Arjuna menggelengkan kepalanya, dia tidak takut karena sudah menyiapkan sebuah rencana.
"Ibu tidak akan pernah melakukan itu," jawab Arjuna. "Kenapa kamu yakin sekali?" tanya Ibu Sonia. "Karena jika tidak dengan Nadia aku tidak akan menikah dan rela melepaskan hak waris perusahan," jawab Arjuna. Ibu Sonia agak terkejut dengan ucapan Arjuna. Bisa-bisanya anak konglomerat seperti dia rela meninggalkan segalanya demi Nadia. "Apa kamu tidak menyesal? Menjadi orang miskin itu tidak enak loh," ucap Ibu Sonia. "Walau tidak menjadi pewaris perusahaan. Aku memiliki usahaku sendiri walau kecil," balas Arjuna. Ibu Sonia mengernyitkan dahinya, apa benar anak muda yang ada didepannya ini berkata tulus dari hati. Ucapan pria kadang tidak bisa dipercaya buktinya mantan suami Ibu Sonia yang berjanji untuk membahagiakan dirinya malah mengkhianatinya. "Arjuna dunia ini tidak selalu seperti apa yang kamu inginkan. Jadi lebih baik kamu menuruti nasehat ibYoga menghentikan mobilnya mendadak. Lalu Arjuna segera keluar dari mobil itu berlari menuju kerumunan orang yang ada di sebuah toko baju desa itu. "Nadia," panggil Arjuna lalu meraih tangan perempuan yang tampak dari belakang mirip Nadia. 'Siapa ya?" tanya perempuan itu saat menoleh. Raut wajah Arjuna menjadi kecewa karena ternyata yang menoleh bukan wajah Nadia. 'Maaf aku salah orang," ucap Arjuna lesu. "Tidak apa-apa," jawab Wanita itu lalu pergi. Arjuna mengusap wajahnya kasar, bisa-bisanya dia berhalusinasi bertemu Nadia. Lama-lama dia bisa gila kalau tak kunjung menemukan Nadia. "Nadia, aku masih berharap kita berjodoh," gumam Arjuna sembari berjalan menuju mobilnya. Arjuna menjadi lesu saat masuk ke mobil sembari menutup mobil dia berkata, "Jalan kembali, Yoga," "Tuan Arjuna, sepertinya Anda harus fokus ke pekerjaan dahulu," ucap Yoga. "Sejak kapan aku tidak fokus pada pekerjaanku, Yoga?" tanya Arjuna tegas.
"Disini sudah sangat aman, Nadia," jawab pelayan itu. Tempat ini sebagian besar milik Ibu Sonia, ibu kandung Nadia. Jadi menurut pelayan yang ditugaskan melayani Nadia saat ini merasa disinilah tempat paling aman untuk Nadia bersembunyi dari orang-orang yang membencinya. "Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi jika penjagaan di tempat iniengah 'kan?" tanya Nadia. "Desa ini sudah aman walau tanpa penjagaan," jawab pelayan itu. Mungkin saja desa ini memang aman tapi bagi Nadia yang sedang bersembunyi dan tadi melihat orang yang telah merengut kegadisannya itu ada di tempat ini membuatnya merasa tidak aman. "Aku akan berdiskusi dengan ibuku mengenai hal ini," ucap Nadia. "Lebih baik memang seperti itu. Kamu berdiskusi dulu dengan Nyonya, jangan bertindak gegabah sembarangan," balas pelayan itu. Nadia menjadi khawatir karena Arjuna akan melakukan segala cara untuk menemukan Nadia. Wanita cantik itu tampak menggigit ujung kukunya memikirkan ca
Nadia menitikkan air matanya, dia sesenggukan kepada sang ibu mengenai apa yang yang dia pikirkan."Jadi kamu bertemu dengan pria yang menanam benih di rahimmu?" tanya Ibu Sonia.Nadia mengangguk pelan seraya berkata, "Aku bersembunyi darinya. Aku takut Bu, dia akan menemukanku," dengan wajah khawatir dan ketakutan."Jangan dipikirkan. Di tempat ini dia tidak akan bisa bertindak seenaknya," ucap Ibu Sonia sambil membelai lembut pipi Nadia."Ta-pi, pria itu akan melakukan segala cara untuk sampai dimana tempatku berada. Nyatanya dia sudah Sampai desa ini," balas Nadia..Ibu Sonia tersenyum lembut lalu memeluk putri kesayangannya itu. Dia tahu apa yang dikhawatirkan Nadia saat ini. "Sekarang kamu pikirkan saja bayi yang ada di kandunganmu itu. Sisanya biar Ibu yang urus," ucap Ibu Sonia meyakinkan Nadia."Apa kita bisa menang melawan Arjuna?" tanya Nadia. "Soal pria itu, mungkin yang kamu tahu dia punya kuasa di ibu kota dengan kekayaannya. Tapi kamu
