Lie Feng, yang kini menguasai Jurus Tapak Dewa, Pedang Dewa Abadi, dan Pedang Langit, berdiri tegak di puncak gunung. Angin berhembus kencang, membelai rambutnya yang hitam legam. Ia merasa tak terkalahkan.
"Guru Agung," panggil Lie Feng, suaranya bergema di antara tebing-tebing terjal, "Apakah aku sudah cukup kuat?" Guru Agung, yang duduk bersila di atas batu besar, membuka matanya perlahan. Senyum tipis terukir di wajahnya yang keriput. "Kuat? Kau memang kuat, Lie Feng. Tetapi kekuatan sejati bukan hanya terletak pada teknik bertarung. Ada banyak hal lain yang harus kau pelajari." Lie Feng mengerutkan dahi. "Apa yang masih kurang, Guru Agung?" "Sabar, Lie Feng. Aku akan menunjukkannya padamu." Guru Agung berdiri, dan dengan gerakan ringan, ia menuntun Lie Feng menuju sebuah lorong tersembunyi di balik air terjun. Di dalam ruangan rahasia itu, udara terasa dingin dan lembap. Bau tanah dan kayu lapuk memenuhi hidung. Lie Feng terkesima melihat ukiran-ukiran kuno di dinding, menggambarkan pertempuran para dewa dan makhluk mitologis. "Di sini," kata Guru Agung, menunjuk ke sebuah altar kuno dari batu obsidian yang berkilauan, "tersimpan rahasia Jurus Kecepatan Dewa." Ia mengangkat sebuah gulungan kuno dari kulit ular kobra yang telah mengering. "Jurus ini bukan sekadar jurus silat," kata Guru Agung, suaranya berat dan penuh misteri. "Ia adalah manifestasi dari kekuatan spiritual. Kau harus menguasai energi dalam dirimu untuk menguasainya." Lie Feng meraih gulungan itu dengan hati-hati. "Bagaimana caranya, Guru Agung?" "Dengan mengendalikan energi spiritualmu, kau akan mampu bergerak secepat kilat, menghindari serangan musuh, dan menyerang dengan tepat. Tetapi, jalannya sulit dan berbahaya. Kau harus siap menghadapi tantangan yang tak terduga." Guru Agung membuka gulungan itu. Teks di dalamnya ditulis dengan tinta emas yang berkilauan. "Jurus Kecepatan Dewa memiliki lima tingkatan," Guru Agung menjelaskan sambil membaca teks tersebut. "Tingkat pertama: mengendalikan energi spiritual untuk meningkatkan kecepatan dan kelincahan. Tingkat kedua: mempercepat refleks dan reaksi. Tingkat ketiga: menciptakan bayangan untuk mengelabui lawan. Tingkat keempat: melepaskan serangan yang sangat cepat dan mematikan. Dan yang terakhir, tingkat kelima: menyatu dengan kecepatan itu sendiri." Lie Feng mengangguk, matanya berbinar. "Aku akan menguasainya, Guru Agung!" Pelatihan Lie Feng dimulai. Ia berlatih berjam-jam setiap hari, tubuhnya sakit dan lelah. "Guru Agung," keluh Lie Feng suatu hari, tubuhnya dipenuhi memar, "Aku merasa hampir menyerah." Guru Agung tersenyum. "Kecepatan bukan hanya tentang kecepatan fisik, Lie Feng. Ia juga tentang ketenangan pikiran. Kau harus mengendalikan napasmu, fokus pada tujuanmu." Lie Feng mencoba lagi, berlatih dengan tekun. Lama-kelamaan, ia mulai merasakan perubahan. Gerakannya menjadi lebih cepat, lebih lincah. "Guru Agung," kata Lie Feng suatu hari, "aku merasa bisa mengendalikan energi spiritualku sedikit demi sedikit." Guru Agung mengangguk bangga. "Bagus, Lie Feng. Tetapi perjalananmu masih panjang. Setelah menguasai Jurus Kecepatan Dewa, masih ada tantangan lain yang menunggumu." Beberapa bulan kemudian, Lie Feng telah menguasai Jurus Kecepatan Dewa. Ia merasa lebih kuat dari sebelumnya. Namun, Guru Agung masih menyimpan rahasia lain. "Lie Feng," kata Guru Agung, "aku akan menunjukkan padamu Jurus