Share

Bab 4

Author: Afzah Nujati
last update Last Updated: 2025-01-20 06:28:40

“Kau jangan mengada-ada. Kau bahkan tidak bisa mencari uang satu dollar pun jika Alexa tidak memberimu,” ejek Susan.

“Sudah! Cepat buatkan kopi! Tidak ada gunanya juga kau mengetahuinya!” ucap Alexa keras.

“Aku hanya ingin membantu.”

“Heh,” Alan Darmawan menyeringai. “Apa yang bisa dilakukan pengangguran sepertimu?!”

“Pergi sana!” dorong Lena pada Rafandra.

Rafandra terdorong beberapa langkah ke belakang. Dia pun membalikkan tubuhnya dan pergi ke dapur. Wajahnya memerah karena marah, padahal dia hanya ingin membantu.

Setelah kematian Tuan Martin, tidak seorang pun yang memperlakukannya dengan baik. Satu-satunya orang yang tidak pernah menghina, merendahkan dan memerintahnya adalah Nyonya Wendy Satriawan. Meski demikian, dia juga tidak pernah membelanya saat direndahkan dan dipermalukan oleh anak dan cucu-cucunya.

Rafandra berjalan menuju ke dapur rumahnya. Dia berkali-kali menghela nafas panjang dan memejamkan matanya.

Selama menjalin hubungan dekat dengan Tuan Martin, ada satu hal yang semula dia syukuri, lalu disesalinya, yaitu janjinya untuk menjalin pernikahan dengan Alexa. Rafandra memang menyayangi Alexa sejak pertama kali melihatnya.

Karena itu dia senang menerima perjodohannya dengan Alexa. Dia mengira watak Alexa mirip seperti kakeknya.

Namun, perlahan-lahan semuanya mengarah pada jalan yang salah. Saat Tuan Martin masih hidup, Alexa memperlakukannya dengan sangat lembut dan mesra. Perlakuan itu berlangsung selama lima bulan lamanya.

Saat itu Rafandra hidup sangat bahagia. Dia tidak lagi memikirkan hal lain selain ingin membahagiakan Alexa seumur hidupnya.

Karena itu, saat Tuan Martin berada di ujung usianya, dia meminta Rafandra untuk berjanji agar terus menjalani rumah tangga dengan Alexa sampai tiga tahun. Setelah itu Rafandra bebas untuk memutuskan hidupnya.

Rafandra langsung setuju dengan permintaan Tuan Martin, tanpa berpikir panjang. Saat itu dia bahkan bercita-cita untuk menghabiskan seluruh hidupnya dengan Alexa.

Namun, setelah Tuan Martin meninggal, perlakuan Alexa berubah seratus delapan puluh derajat. Dia mengusir Rafandra dari kamarnya dan tidak pernah lagi tersenyum kepadanya. Bahkan dia pernah mengatakan bahwa selama ini dia menahan rasa jijik yang sangat setiap kali Rafandra menyentuhnya.

“Rafandra!!! Urus anakmu!!!” tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita sangat keras dari depan.

Rafandra mendengar suara tangis anak kecil yang sangat keras di ruang tamu. Dia pun melihat jam tangannya.

“Sudah waktunya Revan pulang. Kenapa aku melupakannya.”

Rafandra bergegas berlari ke depan sembari menggelengkan kepalanya beberapa kali karena menyesal. Di ruang tamu dia melihat anak kecil berusia satu tahun delapan bulan menangis keras.

“Lain kali jangan lupa menjemput anakmu sendiri!” hardik Frida Darmawan, anak tertua Alan Darmawan.

Rafandra duduk setengah berjongkok untuk menggendong anaknya. Setiap hari dia memang bertugas mengantar jemput anaknya di Sekolah Balita Elissa Ray. Salah satu sekolah balita terbaik di Kota Loven.

Khusus hari Senin, Rabu dan Jum’at pihak sekolah mengadakan layanan penjemputan. Di hari-hari itu pula Rafandra bisa tidur agak lama karena pihak sekolah melakukan penjemputan sebelum Alexa berangkat bekerja.

“Maaf, aku lupa,” kata Rafandra.

“Kau memang tidak berguna!” ucap Alexa di depan banyak orang.

Semua orang tertawa penuh ejek melihat Alexa merendahkan Rafandra, termasuk Alex. Karena kebiasaan Alexa merendahkan Rafandra di depan muka umum, teman-teman Alexa pun melakukan hal yang sama. Bahkan Alexa sangat senang saat teman-temannya melakukan hal tersebut.

“Bawa Revan masuk. Aku bosan mendengar suara tangisnya,” ujar Frida Darmawan, kakak perempuan Alexa. Dia baru saja datang setelah menjemput anaknya di Sekolah Balita Elissa Ray.