Suara dari seberang sana tidak asing bagi Ibu Sonia. Suara itu sudah lama tidak dia dengarkan. Hatinya menjadi sakit mendengarkan suara berat khas yang dimiliki mantan suaminya. ["Sonia, kalau ada waktu bisakah kita bertemu kembali?"]["Ada sesuatu yang perlu kita bahas,"] lanjut orang yang ada di seberang telepon itu."Sudah tidak ada lagi hal yang harus kita bahas," balas Ibu Sonia sewot. Raut wajahnya menunjukkan kekesalan yang amat besar.["Ini mengenai Nadia anak kita,"] ucap Pak Abraham."Sudah belasan tahun kenapa kamu baru membahas anak kita. Bukankah kamu sendiri yang memintaku untuk tidak menemui Nadia lagi, dasar sinting," bentak Ibu Sonia.["Aku mohon Sonia. Dia pasti datang ke tempatmu 'kan. Tolong suruh dia pulang, Sonia,"] bujuk Pak Abraham.Ibu Sonia mengepalkan tangannya kesal. Untuk apa mantan suaminya menginginkan Nadia pulang ke rumahnya. Apa dia akan memikirkan cara untuk menjual lagi putri kandungnya ini."Kamu salah tempat. Nad
Ibu Sonia tersenyum merekah melihat sebuah pesan dari seorang yang sudah lama tidak dia temui. "Ini dari teman lamaku, namanya Rana. Dia mengajakku untuk bertemu lusa," jawab Ibu Sonia. "Ra-na," ucap Nadia terbata. Dia teringat wanita separuh baya yang menghinanya sebagai wanita rendahan itu. Ibu Sonia mengernyitkan dahinya saat menatap Nadia seperti tidak senang dengan nama yang dia sebutkan. "Kenapa Nadia?" tanya Ibu Sonia. "Namanya mirip Ibunya Arjuna. Tapi nama Rana bukan hanya ibunya Arjuna saja 'kan, Bu," jawab Nadia. Memang ada banyak nama Rana di dunia ini. Ibu Sonia menepuk pundak putrinya lembut. "Jangan sedih karena mengingat sikap dari orang yang hanya memandang status untuk menikahkan anaknya seperti itu. Kalau kamu mau ibu bisa memperkenalkan kamu dengan pria yang sama hebat seperti Arjuna," balas Ibu Sonia. "Aku masih tidak ingin menjalin hubungan, Bu," ucap Nadia lirih. Nadia lebih memilih tidak memiliki pasanga
Ibu Sonia tersenyum mengejek ke arah mereka berdua. Sudah bangkrut masih aja bersikap arogan. "Di-a," ucap Lentina terhenti bicara. "Siapa Bu?" desak Karina yang sangat penasaran dengan siapa yang ada di depannya itu. "Aku adalah mantan istri Ayahmu," jawab Ibu Sonia. Karina menatap Ibu Sonia dari atas ke bawah, sosok wanita paruh baya yang dari atas sampai bawah menggunakan barang branded adalah Ibunya Nadia. Karina pikir setelah dicerai oleh Pak Abraham Ibunya Nadia akan hidup miskin. Tapi ternyata wanita itu terlihat hidup mewah. "Untuk apa kamu menampakkan wajahmu lagi setelah bertahun-tahun tidak menunjukkan diri!" tegas Ibu Lentina. "Mungkin ingin kembali ke sisi Ayah. Kalau sudah dibuang lebih baik jangan mengharap untuk kembali lagi," ucap Karina. "Aku tidak pernah memungut barang yang sudah aku buang!" tegas Ibu Sonia sembari berlalu meninggalkan kedua wanita yang sudah menghancurkan rumah tangganya. Ibu Sonia berhenti sejena