Mata Dewa. Jurus ini akan memperkuat indramu, membantumu melihat kelemahan lawan." Mereka kembali ke ruangan rahasia itu. Kali ini, di atas altar terdapat gulungan kuno dari kulit naga. "Jurus Mata Dewa membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi," kata Guru Agung. "Kau harus mampu mengendalikan energi spiritualmu, mengarahkannya ke matamu." Lie Feng berlatih dengan tekun. Ia berjuang untuk mengendalikan energi spiritualnya, mengarahkannya ke matanya. Prosesnya sulit dan melelahkan, tetapi ia tidak pernah menyerah. "Guru Agung," kata Lie Feng suatu hari, "aku merasa bisa melihat lebih jauh, lebih jelas." Guru Agung tersenyum. "Bagus, Lie Feng. Kau telah menguasai dasar-dasarnya. Sekarang, kau harus mengasah kemampuanmu untuk memprediksi gerakan lawan." Lie Feng terus berlatih. Ia berlatih melawan Guru Agung, melawan bayangannya sendiri. Ia belajar untuk membaca gerakan lawan, memprediksi serangan mereka, dan menghindari serangan tersebut. Setelah bertahun-tahun berlatih, Lie Feng akhirnya menguasai Jurus Mata Dewa. Ia merasa dirinya telah mencapai puncak kekuatan. Ia mampu melihat kelemahan lawan, memprediksi gerakan mereka, dan menyerang dengan cepat dan tepat. Ia menjadi pendekar terhebat di dunia. "Guru Agung," kata Lie Feng, "aku telah menguasai semua jurus yang kau ajarkan. Apakah aku sudah cukup kuat?" Guru Agung tersenyum. "Kau memang kuat, Lie Feng. Tetapi perjalananmu masih panjang. Dunia persilatan penuh dengan misteri dan bahaya. Kau harus selalu waspada, selalu belajar." Lie Feng mengangguk. Ia tahu bahwa perjalanannya masih panjang. Tetapi ia siap menghadapi segala tantangan yang datang. Ia akan terus berlatih, terus belajar, untuk menjadi pendekar yang lebih kuat dan lebih bijaksana.Cahaya terang yang tiba-tiba muncul berhasil mengusir Malaikat Kegelapan untuk sementara. Itu memberi kesempatan kepada Arka, Lie Feng, dan Resi Tua untuk menarik nafas dan mempersiapkan diri. Mereka menyadari bahwa pertempuran melawan Malaikat Kegelapan membutuhkan persiapan yang jauh lebih matang."Kita perlu waktu," kata Arka, mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. "Kita harus memperkuat kekuatan kita."Resi Tua mengangguk setuju. "Malaikat Kegelapan adalah ancaman yang jauh melampaui Bayangan Naga. Lie Feng, kau harus menguasai Tapak Dewa sepenuhnya. Kau harus mencapai Tapak Dewa tingkat 7."Lie Feng menatap Resi Tua dengan tekad. "Aku akan melakukannya, Resi Tua. Aku akan menguasai Tapak Dewa tingkat 7 dan mengalahkan Malaikat Kegelapan!"Pelatihan pun dimulai. Resi Tua, dengan pengetahuan luasnya tentang kekuatan gaib dan teknik kuno, membimbing Lie Feng untuk mengendalikan kekuatan Tapak Dewa dengan lebih baik. Ia mengajarkan teknik-teknik pernapasan khusus, cara
Arka terhuyung keluar dari terowongan rahasia, tubuhnya penuh luka dan lelah. Ia telah berhasil mengaktifkan simbol kuno itu, tetapi ia juga telah mengalami pertempuran yang sangat berat dengan anggota Bayangan Naga. Ia harus menemukan Lie Feng.Ia mengetahui bahwa ia tidak bisa menemukan Lie Feng sendirian. Ia perlu bantuan. Ia harus kembali ke Kuil Dewa Langit, untuk meminta bantuan dari orang lain.Dalam perjalanan kembali ke Kuil Dewa Langit, Arka merasakan kekuatan yang tidak biasa. Ia merasakan aura kekuatan gaib yang sangat kuat. Ia juga merasakan sebuah kehadiran yang misterius.Ia menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik sebuah air terjun. Di dalam gua itu, ia menemukan seorang penjaga kuil tua yang sedang bermeditasi. Penjaga kuil itu bernama Resi Tua."Siapa kau?" tanya Arka, suaranya gemetar karena kelelahan.Resi Tua membuka matanya. Matanya be