Rafandra terlihat sangat marah. Dia langsung berbalik badan agar ekspresi wajahnya tidak terlihat oleh mereka. Dia bisa menahan hinaan apa pun, tapi jika sudah berkenaan dengan anaknya, dia merasa sangat tersinggung.

Rafandra membawa anaknya ke ruang bermain yang sangat besar. Tangis Revan langsung berhenti setelah berada di pelukan Rafandra.

“Revan di sini dulu ya? Papa ke dapur sebentar,” ucap Rafandra dengan berjongkok di depannya.

Revan mengangguk. Dia langsung bermain dengan mainan-mainannya.

Rafandra kembali ke dapur dan mematikan kompor setelah air mendidih. Dia menyeduh empat cangkir kopi. Lalu menaruhnya di atas nampan dan membawanya ke ruang tamu.

Setelah sampai di ruang tamu, dia meletakkan empat cangkir kopi itu di atas meja.

“Silakan diminum,” ucap Alexa kepada Alex.

Alex mengangguk dan menyeruput kopi panas yang berada di depannya.

“Cuihh...”

Alex terlihat melepehkan kopi yang diseruputnya kembali ke dalam cangkir.

Alexa dan keluarganya terkejut melihatnya.

“Kenapa? Apa ada yang salah dengan kopinya?” tanya Alexa.

“Kopi ini terlalu pahit. Aku tidak bisa memakan dan meminum sesuatu yang pahit,” ujar Alex sembari menaruh cangkirnya.

Alexa mendekati Rafandra dan menariknya masuk ke dalam. Alexa membawa Rafandra ke kamarnya. Dia menatap Rafandra dengan penuh kemarahan dan kekecewaan.

“Apa kau belum puas mempermalukanku?! Kau tahu ini adalah hari yang sudah lama kutunggu-tunggu, tapi kau...”

Rafandra menggelengkan kepalanya.

“Aku tahu, karena itu aku terburu-buru datang ke acara pembukaan perusahaan, tapi Lena, Susan dan Ibumu memberiku pakaian pelayan.”

“Kau ini bodoh atau apa?! Aku memang tidak ingin kau datang. Karena itu aku tidak pernah membicarakan hal ini denganmu.”

“Kenapa? Aku ini suamimu.”

“Suami? Apa yang telah kau perbuat sebagai suami?! Kau hanyalah laki-laki tidak berguna yang entah berasal dari mana,” kata Alexa dengan mimik muka merendahkan.

Rafandra terus menatapnya tanpa berkedip.

“Bahkan nama belakang pun kau tak punya. Entah apa yang dilihat Kakekku darimu. Aku tidak mengerti sama sekali.”

Rafandra menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

“Kau merasa malu jika semua orang tahu aku suamimu?” tanya Rafandra dengan menunjuk dirinya sendiri.

“Siapa yang tidak malu?” ucap Alexa kasar. “Semua temanku menikah dengan keluarga terpandang. Orang-orang terkaya di Loven dan sekitarnya. Bagaimana aku tidak malu jika kau hadir di sana?!”

“Kau sangat berbeda dengan Kakek Martin.”

“Ya, semua keluarga kami tidak ada yang menyukai cara-cara Kakek. Apalagi setelah memaksaku menikah denganmu.”

Rafandra kembali menggelengkan kepalanya.

“Kerajaan bisnis kalian akan hancur jika terus seperti ini.”

“Apa kau bilang?!” suara Alexa semakin mengeras setelah mendengar kata-kata Rafandra barusan. “Tahu apa kau soal bisnis? Tahu apa kau soal mengelola perusahaan? Sekarang kau berlagak seperti orang yang tahu segalanya. Dasar laki-laki tidak berguna!”

“Kakek Martin telah berhasil mengubah perusahaan kecil menjadi perusahaan besar seperti sekarang ini. Dan kalian meninggalkan cara-caranya? Sungguh aneh,” ucap Rafandra. “Aku mungkin tidak tahu soal bisnis, tapi aku tahu cara yang digunakan Kakek Martin adalah benar.”

“Jangan berlagak!” kata Alexa sambil mendorong dada Rafandra. “Aku lebih tahu bagaimana mengurus perusahaan. Orang yang tidak punya pekerjaan sepertimu, jangan berani-beraninya menasihatiku.”

“Alexa! Cepat kembali ke ruang tamu,” ucap Alan. Dia tiba-tiba muncul di pintu kamar. “Tuan Max Hendrawan datang mengunjungimu membawa banyak hadiah.”

“Baik, Papa.”

Alexa setengah berlari menuju ruang tamu dengan terus menatap Rafandra tajam. Di sana suasana pasti sangat kikuk. Max dan Alex adalah mantan pacar Alexa. Max berpacaran dengan Alexa saat masih kuliah. Sedangkan Alex berpacaran dengannya sebelum dia dijodohkan dengan Rafandra. Pada acara pembukaan pagi tadi, mereka terlihat berlomba-lomba mengambil hati Alexa.