Melihat Ibu Sonia yang begitu santai mendengar cacian mereka membuat ibu dan anak itu saling pandang "Aku juga tidak kenal dengan mereka," jawab Nyonya Rana. "Tapi salah satu mereka menyebut nama Arjuna. Lalu mengira Tante Sonia menggunakan barang branded dari hasil menjual Nadia ke Arjuna. Apa maksudnya?" tanya Lisa dengan sorot mata yang tajam. Sensitif sekali dia saat nama Arjuna disebut Karina menyeringai tipis lalu dia berkata, "Jadi kamu tidak tahu kalau orang yang ada di depanmu ini adalah Ibu dari Nadia. Wanita yang sengaja naik ranjang Arjuna demi mendapatkan satu milyar," Karina berkata dengan pongahnya, lalu sebuah tamparan mendarat di pipinya karena berkata tidak tahu aturan. "Apa yang kamu lakukan, hah!" seru Lentina sembari memegangi Karina. "Aku memberinya pelajaran karena mulutnya tidak sopan!" seru Ibu Sonia. "Memang benar kok, Nadia naik ranjang Arjuna demi mendapatkan uang," bantah Karina. Sebuah tamparan lagi me
Tangan Ibu Sonia diletakkan diatas meja restoran itu seperti menggebrak tapi hanya gertakan kecil saja. Sontak saja Lisa dan Nyonya setengah kaget dan saling memegang tangan. "Ja-ngan bertindak gegabah Sonia," ucap Nyonya Rana terbata. "Tante, untuk saat ini mungkin tidak akan ada yang membela Tante mengingat sekarang Tante bukan orang tersegani lagi," imbuh Lisa dengan lantang karena mengira Sonia semenjak menikah menjadi gembel. Ibu Sonia tersenyum tipis menatap tajam Lisa yang secara tidak langsung menunjukkan diri lebih tinggi dari seorang Ibu Sonia "Sepetinya kamu harus belajar lagi bagaimana caranya menilai orang," tegas Ibu Sonia. "Apa yang aku katakan benar 'kan, Tante. Saat ini Tante sudah kere dan tidak kaya lagi," balas Lisa. Hal ini membuat Ibu Sonia tertawa lepas. Menertawakan penilaian Lisa yang meleset. "Baiklah anak muda, akan aku tunjukkan bagaimana cara orang kere ini menegur orang tuamu karena kamu sudah kurang ajar pada
Arjuna mengelengkan kepalanya, saat ini tidak ada yang dia inginkan sama sekali kecuali doa agar pernikahannya lancar dan langgeng sampai akhir hayat.โYang aku butuhkan saat ini adalah, Nadia dan Bima,โ jawab Arjuna.โJadi kamu sudah tidak butuh apa-apa lagi selain mereka?โ tanya Joy.โYa, duniku adalah mereka. Jadi aku sudah tidak butuh apa-apa lagi, uang juga aku sudah punya,โ jawab Arjuna.โKamu memang sudah memiliki segalanya hanya belum istri dan anak saja, selamat untuk pernikahanmu, ya, Arjuna,โ ucap Joy.โTerima kasih, Joy. Besok datanglah ke pernikahanku,โ balas Arjuna.โPasti aku akan datang ke pernikahanmu, semoga kamu bahagia Arjuna,โ ucap Joy.Mereka berpisah setelah mengobrol kecil. Arjuna mengantar Nadia dan Bima pulang ke rumah lalu Arjuna kembali ke kediamannya.Tidak terasa hari yang ditunggu telah tiba. Arjuna dan Nadia akan menggelar pesta pernikahan mewah yang digelar di sebuah hotel mewah di ibu kota.Setelah melewati banyak ujian cinta dan huru haranya Akhirnya
Bibinya Nadia mengepalkan tangannya kesal, Nadia sangat berani mengacuhkannya padahal dahulu dia selalu menurut apa yang dia perintahkan."Kenapa wajah Bibi seperti itu. Apa tidak suka dengan kebenaran yang aku katakan?" bentak Nadia yang lebih emosi."Keponakan durhaka nikmati saja keserakahan mu itu. Kamu dan anak haram mu yang hidup bahagia menelantarkan saudara akan menjadi sengsara dan tidak akan ada saudara yang menolong," balas Bibinya Nadia."Sudahlah Nadia jangan ladeni dia. Kalau dia masih mengganggumu, aku akan menelpon bos restoran ini untuk memecatnya," celetuk Arjuna mulai kesal.Mendengar itu Bibinya Nadia ketakutan kalau dia sampai di pecat mau makan apa dia. Suaminya juga bukan orang kaya, selama ini dia hidup dari mengerti Pak Abraham. Seperti benalu yang menghisap inangnya."Kenapa gemetar seperti itu nenek tua jahat, apa kamu takut dengan ancaman Ayahku?" ledek Bima lalu melewekan lidahnya."Anak haram hina, hidup enak Karana melahirkan anak haram saja bangga!" ben
