Share

Penguasaan Jurus

Penulis: Khomairoh
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 12:20:39

Lie Feng, yang kini menguasai Jurus Tapak Dewa, Pedang Dewa Abadi, dan Pedang Langit, berdiri tegak di puncak gunung. Angin berhembus kencang, membelai rambutnya yang hitam legam. Ia merasa tak terkalahkan.

"Guru Agung," panggil Lie Feng, suaranya bergema di antara tebing-tebing terjal, "Apakah aku sudah cukup kuat?"

Guru Agung, yang duduk bersila di atas batu besar, membuka matanya perlahan. Senyum tipis terukir di wajahnya yang keriput. "Kuat? Kau memang kuat, Lie Feng. Tetapi kekuatan sejati bukan hanya terletak pada teknik bertarung. Ada banyak hal lain yang harus kau pelajari."

Lie Feng mengerutkan dahi. "Apa yang masih kurang, Guru Agung?"

"Sabar, Lie Feng. Aku akan menunjukkannya padamu." Guru Agung berdiri, dan dengan gerakan ringan, ia menuntun Lie Feng menuju sebuah lorong tersembunyi di balik air terjun.

Di dalam ruangan rahasia itu, udara terasa dingin dan lembap. Bau tanah dan kayu lapuk memenuhi hidung. Lie Feng terkesima melihat ukiran-ukiran kuno di dinding, menggambarkan pertempuran para dewa dan makhluk mitologis.

"Di sini," kata Guru Agung, menunjuk ke sebuah altar kuno dari batu obsidian yang berkilauan, "tersimpan rahasia Jurus Kecepatan Dewa." Ia mengangkat sebuah gulungan kuno dari kulit ular kobra yang telah mengering.

"Jurus ini bukan sekadar jurus silat," kata Guru Agung, suaranya berat dan penuh misteri. "Ia adalah manifestasi dari kekuatan spiritual. Kau harus menguasai energi dalam dirimu untuk menguasainya."

Lie Feng meraih gulungan itu dengan hati-hati. "Bagaimana caranya, Guru Agung?"

"Dengan mengendalikan energi spiritualmu, kau akan mampu bergerak secepat kilat, menghindari serangan musuh, dan menyerang dengan tepat. Tetapi, jalannya sulit dan berbahaya. Kau harus siap menghadapi tantangan yang tak terduga."

Guru Agung membuka gulungan itu. Teks di dalamnya ditulis dengan tinta emas yang berkilauan.

"Jurus Kecepatan Dewa memiliki lima tingkatan," Guru Agung menjelaskan sambil membaca teks tersebut. "Tingkat pertama: mengendalikan energi spiritual untuk meningkatkan kecepatan dan kelincahan. Tingkat kedua: mempercepat refleks dan reaksi. Tingkat ketiga: menciptakan bayangan untuk mengelabui lawan. Tingkat keempat: melepaskan serangan yang sangat cepat dan mematikan. Dan yang terakhir, tingkat kelima: menyatu dengan kecepatan itu sendiri."

Lie Feng mengangguk, matanya berbinar. "Aku akan menguasainya, Guru Agung!"

Pelatihan Lie Feng dimulai. Ia berlatih berjam-jam setiap hari, tubuhnya sakit dan lelah.

"Guru Agung," keluh Lie Feng suatu hari, tubuhnya dipenuhi memar, "Aku merasa hampir menyerah."

Guru Agung tersenyum. "Kecepatan bukan hanya tentang kecepatan fisik, Lie Feng. Ia juga tentang ketenangan pikiran. Kau harus mengendalikan napasmu, fokus pada tujuanmu."

Lie Feng mencoba lagi, berlatih dengan tekun. Lama-kelamaan, ia mulai merasakan perubahan. Gerakannya menjadi lebih cepat, lebih lincah.

"Guru Agung," kata Lie Feng suatu hari, "aku merasa bisa mengendalikan energi spiritualku sedikit demi sedikit."

Guru Agung mengangguk bangga. "Bagus, Lie Feng. Tetapi perjalananmu masih panjang. Setelah menguasai Jurus Kecepatan Dewa, masih ada tantangan lain yang menunggumu."

Beberapa bulan kemudian, Lie Feng telah menguasai Jurus Kecepatan Dewa. Ia merasa lebih kuat dari sebelumnya. Namun, Guru Agung masih menyimpan rahasia lain.

"Lie Feng," kata Guru Agung, "aku akan menunjukkan padamu Jurus Mata Dewa. Jurus ini akan memperkuat indramu, membantumu melihat kelemahan lawan."

Mereka kembali ke ruangan rahasia itu. Kali ini, di atas altar terdapat gulungan kuno dari kulit naga.