Alan berjalan mendekati Rafandra.

“Aku dengar semua kata-katamu,” katanya.

Plakk...

Tamparan keras mendarat di pipi Rafandra.

“Orang sepertimu tak pantas mengajari kami!”

Plakk...

Alan menampar Rafandra sekali lagi, lalu pergi meninggalkan kamar Alexa.

Rafandra memegang pipinya yang masih terasa sakit. Dia menghela nafas panjang sembari mengingat Tuan Martin. Tampaknya, sepeninggal Tuan Martin perusahaan keluarga Darmawan tidak akan bertahan lama.

Lima tahun yang lalu Tuan Martin menawarinya jabatan eksekutif di perusahaannya, tapi Rafandra menolak. Lalu Tuan Martin mengganti tawarannya. Dia menawari Rafandra menjadi mitra dan konsultan bisnisnya.

Dengan demikian Rafandra tidak perlu berangkat ke kantor. Malah Tuan Martin yang akan datang mencarinya. Rafandra menerima tawaran tersebut dengan syarat namanya tidak dimunculkan di perusahaan dan Tuan Martin tidak boleh menyelidiki latar belakangnya.

Tuan Martin langsung menyetujui syarat tersebut. Sejak saat itu Rafandra berpindah tempat tinggal ke tempat yang telah disediakan oleh Tuan Martin.

Semakin lama hubungan mereka semakin baik, sampai Rafandra menganggap Tuan Martin sebagai kakeknya sendiri. Begitu juga sebaliknya.

Berkat saran dan roadmap perusahaan yang disusun oleh Rafandra, Grup Darmawan berkembang pesat dalam dua tahun terakhir. Tuan Martin pun menjodohkan Rafandra dengan cucu perempuannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 39

    Rafandra berjalan sambil tertawa kecil yang dapat didengar orang-orang di belakangnya.Wajah-wajah mereka terlihat geram mendengar tawa Rafandra yang penuh ejek, termasuk Alexa.Setelah Rafandra masuk ke dalam rumah, Alan, Annet, Alexa dan lainnya berjalan masuk ke ruang utama kediaman Keluarga Darmawan.“Aku melihat dan mendengar apa yang terjadi,” kata Wendy Satriawan yang sedang duduk di sofa ruangan tersebut.Alexa dan lainnya pun duduk di sofa besar yang ada di ruang utama kediaman.“Sepertinya kita harus mempercepat rencana kita, Anakku,” kata Wendy sambil menatap Alan.“Mamah benar. Aku harus mempercepat semuanya,” jawab Alan.Selain mereka berdua, tak ada seorang pun yang mengetahui rencana tersebut.“Sebenarnya apa rencana kalian?” tanya Annet penasaran.“Kalian tak perlu tahu. Yang penting hasilnya dapat kalian rasakan,” ujar Wendy dengan tenang.****Mentari pagi bersinar indah. Udaranya menghangat setelah malam yang dingin. Tak terasa satu minggu sudah Rafandra menjadi sop

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 38

    “Dia bekerja di mana?” tanya Alan Darmawan kepada Alexa.Saat ini Keluarga Darmawan sedang berkumpul makan siang di sebuah restoran mewah. Setelah Alexa menyampaikan kepada keluarganya bahwa Rafandra sekarang bekerja, mereka langsung mengadakan pertemuan. Hampir semua anggota Keluarga Darmawan hadir di pertemuan kali ini.“Aku tidak tahu, Pah. Dia belum memberitahukannya kepadaku,” jawab Alexa.“Apa yang membuatnya berubah? Apa kalian tahu penyebabnya?” tanya Annet Wongso. “Sebelumnya dia akan diam saja diperlakukan buruk oleh kita, tapi kenapa sekarang dia mulai berulah?”Semua orang terdiam sambil berpikir masing-masing. Ada yang menggaruk-garuk dagunya; ada pula yang memegangi keningnya.“Apa mungkin dia tahu perjanjian kita dengan Kakek Martin?” tanya Richard Darmawan. “Sepertinya tidak ada alasan lain selain ini.”“Tapi dari mana dia mengetahuinya? Hanya kita sekeluarga yang mengetahuinya,” ujar Alan.“Kita harus mengujinya, Pah,” kata Frida Darmawan.“Dengan cara apa?” tanya Ann

