JANGAN MENIKAH DENGAN LELAKI SEMACAM ITU?Hari berikutnya Devina mengenakan setelan blus panjang berwarna pink dengan corak bunga dan celana Levis berwarna putih. Dia segera bersiap untuk pergi bekerja, ini karena Mama nya pasti masih murka dengan sikapnya semalam. Dia melirik ke arah jamnya, masih pukul tujuh."Kakak," panggil Leon, adik tiri Davina hasil pernikahan Papa nya dan ibu tirinya. Davina menoleh, dia kaget Leo berada di belakangnya keluar dari kamar."Ya," panggil Davina menoleh."Lah kau sudah pulang? Kapan kau pulang?" tanya Davina karena selama ini adik tirinya memang berkuliah di luar kota. Dia hanya pulang sesekali saja, untuk menengok keluarganya."Semalam. Aku pulang mendadak begitu tahu berita tentangmu dari Ibu. Mengapa juga sekarang Ibu mendadak di panggil Mama, Kak? Apa yang sebnarnya terjadi?" tany Leon."Kenapa?" tanya Davina. Dia membuka magicom, masih ada sisa nasi semalam. Dia memutuskan membuat bubur nasi, dengan tambahan suwiran ayam yang selalu ada st
APA INI AKHIR CINTA LUKAS DAN ALEXANDRIA?"Baik jika kau berkata begitu, coba beritahu padaku bagaimana lagi cara untuk keluar dari rumah ini selain menikah? Katakan! Sejak aku memasuki usia dewasa, aku selalu menunggu hari di mana aku bisa meninggalkan rumah ini, Leon," jawab Davina."Jadi jangan coba-coba memikirkan tentang pernikahanku. Karena aku tak mau mendengarnya dari orang sepertimu," sambungnya."Aku tahu, Kak. Aku sadar dan mengerti sekali bahwa tidak bisa membantu Kakak apapun. Saat Ibu berbuat kejam pada Kakak tetapi aku sungguh sayang kepada kakak. Setidaknya kau harus menikah dengan pria yang lebih baik daripada Papa dan Tuan Lukas, Kak. Bagaimana kau bisa menikahi pria seperti itu sih, Kak," keluh Leon sambil menundukkan kepalanya."Kau ini lucu sekali! Hahaha," kata Davina sambil tertawa dengan sumbing."Kenapa? Kenapa aku tak bisa menikah dengan Tuan Lukas? Aku bahkan pernah tinggal di rumah yang seperti! Rumah dengan kekerasan dan kejam. Rumah
KENAPA KAU MENIKAH?"Kau sungguh akan menikah? Lalu apa pernikahan ini adalah akhir dari si paling setia kepada wanita yang dia cintai? Benar begitu kan, Lukas Orlando Wijaya? Lelaki yang selalu mengagung-agungkan Alexandria. Bahkan aku sangat tahu kau menjaga bibirmu itu dan menolak tidur dengan wanita clubing yang ditemuinya? Apakah ini akhir dari pencarian Tuan Lukas dari Group keluarga Wijaya itu? Apakah ini akhir dari petualangan dan pewarisan tahta perusahaan milikmu?" tanya Angga."Kenapa kau begitu sinis menyindirku, Angga. Aku kan hanya akan menikah saja, bukannya ingin mengakhiri semua kenakalanku atau kesetiaan ku pada Alexandria. Tak ada kaitannya. Tenang saja, kami hanya akan menikah saja," jawab Lukas."Kenapa? Karena Alexandria kan? Kau cemburu, kau menjadikan calon istrimu ini sebagai pelampiasan, Lukas," terang Angga."Ck. Kalau Alexandria mampu melakukan ini, mengapa aku tak bisa," gumam Lukas."Bagiku masih tidak masuk akal saja, Lukas. Apa ala
JANGAN SEBUT NAMA ALEXANDRIA LAGI!"Tuan Lukas, mengapa Angga tiba-tiba ke kamar mandi tapi belum juga kembali? Padahal ini sudah hampir satu jam," kata Davina."Kau terlalu mabuk sampai kau tidak peka. Bukankah dia sudah memberi kode kepada kita untuk bersenang-senang? Ah, sepertinya dia memang sengaja meninggalkan kita berdua seperti ini," ujar Lukas."Hmm sebenarnya dia tidak perlu melakukan itu," gumam Davina."Apa itu artinya Kau lebih suka dia bergabung dengan kita?" tanya Lukas. Davina menganggukkan kepalanya."Ck! Kau memang menyebalkan Davina. Tapi sekarang hanya ada kita berdua, bukankah kau harus membiasakan diri kita? Bukankah kita akan segera menikah," kata Lukas sambil memandang mesum ke arah Davina."Jangan melakukan hal itu, Tuan," ucap Davina sambil segera menggelengkan kepalanya."Kau akan segera terbiasa dengan hal itu. Bukankah begitu?" gumam Lukas.Davina hanya menghela nafas panjang. Dia rasa mungkin apa yang di katakan Lukas ti
