KEPERGIAN LUKAS DAN PEMILIHAN CEO UTAMA"Bicaralah baik-baik dengan Nyonya Lily dan Tuan Liem, serta Lukas. Atau kalau tidak aku akan membuat kalian bercerai," ancam Mama Davina."A-apa maksudmu?" tanya Davina tergagap, sungguh hal ini di luar prediksinya. Dia hanya mengira mama nya akan menerornya saja. Tapi ternyata salah, justru sekarang Lukas di jadikan alat ancaman. Mama Davina langsung tersenyum sinis penuh kemenangan menyadari Davina langsung panik dengan semua ancamannya."Membuat rumor bukan masalah bagiku, Davina. Apakah kau lupa siapa aku? Bahkan setelah kalian menikah akankah menurutmu direktur Liem meninggalkan kalian sendirian? Atau melepaskan Lukas begitu saja denganmu? Hahaha. Kau belum tahu betapa kejamnya dunia konglomerat ini. Jadi jangan sombong dan pikirkan baik-baik," teriak Mama Davina sambil keluar meninggalkan rumah Davina. 'Brakkk!' dia membanting pintu Davina dengan kasar. Ucapan Mama Davina itu sebenarnya hanya angin lalu tetapi ada perasaan sakit yang ta
TUAN LUKAS YANG MALANG"Ya, bahkan semua orang tahu. Aku pun akan menilai yang sama, Tuan Lukas," ucap Davina."Tapi itu semua tak dapat dibiarkan, Davina. Memang aku lebih unggul tapi masalah tak hanya berhenti di sana saja. Karena bagaimanapun anak kandung Tuan Liem tetaplah Kak Sean, bukan aku. Aku hanya sekedar keponakan yang kebetulan diasuhnya, sehingga itulah yang membuatku harus sadar diri bahwa pemegang kekuasaan tetaplah Kak Sean. Aku harus membantunya di pilih dan menjadi satu-satunya kadidat," terang Lukas."Tuan Lukas," kata Davina lirih."Betapa kasihan nasibmu, Tuan Lukas. Jadi saat itu, kau merasa tidak nyaman di pertemuan keluarga. Ini ternyata alasanmu, Tuan Lukas. Itu sebabnya kau melarangku untuk ikut denganmu, Tuan Lukas yang malang," batin Davina. Davina langsung terdiam mendengar pernyataan Lukas. Ya, dia sadar wanita dan lelaki memiliki perasaan yang berbeda, wanita akan lebih berperasaan. Namun kali ini, rasanya dia dan Lukas memiliki kesakitan dan trauma yan
AKU HARUS BAGAIMANA TUAN LUKAS?"Ya, baiklah. Aku akan mengaku sekarang Tuan Lukas. Aku merasa sangat sehat seara jasmani dan rohani, aku juga wanita biasa. Bagaimana aku bisa menolak untuk mengakui itu. Kau begitu tampan, menggoda, dan menggairahkan. Permainanmu begitu lembut dan panas, bersatu menjadi satu," bisik Davina terus menggodanya."Benarkah?" gumam Lukas lirih.Dia hanya ingin menghibur Lukas karena dia tahu lelaki itu saat ini sedang tidak baik-baik saja. Jika di pikir, siapa yang rela berada di posisi Lukas begitu? Sudah bekerja keras tetapi tak pernah dianggap oleh keluarganya sendiri. Pasti akan sakit sekali."Ya, tentu saja, Tuan Lukas. Kapan kau kembali, Tuan Lukas? Apa aku bisa kesana menemanimu?" tanya Davina."Tak usah Davina, kau konsen saja di sana. Bantu aku dari jauh. Percuma saja kau akan kesini, karena aku tidak bisa melakukan yang baik untuk menservice mu. Kau tahu sendiri kan aku di sini karena tugas kerja, bukan main-main. Jadi aku tidak tahu kapan ketua
RENCANA DAVINA!"Tuan Lukas, sungguh berharap aku bisa menyingkirkan semua masalah ini dengan kedua tanganku sendiri. Aku takut mengatakan semua jujur kepadamu. Andai saat seperti ini aku bisa ada di sampingmu maka aku merasa lebih nyaman," lanjutnya.Davina terus mandi di bawah guyuran air showernya. Tiba-tiba dia memperoleh ide yang sedikit konyol namun baginya ini satu-satunya cara untuk dekat dengan Lukas dan bisa membicarakan tentang kedatangan Ibu angkatnya. Davina segera mengambil handuk mandinya, dia berjalan ke luar kamar mandi dengan tergesa."Baiklah aku harus melakukan ini. Sepertinya penerbangan dari sini ke tempat Tuan Lukas hanya diperlukan waktu 2 jam saja. Aku harus segera mencari pesawat yang bisa membawaku ke sana," batin Davina dalam hati.Dia pun segera memakai pakaiannya, tak lupa memakai coach ya. Dia pun segera menelpon Thomas saat seperti ini Thomas memang diperlukan dan bisa diandalkan."Halo Thomas," sapa Davina sesaat setelah telepon itu diangkat."Iya ad