Pertempuran di ruang tersembunyi itu pecah. Arka dan murid-murid Perguruan Naga Teratai menyerbu, menyerang para anggota Bayangan Naga yang mengelilingi Lie Feng yang terikat di altar kuno. Pedang-pedang beradu dengan pedang, energi berbenturan dengan energi, menciptakan suasana yang kacau dan mengerikan.Namun, kekuatan Bayangan Naga terlalu besar. Mereka terlatih dengan baik dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Arka dan murid-muridnya terdesak. Lie Feng, meskipun terikat, masih mampu mengeluarkan aura kekuatan Tapak Dewa, menciptakan perisai yang melindungi mereka dari serangan terhebat.Di tengah kepungan itu, sebuah sosok menyeruak dari bayangan. Sosok itu besar dan mengerikan, kulitnya bersisik-sisik, dan matanya bersinar dengan cahaya jahat. Sosok itu adalah Siluman Ular, salah satu anggota Bayangan Naga yang paling tangguh dan misterius."Kalian tidak akan bisa menyelamatkan dia," kata Silu
Lie Feng terbaring lemas, tubuhnya penuh luka. Cahaya keemasan yang muncul dari dalam dirinya telah menghalau Bayangan Naga, tetapi juga menghabiskan sebagian besar tenaganya. Arka bergegas mendekatinya, wajahnya penuh dengan kekhawatiran."Lie Feng! Kau baik-baik saja?" Arka berteriak, suaranya penuh dengan kecemasan.Lie Feng mencoba untuk bangkit, tetapi tubuhnya masih lemas. "Aku… aku baik-baik saja," katanya, suaranya gemetar. "Tetapi… kita harus menghentikan Bayangan Naga."Arka mengangguk. "Ya, kita harus menghentikannya sebelum terlalu lambat. Kita harus mengejarnya."Mereka mulai menelusuri jejak Bayangan Naga. Mereka menemukan petunjuk-petunjuk berupa simbol-simbol tersembunyi di berbagai tempat di sekitar Kuil Dewa Langit. Simbol-simbol itu terlihat sangat rumit dan misterius. Lie Feng merasakan aura jahat yang semakin kuat, mengindikasikan keberadaan anggota Bayangan
Serangan Bayangan Naga datang dengan cepat dan brutal. Mereka menyerang Perguruan Naga Teratai di tengah malam, membawa pasukan yang sangat besar dan perlengkapan perang yang canggih. Pertempuran sengit pun terjadi. Lie Feng, dengan bantuan Arka dan murid-murid Perguruan Naga Teratai, berjuang keras untuk mempertahankan perguran dari serangan itu. Namun, jumlah musuh yang sangat banyak membuat mereka kesulitan.Di tengah kepungan itu, Lie Feng merasa terbebani oleh kekuatan Tapak Dewa yang mengalir dalam dirinya. Kekuatan itu membuatnya lebih kuat, memberinya kemampuan yang luar biasa, tetapi juga membuatnya menjadi target utama serangan Bayangan Naga. Mereka mengincar Tapak Dewa, ingin menggunakan kekuatannya untuk mendominasi dunia.Setelah berhasil mengusir gelombang pertama serangan Bayangan Naga, Lie Feng, Arka, dan beberapa murid terpercaya menarik diri ke perpustakaan kuno Perguruan. Di sana, mereka terus menyelidiki