RAHASIA KELAM DAVINA PART 1"Justru karena aku tidak tahu apapun tentang Alexandria, Tuan Lukas. Jadi aku tidak ingin mendengarnya. Aku tidak ingin lebih tahu tentang dirinya. Jadi saya harap Tuan Lukas mengerti keinginanku," kata Davina lirih."Baiklah tapi kau harus ingat batasan juga, Davina. Ingat statusmu hanya sebagai seorang istri kontrak. Jadi aku ingin kau tahu batasan, tidak lebih. Jadi kau hendaknya juga tahu diri," tegas Lukas. Mendengar ucapan itu udah lagi, Davina langsung terdiam. Dia sadar diri jika ucapannya mungkin keterlaluan."Oh iya ngomong-ngomong aku pergi ke rumah orang tuaku lagi beberapa hari yang lalu. Saat aku dinas ke luar kota dan aku tak menghubungimu. Kau ingat kan?" tanya Lukas. Davina menganggukkan kepalanya."Mereka bertanya tentang bagaimana dengan kelanjutan hubungan kita. Terutama Mama juga menanyakannya padaku bagaimana kabarmu, dia sangat antusias sekali menyiapkan semua pernak pernik pernikahan kita. Papaku juga sudah pul
MENGINAP DI RUMAH LUKAS!"Aku tidak pernah melakukan itu. Bahkan jika aku bisa maka aku ingin makan banyak. Kalau ada sesuatu yang ingin ku makan, aku harus menahannya," terang Davina."Kau harus mencobanya, katakan padaku Tuan Lukas. Maka aku akan berusaha membuatkannya untukmu. Aku janji itu," sambungnya.'Glek' Lukas meneguk ludahnya kasar. Dari semua ucapan Davina terlihat sekali bahwa dia sedih. Seperti ada sesuatu yang di sembunyikan, tapi justru hal itu membuat Lukas bertanya-tanya. Sekali lagi dia melirik ke arah Davina yang namapak dengan cepat menghapus air mata di pipinya."Kenapa dia menangis?" batin Lukas."Sebagai anak yang dibesarkan oleh keluarga angkat meskipun itu adalah adik dari Mamaku, rasanya aku juga bersyukur. Karena aku tak pernah kelaparan," sambung Lukas dalam hati. "Apakah benar Davina pernah merasakan kelaparan? Dari ceritanya yang tersurat jikalau pun iya, mengapa dia bisa sampai kelaparan? Aku yakin Devina mempunyai banyak uang lebih untuk sekedar memb
APAKAH YANG AKAN KAU LAKUKAN TUAN?"Mana mungkin aku bisa mengembalikan Davina ke rumah seperti itu. Aku tidak tahu harus berbuat apa, tapi setidaknya mungkin ini bisa membuat aku merasa sedikit lega," batin Lukas."Apa ini tidak berlebihan Tuan Lukas? Bagaimana jika ada orang kantor yang tahu?" tanya Davina."Tak akan ada orang yang tahu toh jika mereka tahu tak akan ada yang bisa diperbuatnya. Aku pimpinan mereka, jadi kau tak usah khawatir," jelas Lukas."Kita akan menikah dua minggu lagi, rasanya tak apa-apa jika kau menginap sekali semalam ini," ucap Lukas sambil tersenyum penuh arti."Mungkin orang tuaku tidak akan mengizinkannya, Tuan Lukas. Jadi kita tanya mereka mengizinkan tau tidak," kata Davina. Lukas langsung mengeluarkan hp-nya dan menelepon Ibu Davina. Dia sudah mendapatkan nomer telpon Ibu Davina dari para renternir itu saat melunasi sertifikat kapan hari."Selamat malam Tante! Tante maaf, ini saya adalah Lukas. Kalau malam ini saya membawa Davina bagaimana? Saya ing
JUJUR TERBUKA ATAU BERADU DI CINTA DI RANJANG PANAS TUAN LUKAS?"Aku memang tidak suka yang berantakan," sahut Lukas membuka kemejanya."Apa yang akan kau lakukan Tuan?" tanya Davina menelan saliva nya.Dia menoleh ke arah Lukas yang sudah melepas kemejanya. Lukas menatap Davina dengan pandangan penuh tanda tanya, lalu paham ke mana arah pembicaraan Davina. Pasti dia mengira akan melakukan hal yang macam-macam lagi."Ck! Kau ini pikiranmu kotor sekali, Davina. Aku hanya akan mandi, gerah rasanya tak mandi saat mau tidur," jawab Lukas."Eh, oh, maaf Tuan Lukas," kata Davina merutuki kebodohannya sendiri."Oh ya, aku hanya punya satu kamar mandi saja. Jadi aku akan mandi dulu," ujar Lukas."Em, apakah saya boleh menumpang istirahat, Tuan? Jujur saja kepala saya sangat pusing karena terlalu banyak minum tadi," ucap Davina."Itu kamarku! Masuk saja. Kalau kau bosan sendirian, bagaimana kalau kita mandi bersama?" ajak Lukas dengan tatapan menggodanya.