Langit masih menatap Nadia dengan tatapan penuh kesedihan. Dia sungguh sangat menyesal karena dulu telah mencampakan Nadia demi wanita penggoda yang tidak bisa apa-apa seperti Karina.โAku akan pergi Nadia, tapi yang harus kamu tahu. Sampai kapanpun aku masih tetap akan mencintaimu,โ ucap Langit.โWuueek,โ ledek Arjuna. โSampai kapanpun mecintai tapi kamu selalu selingkuh, menjengkelkan sekali kata-katamu itu!โ lanjut Arjuna.Langit menatap Arjuna dengan tatapan penuh kebencian. Setelahnya di kembali menatap Nadia dengan tatapan teduh.โAku pamit pergi, Nadia,โ ucap Langit lirih lalu berbalik dan pergi dari hadapan mereka semua.โHati-hati dijalan Paman. Semoga kita tidak berjuma lagi,โ ucap Bima lalu melambaikan tangan ke Langit.Ada rasa sakit hati ketika Bima mengatakan itu pada benak Langit. Tapi semua sudah menjadi bubur tidak bisa kembali seperti semua. Langit pergi dengan langkah penyesalan seumur hidup di benaknya.โAyo kita masuk mobil, kamu pasti sudah lapar โkan sayangku,โ
Langit menatap Nadia dengan tatapan penuh kegembiraan. Langit tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengatakan bahwa dia masih ingin bersama Nadia.โTolong tinggalkan Arjuna dan hidup bersamaku!โ tegas Langit dia ingin menggenggam tangan Nadia tapi Nadia reflek menjauhkan tangan dari jangkauan Langit.โKamu itu sungguh tidak tahu diri. Apa kamu pikir setelah kamu campakan dan ibumu hina aku masih sudi menjalin hubungan denganmu!โ seru Nadia yang sangat kesal dengan ucapan Langit itu.โNadia, aku sangat menyesal. Tolong mengertilah Nadia, jika itu kamu yang berada di posisiku aku yakin kamu pasti melakukan hal yang sama,โ ucap Langit lalu dia berlutut di depan Nadia.Nadia yang melihat Langit berlutut memohon seperti itu, hatinya sangat tidak tergugah dia justru jijik depan apa yang dilakukan Langit.โKalau begitu coba kamu posisikan dirimu di posisiku waktu itu,โ balas Nadia.โAku tidak bisa membayangkannya karena aku merasa kamu kecewakan,โ jawab Langit.โJustru aku yang kecewa
Arjuna langsung memarkir mobilnya sembarangan lalu segera berlari ke lobby biasa yang dipakai untuk antar jemput siswa. Dia sangat panic mendengar percakapan Nadia. Jika sampai Bima diculik dia akan menuntut pihak sekolah.โAyaahhh,โ teriak Bima.Suara anak itu membuat Arjuna berhenti berlari lalu menoleh ke sumber suara bocah yang memanggilnya.โBima,โ gumam Arjuna.Bima berlari ke arah Arjuna dan memeluknya erat, Arjuna yang tadinya panic menjadi lega karena Bima ada dipelukannya. Sedangkan Nadia yang ikut mengejarnya tengah ngos-ngosan ketika sudah berada di dekatnya.โKenapa berlari sekencang itu?โ ucap Nadia disela nafasnya yang berderu kencang.โAku mendengarmu kalau Bima sudah ada yang menjemput, jadi aku panic dan khawatir kalau Bima diculik,โ balas Arjuna.โAku juga sama ikut panic tapi kita bisa โkan berpikir jernih dulu, sebelum bertindak,โ ucap Nadia mencoba mengontorl emosinya.โMaafkan aku,โ balas Arjuna lalu mereka bertiga berpelukan bersama.โSudah sudah jangan berteng