HARTA, TAHTA, DAVINA"Hanya bersamamu aku bisa bertingkah gila seperti ini, Tuan Lukas. Aku harap dengan ini kau akan terkejut dan semua bisa berjalan dengan baik," gumam Davina.Davina keluar, dia segera menuju kamar tempat di mana Lukas menginap. Sepanjang perjalanan dia sebenarnya takut, bagaimana reaksi Lukas jika melihat dirinya seperti ini. Tapi tak mungkin juga dia mundur. Sudah kepalang tanggung. Davina segera mengambil HP nya saat sampai di depan kamar Lukas dan memencet nomor itu.Lukas meminum gelas wine terakhirnya. Pikirannya kacau sekarang, hari penentuan CEO tinggal beberapa hari lagi, sesak di dadanya ketika harus menerima kenyataan bahwa dirinya akan tersisihkan oleh Sean. Bukan karena ketidakmampuan atau ketidakpantasannya dalam mengelola perusahaan. Namun kenyataan bahwa dia hanya boneka saingan Sean."Bukannya aku tak ikhlas, hanya aja menurutku rasanya Sean tak pantas untuk menjabat posisi itu! Kecuali dia memang benar-benar menguasainya. Apa jadinya perusahaan
WARNING 21 ++ CINTA YANG MEMBARA ANTARA DAVINA DAN LUKAS!"Sepertinya kau cemburu, Tuan Lukas," ledek Davina."Cemburu???" tanya Lukas sambil membuka coach baju milik Davina."Ya, aku sepertinya cemburu," jawab Lukas sambil menggendong Davina yang sudah telanjang bulat. Davina tersenyum sambil memandang ke arah Lukas. Dia membaringkan wanita itu diatas ranjang kemudian melepaskan kimono handuknya. Dengan sigap dia segera menindih Davina, menyusu ke arah gundukan bulatan yang nampak ranum menggoda."Aggghhhh," lenguh Davina."Tuan...." bisik Davina."Diamlah, aku akan menghangatkanmu. Bukankah kau sendiri yang mengatakan lorong ini terlalu dingin dan kau butuh kehangatan," jawab Lukas menggesekkan tangannya ke lubang milik Davina."Eemmmmhhhhh...." pekik Davina tertahan."Apakah kau mau aku langsung memasukkannya?" tanya Lukas meaihat wajah Davina yang sudah terangsang hebat."Tuan Lukas, aku sudah terbang jauh sampai sini. Jadi menurutku ini
PERGI BERKENCAN BERSAMA LUKAS?"Aku tidak keberatan Bahkan aku senang melakukannya untukmu, Davina," ujar Lukas."Benarkah?" tanya Davina."Tentu saja, bukankah kau sudah jauh-jauh sampai kemari untukku? Kau bahkan mengatur semuanya sendiri dan inisiatif, itu membuatku tersanjung Davina. Hal kecil namun tak bisa dilakukan oleh semua orang," jawab Lukas."Thomas sudah bercerita semua kepadaku," sambungnya."Lalu kau mengatakan apa, Tuan Lukas? Maaf ya Jika aku membohongi keluargamu demi mendapatkan semua previlage helikopter," ujar Davina."Tak masalah karena aku senang. Aku mengatakan saja kepada Thomas bahwa ada beberapa problema di perusahaan dan harus diselesaikan secara lapangan. Dan aku juga mengizinkanmu untuk beberapa hari ke depan, bukankah pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Lukas. Davina menganggukkan kepalanya."Kau bisa di sini menemaniku sampai saat itu tiba, Davina. Aku tak akan merasakan sendirian lagi," lanjut Lukas dengan nada parau.H
TAMAN BUNGA SAKSI CINTA!"Kenapa Tuan Lukas? Maaf ya, jika kau tidak mau dan ini terlalu memberatkanmu," kata Davina melihat tugas yang terdiam. Lukas pun tersenyum. Dia meraih tangan Davina yang kembali jatuh, hal itu membuat nya menoleh. Davina tersenyum tak percaya sambil memandang ke arah Lukas."Tentu saja boleh. Maaf ya aku terlalu banyak berpikir," kata Lukas. Davina pun tersenyum senang mereka pun berjalan bersama."Kita akan pergi ke mana, Tuan Lukas?" tanya Davina sambil terus tersenyum senang karena hatinya sangat gembira."Jalan saja. Kita ke sana," ujar Lukas sambil menuju ke suatu tempat. Mereka pun berjalan sambil Davina terus berceloteh tentang kehidupan dan pemandangan di pulau itu. Entah perasaan apa yang mereka rasakan masing-masing tapi perasaan nyaman tangan mereka bergandengan seolah tak mau berpisah."Lihat Tuan Lukas, wah indah sekali! Bukankah kau setuju jika aku bilang begitu, Tuan Lukas?" tanya Davina melihat pemandangan di de