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 37

    Rafandra agak terkejut mendengar hardikan Sofia, tapi dia tidak berani melihatnya.Blug... blugg... blugg...Beberapa kali Sofia memukul-mukul kursi mobil di sampingnya. Dia terlihat sangat kesal.Kriing... kringg...Ponsel Sofia berbunyi beberapa kali.“Ke mana saja kau?! Tidak mengangkat telepon dan tidak membalas pesanku!” ujar Sofia setelah mengangkat teleponnya.“Maaf, aku baru saja meeting dengan Tuan Harry Maruti dari Silken Woven,” jawab Henry Roberts, kakak Sofia Roberts.“Kenapa kau melakukan pertemuan dengannya?” tanya Sofia penasaran.“Ayah ingin memasuki bisnis fashion. Dia menyuruhku untuk datang ke Silken Woven,” kata Henry pelan. “Bagaimana hasil dari pertemuanmu dengan Paman Larry dan lainnya?”“Kacau! Sangat kacau! Mereka meminta kenaikan persentasi jika ingin melanjutkan kontrak kerja sama. Jika tidak, mereka tidak keberatan untuk mengakhiri kerja sama ini.”“Berapa yang mereka minta?”“Tujuh puluh persen dari laba bersih.”“Kurang ajar!” kutuk Henry dengan nada mar

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 36

    Rafandra langsung menginjak pedal gas mobil dengan lembut. Sesekali dia mencuri-curi pandang ke arah Sofia Roberts melalui kaca tengah yang sedang membaca berkas yang ada di tangannya.Gludak...Rafandra tak sengaja melewati jalan berlubang yang membuat Sofia kaget. Berkas yang ada di tangannya pun jatuh ke bawah.“Bagaimana bisa mereka menerima sopir sepertimu? Dasar orang-orang tidak kompeten!” ucap Sofia cukup keras.Dia membungkukkan tubuhnya untuk mengambil berkas-berkas yang jatuh ke bawah.“Maafkan aku, Ibu Direktur. Aku...”“Sudah! Jangan banyak bicara! Perhatikan jalanan depan dengan baik. Jika kau melakukannya sekali lagi, aku tidak segan-segan memecatmu.”“Baik, Bu,” jawab Rafandra pelan.Dia semakin berhati-hati dalam membawa mobil agar kejadian yang sama tidak terjadi lagi.Tak berselang lama, mereka sudah sampai di depan kantor utama Grup Gunawan yang sangat besar. Di depan pintu besarnya, berdiri beberapa orang menyambut kehadiran Sofia Roberts.Rafandra bergegas turun

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 35

    “Tuan Rafandra!” panggil wanita yang bertugas di bagian pemberkasan.Rafandra bergegas masuk ke dalam ruang wawancara. Dia melihat seorang laki-laki paruh baya dan seorang wanita yang berusia tidak jauh darinya. Mereka duduk di balik meja yang cukup panjang.“Silakan duduk!” ucap laki-laki itu.“Terima kasih, Tuan.”“Perkenalkan dirimu sendiri dan pengalaman kerja yang kau miliki,” kata wanita yang berada di samping laki-laki itu.“Namaku Rafandra. Aku tidak memiliki pengalaman kerja yang berarti. Tapi aku memiliki kemampuan menyetir yang cukup baik menurutku.”Kedua orang tersebut mendengarkan ucapan Rafandra sembari membuka-buka map yang berisi berkas-berkas Rafandra. Mereka terlihat sangat terkejut sampai kening mereka mengernyit.“Apa kau benar-benar lulusan jurusan manajemen bisnis Universitas Camford?” tanya wanita tersebut.Dia menatap Rafandra dengan tajam. Begitu juga dengan laki-laki paruh baya di sampingnya.“Benar. Aku lulusan Universitas Camford. Tuan dan Nyonya bisa meng

  • Raja Pengusaha Rafandra   Bab 34

    “Aku dengar Papa masih terus mencari-cari Mas Rafandra, Mah. Jika dia pulang, posisi kita akan benar-benar sulit,” kata Darmian Sanjaya.“Benar, Mah. Kita harus melakukan sesuatu,” ujar Valeria Sanjaya.Saat ini semua saudara satu ayah beda ibu Rafandra sedang berkumpul di rumah Kevin Roberts, suami dari Valeria Sanjaya.Tuan Darius memiliki tiga anak dari hasil pernikahannya dengan Mery Holland, yaitu Valeria Sanjaya, Darmian Sanjaya, dan Sandro Sanjaya. Usia mereka hampir berdekatan satu sama lain. Usia Rafandra sendiri sudah mencapai tiga puluh lima tahun, dan semua adik-adiknya secara berurutan masing-masing terpaut dua tahun.“Kalian tenang saja. Anak sialan itu tidak akan pernah kembali,” ucap Mery Holland.“Kenapa Mama begitu yakin?” tanya Sandro Sanjaya.“Dia memiliki hati yang terlalu lembut.”“Maksud Mama?” tanya Kevin Roberts, suami Valeria.“Kalian tahu kenapa dia meninggalkan Keluarga Sanjaya?”Mereka semua menggelengkan kepalanya.“Dia pergi karena Mama ancam hal yang sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status