"Jurus Mata Dewa membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi," kata Guru Agung. "Kau harus mampu mengendalikan energi spiritualmu, mengarahkannya ke matamu."

Lie Feng berlatih dengan tekun. Ia berjuang untuk mengendalikan energi spiritualnya, mengarahkannya ke matanya. Prosesnya sulit dan melelahkan, tetapi ia tidak pernah menyerah.

"Guru Agung," kata Lie Feng suatu hari, "aku merasa bisa melihat lebih jauh, lebih jelas."

Guru Agung tersenyum. "Bagus, Lie Feng. Kau telah menguasai dasar-dasarnya. Sekarang, kau harus mengasah kemampuanmu untuk memprediksi gerakan lawan."

Lie Feng terus berlatih. Ia berlatih melawan Guru Agung, melawan bayangannya sendiri. Ia belajar untuk membaca gerakan lawan, memprediksi serangan mereka, dan menghindari serangan tersebut.

Setelah bertahun-tahun berlatih, Lie Feng akhirnya menguasai Jurus Mata Dewa. Ia merasa dirinya telah mencapai puncak kekuatan. Ia mampu melihat kelemahan lawan, memprediksi gerakan mereka, dan menyerang dengan cepat dan tepat. Ia menjadi pendekar terhebat di dunia.

"Guru Agung," kata Lie Feng, "aku telah menguasai semua jurus yang kau ajarkan. Apakah aku sudah cukup kuat?"

Guru Agung tersenyum. "Kau memang kuat, Lie Feng. Tetapi perjalananmu masih panjang. Dunia persilatan penuh dengan misteri dan bahaya. Kau harus selalu waspada, selalu belajar."

Lie Feng mengangguk. Ia tahu bahwa perjalanannya masih panjang. Tetapi ia siap menghadapi segala tantangan yang datang. Ia akan terus berlatih, terus belajar, untuk menjadi pendekar yang lebih kuat dan lebih bijaksana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Bayangan di Balik Cahaya

    Angin malam menyapu lembut lembah Sunyi Seribu Tapak. Cahaya bulan menimpa wajah Lie Feng yang berdiri memandang jauh ke arah langit, seolah mencari jawaban yang tak pernah benar-benar ingin diberikan oleh siapa pun.“Sejak kapan kau mulai merasa bahwa kemenangan kita terlalu mudah?” suara Arka terdengar dari belakang, berat, namun tak menyembunyikan keresahan.Lie Feng tidak menoleh. “Sejak aku melihat retakan pertama di simbol itu,” jawabnya lirih. “Sejak aku merasakan… ada sesuatu yang menatap balik dari dalam gelap.”Arka melangkah mendekat, menyampingkan rambut yang tersapu angin. “Kau pikir mereka akan bangkit lagi?”Lie Feng menghela napas panjang. “Bukan mereka.” Ia berhenti sejenak. “Seseorang. Atau… sesuatu.”Arka terdiam.“Kita sudah mengorbankan begitu banyak untuk menyegel Malaikat Kegelapan,” lanjut Lie Feng. “Tapi malam ini aku merasa seperti kembali ke titik awal.”Arka menatapnya tajam. “Kau tidak percaya pada kemenanganmu sendiri? Kau—Pendekar Tapak Dewa—meragukan la

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Kelahiran Kegelapan Baru

    Udara pagi di puncak Kuil Dewa Langit terasa berbeda. Kabut tipis menggantung di antara reruntuhan, memantulkan cahaya matahari yang menembus dari sela awan. Setelah malam panjang dan pertempuran yang mengguncang langit, dunia tampak hening.Lie Feng berdiri di tepi altar yang hancur, menatap lembah di bawah. Angin membawa aroma tanah basah dan abu. Di tangan kanannya masih ada bekas retakan halus akibat tekanan Tapak Dewa tingkat tujuh yang ia gunakan semalam.Arka berjalan menghampirinya. “Kau belum beristirahat sama sekali,” katanya pelan.Lie Feng tersenyum samar tanpa menoleh. “Sulit tidur setelah apa yang terjadi. Aku masih bisa mendengar suaranya… jeritan Malaikat Kegelapan itu.”Arka ikut menatap langit. “Aku juga mendengarnya. Tapi kau berhasil menyegelnya. Dunia seharusnya aman sekarang.”Lie Feng menggeleng perlahan. “Resi Tua bilang, segel itu tidak abadi. Jika kegelapan itu menemukan celah, semuanya bisa berulang.”Langkah ringan terdengar di belakang mereka. Resi Tua dat

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Simbol Penyegelan dan Kegelapan yang Terkunci

