"Vano? A-apa yang kau lakukan?" Freya tergagap sekaligus terkejut kala melihat apa yang Vano lakukan saat ini.Vano berlutut di hadapan Freya dengan sebuah cincin indah di tangannya, "Freya, maukah kau menjadi orang yang akan selalu menemaniku dalam susah maupun senang. Dalam sehat maupun sakit?""A-apa ini sungguhan? Aku tidak sedang bermimpi indah dalam tidurku kan?" "Kau tidak sedang bermimpi, Freya. Aku sungguh-sungguh menginginkanmu sebagai pendamping hidupku," ucap Vano, "Jadi apa kau bersedia, Freya.""Aku bersedia. Aku juga berharap kau adalah orang pertama dan terakhir untukku," ucap Freya sambil tersenyum manis.Vano terlihat sangat senang, dia memasangkan cincin itu di jari Freya dan kemudian memeluknya erat-erat.Mereka tertawa bahagia bersama dengan di mulainya kisah cinta mereka."Meskipun pertemuan kita belum lama, tapi aku harap kita bisa bersama selamanya," ujar Vano sambil mengecup dahi Freya."Tapi sebelum itu, aku mau kau tau tentang diriku," Freya mengajak Vano d
Deg!Freya mematung seketika mendengar ucapan Kenzi. Bukan karena dia lebay atau bucin akut, hingga tidak bisa jauh dari Vano. Melainkan, dia lebih khawatir karena dia harus berdua saja dengan seseorang yang sudah dengan sangat jelas membencinya.Wajah terkejut serta sedikit was-was Freya, terbaca jelas oleh Vano. Dia memegang tangan Freya yang bahkan sudah mengeluarkan keringat dingin, untuk menenangkannya."Ok, Kenzi. Tapi kau harus berjanji padaku, jaga dia untukku." "Menjaganya? No! Aku bahkan malas melihat mukanya, untuk apa aku menjaganya? Yang aku tau dia adalah sekretarisku, jadi dia harus bekerja dan bukan bermain!" ucap Kenzi menatap sinis pada Freya."Baiklah, aku yang akan mengurus urusan di sini dan kalian bisa kembali.""Ya," ucapnya singkat.Vano dan Freya pun keluar dari kamar Kenzi. Tapi Vano tidak lantas kembali ke kamarnya, melainkan pergi ke kamar Freya untuk memberinya semangat."Freya, tenanglah. Aku yakin kau bisa melakukannya. Lagi pula aku tidak akan lama, mu
"Ehm!! Ehm!!" seru Freya yang hanya terdengar seperti gumaman. Karena tiba-tiba dari arah belakang, ada tangan yang membekap mulutnya dengan sebuah sapu tangan.Untuk sesaat, Freya mencoba meronta dan melawan. Namun beberapa saat kemudian pandanganya pun mulai mengabur, dan kemudian semuanya menjadi gelap seketika.Pria itu membopong Freya masuk ke dalam sebuah mobil berwarna hitam. Dan di dalam mobil itu, sudah ada seorang pria lagi yang bertugas mengemudikan mobil itu."Ayo cepetan jalan!" seru si pria yang membawa Freya ke mobil itu tadi, dan si pengemudi pun segera melajukan kendaraanya.Beberapa puluh menit perjalanan, Freya pun akhirnya tersadar. Namun saat dia sadar, tangan dan kakinya sudah di ikat. Mata dan mulutnya juga di tutup menggunakan sebuah kain hitam, hanya telinganya saja yang masih bisa mendengar pembicaraan kedua pria yang menculiknya itu. Freya pun memilih berpura-pura masih pingsan dan mendengarkan percakapan keduanya."Ayo buruan! Bos Kenzi bakal ngamuk-ngamuk
"Aaa!!" Freya menjerit karena terkejut, saat tiba-tiba saja Kenzi melempar gelas berisi air yang ada di atas nakas ke lantai. Serpihan kaca berceceran dimana-mana.Freya semakin ketakutan. Dia menangis, namun tak kuasa untuk mengeluarkan suara tangisnya. Saat ini Kenzi terlihat sangat mengerikan di mata Freya, bahkan sanggup membuat tubuh Freya bergetar hebat karena ketakutan yang ia rasakan saat ini.Kenzi berjalan mendekat ke arah Freya. Perlahan namun pasti, dia naik ke atas ranjang dan mendekati tubuh Freya yang sedang bergetar ketakutan hingga tak bisa mengeluarkan suaranya sedikitpun."Aku tidak percaya pada wanita sok polos sepertimu! Tak ada wanita polos yang benar-benar polos! Kalian semua sama saja, semua wanita itu Jalang!" ucap Kenzi yang membuat Freya melupakan rasa takutnya begitu saja dan berganti dengan api kemarahan, yang siap meletus dari ubun-ubunya yang seolah sudah berasap."Dari mana kau mendapatkan pemekiran picikmu itu tuan Kenzi Adinata?!" tanya Freya dengan ta
