktur dan obat, penyakitnya akan sembuh."

Ketika Bima mendengar ini, dia langsung terperanjat. Bukankah dia telah memberikan kontribusi besar kepada ayahnya? Dia berkata dengan senang, "Nak, lihatlah. Inilah yang dinamakan dokter hebat."

Dokter Darwin segera mengambil jarum perak untuk memulai akupunkturnya.

Tobi langsung mengerutkan kening dan berkata, "Jarum itu nggak akan menyelamatkannya, tapi membunuhnya!"

Mendengar itu, Dokter Darwin langsung menghentikan gerakannya. Apa dirinya sedang diragukan? Dia merasa tidak senang.

Bima langsung memarahi Tobi, "Nak, Dokter Darwin ada di sini, jadi jangan asal bicara. Kamu tahu siapa Dokter Darwin? Dia adalah wakil pemimpin Asosiasi Medis. Kalau kamu masih terus bicara sembarangan, jangan harap kamu bisa praktik lagi kelak."

"Ya sudah kalau kamu nggak percaya. Kamu pasti akan menyesal!" kata Tobi.

"Tutup mulutmu! Aku akan mengurusmu nanti," bentak Bima.

Dokter Darwin ikut menimpali, "Anak muda, kamu nggak boleh sembarangan menilai kemampuan orang lain. Hari ini, aku akan tunjukkan kemampuanku."

Begitu selesai berbicara, jarum perak di tangan Dokter Darwin langsung mengenai nadi Jessi dengan akurat.

Bisa dikatakan, teknik akupunktur Dokter Darwin termasuk hebat.

Tusukan jarum perak itu memang bisa mengobati energi dingin.

Namun, sayangnya, ini bukanlah gejala racun biasa, melainkan racun yang sangat langka. Tusukan tadi akan memicu serangan balik oleh energi dingin jahat di dalam tubuh. Terakhir, tubuh Jessi tidak mampu menahannya dan akan mati.

Yenni menatap putrinya dengan teliti. Setelah dokter memberikan tusuk akupunktur, wajah putrinya perlahan kembali normal. Wanita itu langsung berkata dengan semangat, "Sudah terlihat lebih baik."

Bima langsung menggunakan kesempatan ini untuk memarahi Tobi, "Dasar pembohong, kamu mau bilang apa lagi?"

Dokter Darwin juga memandang Tobi dengan tatapan menghina.

Tobi menggelengkan kepalanya dan mulai menghitung mundur, "Tiga, dua, satu ...."

Semua orang tidak mengerti maksud perkataan Tobi. Namun, tak lama kemudian, wajah Jessi tiba-tiba memucat. Sekujur tubuhnya tampak kesakitan hingga gemetaran.

"Jessi, Jessi ...."

"Kenapa jadi seperti ini?"

Yenni kelihatan panik.

Bima juga ketakutan, dia memandang Dokter Darwin dengan panik dan bertanya, "Dokter, apa yang terjadi?"

"Aku juga nggak tahu. Kenapa bisa seperti ini?"

Dokter Darwin juga kebingungan dan panik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status