    Suara gemuruh mengguncang langit-langit ruang suci Kuil Dewa Langit. Batu-batu berjatuhan, retakan merambat di setiap sisi dinding, dan udara terasa berat oleh aura jahat yang menekan segala hal di sekitarnya. Cahaya dari batu kristal perlahan meredup, seperti lilin yang hampir padam ditiup badai.Lie Feng berdiri tegak dengan napas tersengal, tubuhnya bergetar akibat kelelahan, tapi matanya menyala tajam. Tapak Dewa tingkat 7 di tangannya masih berpendar lembut, seolah api ilahi yang menolak padam.“Resi Tua, apa kau yakin simbol itu bisa menyegel Malaikat Kegelapan?” tanya Arka dengan suara tegang, menatap simbol bercahaya samar di dinding batu. Simbol itu berputar perlahan seperti pusaran cahaya, memancarkan aura kuno yang membuat udara bergetar.Resi Tua menatap simbol itu lama, alisnya berkerut, napasnya berat. “Ini bukan sembarang simbol, Arka… ini adalah Simbol Penyegelan Dewa Langit, diciptakan oleh para leluhur untuk mengurung entitas kegelapan ribuan tahun lalu. Tapi untuk m

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Pelatihan Rahasia

    Cahaya terang yang tiba-tiba muncul berhasil mengusir Malaikat Kegelapan untuk sementara. Itu memberi kesempatan kepada Arka, Lie Feng, dan Resi Tua untuk menarik nafas dan mempersiapkan diri. Mereka menyadari bahwa pertempuran melawan Malaikat Kegelapan membutuhkan persiapan yang jauh lebih matang."Kita perlu waktu," kata Arka, mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. "Kita harus memperkuat kekuatan kita."Resi Tua mengangguk setuju. "Malaikat Kegelapan adalah ancaman yang jauh melampaui Bayangan Naga. Lie Feng, kau harus menguasai Tapak Dewa sepenuhnya. Kau harus mencapai Tapak Dewa tingkat 7."Lie Feng menatap Resi Tua dengan tekad. "Aku akan melakukannya, Resi Tua. Aku akan menguasai Tapak Dewa tingkat 7 dan mengalahkan Malaikat Kegelapan!"Pelatihan pun dimulai. Resi Tua, dengan pengetahuan luasnya tentang kekuatan gaib dan teknik kuno, membimbing Lie Feng untuk mengendalikan kekuatan Tapak Dewa dengan lebih baik. Ia mengajarkan teknik-teknik pernapasan khusus, cara

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Sekutu Tak Terduga

    Arka terhuyung keluar dari terowongan rahasia, tubuhnya penuh luka dan lelah. Ia telah berhasil mengaktifkan simbol kuno itu, tetapi ia juga telah mengalami pertempuran yang sangat berat dengan anggota Bayangan Naga. Ia harus menemukan Lie Feng.Ia mengetahui bahwa ia tidak bisa menemukan Lie Feng sendirian. Ia perlu bantuan. Ia harus kembali ke Kuil Dewa Langit, untuk meminta bantuan dari orang lain.Dalam perjalanan kembali ke Kuil Dewa Langit, Arka merasakan kekuatan yang tidak biasa. Ia merasakan aura kekuatan gaib yang sangat kuat. Ia juga merasakan sebuah kehadiran yang misterius.Ia menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik sebuah air terjun. Di dalam gua itu, ia menemukan seorang penjaga kuil tua yang sedang bermeditasi. Penjaga kuil itu bernama Resi Tua."Siapa kau?" tanya Arka, suaranya gemetar karena kelelahan.Resi Tua membuka matanya. Matanya be

  • Raja Persilatan: Pendekar Tapak Dewa   Pertemuan di Terowongan

    Pertempuran di ruang tersembunyi itu pecah. Arka dan murid-murid Perguruan Naga Teratai menyerbu, menyerang para anggota Bayangan Naga yang mengelilingi Lie Feng yang terikat di altar kuno. Pedang-pedang beradu dengan pedang, energi berbenturan dengan energi, menciptakan suasana yang kacau dan mengerikan.Namun, kekuatan Bayangan Naga terlalu besar. Mereka terlatih dengan baik dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Arka dan murid-muridnya terdesak. Lie Feng, meskipun terikat, masih mampu mengeluarkan aura kekuatan Tapak Dewa, menciptakan perisai yang melindungi mereka dari serangan terhebat.Di tengah kepungan itu, sebuah sosok menyeruak dari bayangan. Sosok itu besar dan mengerikan, kulitnya bersisik-sisik, dan matanya bersinar dengan cahaya jahat. Sosok itu adalah Siluman Ular, salah satu anggota Bayangan Naga yang paling tangguh dan misterius."Kalian tidak akan bisa menyelamatkan dia," kata Silu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status