"Hu ... hu ... Aku takut sekali, terimakasih tuhan kau masih bersedia membantuku menjaga kesucianku," gumam Freya sambil merapikan cd dan celananya. Setelah itu dia langsung berjalan menuju lemari pakaian dan mengambil kemeja milik Kenzi untuk dia pakai.Setelah memakai kemeja Kenzi yang pastinya sangat kebesaran di badannya, dan membuat Freya nampak seperti kunti dengan rambut yang acakadul seperti itu. Freya pun menggunakan kain seprai dan selimut yang dia sambung untuk turun dari lantai tiga mansion itu.Kenzi memang tak mengunci jendelanya, dan hanya mengunci pintu kamar itu saja. Karena pastinya dia tak pernah menyangka Freya akan seberani itu untuk melarikan diri dari lantai 3. Namun kenyataanya, dia telah meremehkan seorang Freya.Setelah berhasil turun dari lantai 3, Freya pun berusaha keluar dari gerbang dengan mengelabuhi para penjaga dan untungnya dia berhasil. Dia pun keluar dari mansion itu dan terus berlari tanpa menengok ke belakang. Yang ada dipikirannya
Suami istri itu pun saling beradu pandang, seolah mengisyaratkan sesuatu yang entah apa itu. Sang suami segera merogoh sakunya dan mengambil Hp untuk sejenak mengetikkan pesan singkat, yang entah dia kirim untuk siapa.Tak lama setelah itu, mobil yang mereka tumpangi pun berhenti. Freya di tuntun oleh si wanita itu untuk masuk ke dalam, namun Freya tetap berjalan sambil terus menundukkan kepalanya hingga dia di minta untuk duduk di sofa."Tunggu sebentar ya, bibi ambilkan minuman dulu untukmu supaya kau lebih tenang," Wanita itu pun melenggang menuju dapur untuk mengambilkan Freya segelas air."Ini, minumlah!" Sekembalinya dari dapur dia menyodorkan segelas air itu pada Freya, dan dia pun meneguk habis air itu."Sayang, kau temani dia dulu di sini. Aku akan ke atas sebentar," Sang suami pun segera naik ke lantai atas dan masuk ke sebuah ruangan.Brak!!"Kenzi!" serunya sambil menendang daun pintu ruangan itu dengan kasar, sampai-samapi pintu yang tadinya terkunci itu rusak dan terbuka
"Ke-Kenzi?" badan Freya mendadak gemetar saat mendengar nama yang paling tidak ingin dia dengar lagi itu kembali di sebut.Nayla Dewangga, Ibu dari Kenzi yang saat ini duduk di sebelah Freya pun melihat dan menyadari ketakutan Freya saat mendengar nama anaknya di sebut. Dia pun berusaha menenangkan Freya dengan memeluk tubuh gemetar Freya itu."Tenanglah, dia tidak akan berani menyakitimu," ucap Nayla lirih, sambil mengusap-usap lembut puncak kepala Freya dengan sayang."Jelaskan!" satu kata ampuh yang Ayahnya ucapkan ini, mampu membuat lidah Kenzi kelu seketika."A-apa maksudmu ayah? Aku sungguh tidak mengerti," kilah Kenzi yang masih berusaha mengelak dari kesalahannya."Kau mau menjelaskan semuanya dengan cara baik-baik, atau aku yang harus membuatmu buka suara meski harus menggunakan cara paling kejam?! Kai tau aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, Kenzi Adinata!" sentak Robert dengan sangat-sangat marah."Apa yang harus ku jelaskan Ayah? Dia hanya seorang Jal*ang! Dia gagal
Tak ...Tak ...Tak ...Terdengar suara langkah kaki yang tengah berlari ke arah mereka saat ini. Dan saat sosok itu berada di hadapan mereka semua, mata Freya dan juga Kevin pun auto membulat sempurna dengan mulut ternganga menatapnya.Bugh!!Bagh!!Bugh!!"Kau baji*ngan!" serunya sambil melayangkan pukulannya pada Kenzi.Dan hal itu pun membuat Kenzi tersungkur ke lantai dengan ujung bibirnya yang berdarah. Namun tak ada sedikit pun niatan di hati Kenzi untuk membalas pukulan itu."Apa yang kau lakukan padanya, hah! Aku tau kau memang brengsek! Tapi kenapa kau juga melakukanya pada wanita yang kusukai!? Apa kesalahannya!?" Yups, benar! Dia adalah Vano yang datang terburu-buru setelah mendapatkan pesan singkat dari Robert, yang mengatakan tentang Kenzi yang melecehkan wanita yang dia sukai.Vano yang tadi baru saja tiba di bandara pun, langsung mengemudi ke rumah utama dengan kecepatan tinggi. Bahkan pak Tejo yang harusnya duduk di kursi pengemudi, justru jadi harus duduk di kursi pe