Setelah pertempuran dahsyat di Kuil Dewa Langit, Lie Feng, Jian, Mei Lin, dan ahli simbol kuno itu kembali ke Perguruan Naga Teratai. Lin Xue, Mei Lin, dan Jian yang telah diselamatkan dari cengkeraman penyihir jahat itu kini telah kembali dan pulih. Vashta, yang terbebas dari pengaruh kekuatan gelap, juga telah kembali. Namun, suasana perayaan kemenangan itu tidak lama berlangsung. Lie Feng merasakan sesuatu yang sangat mengancam sedang mengintai. Ia merasakan sensasi yang tidak menyenangkan, sebuah pertanda akan datang bahaya yang jauh lebih besar.Di Perguruan Naga Teratai, Lie Feng bersama Arka, pemimpin Perguruan yang bijaksana, meneliti catatan-catatan kuno yang ditemukan di Kuil Dewa Langit. Mereka menemukan informasi yang jauh lebih mengerikan daripada yang dibayangkan. Catatan itu tidak hanya mengungkapkan rahasia tentang asal usul kekuatan Lie Feng, tetapi juga mengungkap keberadaan kelompok rahasia yan
Debu beterbangan, menari-nari dalam sinar matahari redup yang menyelinap melalui celah-celah atap Kuil Dewa Langit yang runtuh. Arka dan Lie Feng melangkah hati-hati, setiap langkah mereka menimbulkan bunyi gemerisik batu-batu kuno yang terkikis waktu. Udara terasa berat, dipenuhi dengan aroma tanah lembap dan misteri yang membayangi. Mereka telah mencapai ruangan terdalam, sebuah ruang melingkar yang dindingnya dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang tampak hidup, seakan-akan berbisik kisah-kisah dari zaman yang telah lama berlalu.“Sungguh… menakjubkan,” desis Arka, matanya terpaku pada ukiran-ukiran rumit yang meliuk-liuk di atas batu. Gambar-gambar makhluk mitologis, dewa-dewi yang mahakuasa, dan simbol-simbol yang tak dikenal terukir dengan detail yang luar biasa.Lie Feng, wajahnya dipenuhi dengan suatu tekad yang kuat, mendekati sebuah ukiran yang menggambarkan sebuah tapak kaki raksasa, lebih besar daripada manusia manapun. Tapak kaki itu tampak memancarkan aura yang ku
Pertempuran di ruang tersembunyi itu dahsyat. Kekuatan gelap yang menyergap mereka ternyata jauh lebih kuat dari yang dibayangkan. Lie Feng, Jian, dan Mei Lin bertarung dengan gigih, terbantu dengan keahlian ahli decoding simbol kuno yang mampu memanipulasi beberapa perangkap di ruangan itu untuk menyerang musuh. Namun, mereka terpaksa mundur ketika sebuah gelombang energi gelap yang dahsyat menghantam mereka. Mereka terpental ke tembok, tubuh mereka terasa sakit dan lemas.Setelah pertempuran itu, mereka menemukan sebuah jalan tersembunyi di balik tembok yang terlihat biasa. Jalan itu membawa mereka ke ruang terdalam kuil. Ruangan itu lebih besar daripada ruangan-ruangan lainnya, dan suasananya tampak lebih sakral. Di tengah ruangan, terdapat sebuah meja batu yang di atasnya terletak beberapa gulungan kuno. Gulungan-gulungan itu tampak sangat tua dan rapuh."Ini dia," bisik Lie Feng,
Setelah pertempuran sengit melawan ular raksasa, Lie Feng dan murid-muridnya yang terluka berhasil mencapai pintu masuk Kuil Kuno. Struktur bangunan itu tampak tua dan megah, terbuat dari batu hitam yang telah lapuk oleh waktu. Udara di sekitar kuil terasa dingin dan berat, menimbulkan perasaan misterius dan mencekam. Mereka mengetahui bahwa tantangan yang akan mereka hadapi di dalam kuil ini akan jauh lebih kompleks daripada tantangan yang telah mereka lalui sebelumnya.Lie Feng memimpin murid-muridnya memasuki kuil. Segera, mereka dikejutkan oleh struktur kuil yang rumit dan membingungkan. Lorong-lorong berliku dan gelap terbentang di hadapan mereka, dihiasi dengan berbagai simbol kuno yang terukir di dinding. Patung-patung aneh dan menyeramkan berdiri di berbagai sudut, menciptakan suasana yang mencekam. Mereka mengetahui bahwa kuil ini bukanlah tempat yang biasa. Kuil ini adalah tempat yang penuh dengan teka-teki dan misteri."Kuil