Nadia segera melihat siapa yang menelpon di ponselnya. Ternyata itu adalah Langit yang entah ingin mengatkan apa, Nadia yang tidak napsu untuk mengangkat telpon itu langsung mematikan dan menyimpan ponsel ke dalam tasnya kembali.โDari orang yang tak penting, aku tak mau mengangkatnya,โ gumam Nadia.โApa aku pukuli saja dia sampai bengek ya,โ ucap Arjuna kesal.โJangan nanti kamu berurusan dengan polisi,โ balas Nadia.โBerurusan dengan polisi itu hal yang mudah diatasi, tapi kalau bajingan gila itu meminta uang ganti rugi aku tidak sudi memberikannya. Uang akan sangat menguntungkan baginya,โ ucap Arjuna sedikit marah dia membanyangkan Langit akan mendapatkan keuntungan dari satu pukulan yang dia berikan padannya.โAku juga tidak sudi bagian tubuhku menyentuh tubuh pria miskin itu!โ seru Arjuna lagi.โTenangkan pikiranmu kita ini sedang menyetir loh,โ ucap Nadia.Lagipula Nadia sudah tidak ada urusan lagi dengan Langit, peristiwa reuni sekolah tempo hari sudah mengisyaratkan semuanya,
Arjuna mencumbu Nadia dengan semangat, dia ingin melampirkan kerinduan yang mendalam yang terbelenggu di benaknya.โTolong hentikan, kita bisa telat menjemput Bima,โ bujuk Nadia.โAku tidak bisa menunda lagi,โ balas Arjuna lalu mencecap bibir Nadia lembut.Kali ini Nadia tidak bisa berkutik dia pasrah saja dengan apa yang dilakukan oleh Arjuna. Mereka memadu kasih selama beberapa saat sebelum menjemput Bima.โDasar pria mesum,โ gerutu Nadia.โBiarkan saja, aku hanya bisa mesum padamu,โ balas Arjuna sembari menyeringai tipis.โApa di otakmu hanya ada hal bercumbu saja?โ gerutu Nadia lagi sembari membetulkan kemeja yang dia pakai.โSebenarnya sih tidak. Tapi saat bersamamu aku tidak bisa menahan hasrat bercumbu denganmu,โ balas Arjuna kali ini disertai tertawa kencang.Nadia mendengus kesal mendengar ucapan Arjuna. Dia langsung memoles bedak di wajahnya sebelum akhirnya meminta cepatan untuk menjemput Bima.โHei, tunggu!โ seru Arjuna seraya mengikuti langkah kaki Nadia yang terlalu cep
Nadia menggelengkan kepalanya, dia tidak sakit tapi ssmalam hanya tidak bisa tidur."Aku sangat khawatir padamu, biar aku saja yang menyetir," ucap Arjuna."Boleh," jawab Nadia lalu menyerahkan kunci mobil kepada Arjuna. Nadia duduk di kursi belakang barang Bima, sambil mobil jalan Nadia mengganti baju Bima dengan seragam sekolah. Setelahnya Bima duduk di sebelah Arjuna di jok depan."Ibu," panggil Bima yang memerlukan sesuatu.Tapi saat dia menoleh Nadia sudah tidur di jok belakang dengan pulas "Biarkan saja ibumu tidur. Kamu butuh apa?' tanya Arjuna."Aku hanya ingin mengecek tas sekolahku, tapi ya sudahlah biarkan ibu tidur saja sebentar," balas Bima.Arjuna mengangguk pelan, dia mengusap rambut Bima lembut karena merasa Bima sangat khawatir terhadap Nadia."Ibumu hanya khawatir padamu jadi tidak tidur semalaman memikirkan kamu, itu feeling ayah saya," ucap Arjuna."Aku juga berpikir begitu, kasihan Ibu, kenapa aku tidak mengajak ibu saja menginap di rumah ayah," keluh Bima."Saba
Bima mengangguk pelan, tandanya dia mau memakan sandwich buatan Nyonya Rana.โAmbilah,โ ucap Arjuna ketika melihat putranya mengangguk setuju untuk memakan Sandwich buatan Nyonya Rana.โTerima kasih, Ayah,โ jawab BIma sembari mengambil sandwich yang disodorkan oleh Arjuna.Bima menggigit sandwich itu lalu menunjukkan jempol tangannya kepada sang Nenek.โKamu menyukainya, Nak?โ tanya Nyonya Rana.โIya,โ jawab Bima lalu menggigit lagi sarapan buatan Nyonya Rana.โSyukurlah,โ ucap Nyonya Rana terenyum bahagia. Tak lupa Nyonya Rana menyeduh susu untuk Bima. Biasanya anak kecil suka diberikan susu oleh orang tuanya karena masa pertumbuhan. Seperti yang dia lakukan ketika Arjuna masih kecil.โMinumlah, Nak. Dulu Ayahmu sangat suka susu. Nenek selalu menyediakan susu sapi murni setiap pagi dan malam hari,โ ucap Nyonya Rana bersemangat menceritakan sedikit masa lalu Arjuna.โSama dong sama aku,โ jawab Bima.โMaksudmu, kebiasaan Ayahmu itu sama denganmu?โ tanya Nyonya Rana.โIya,โ balas Bima s