Ranjang Panas Sang Arjuna

Ranjang Panas Sang Arjuna

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-29
Oleh:  Handira RezzaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 Peringkat. 3 Ulasan-ulasan
114Bab
4.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Nadia terpaksa menggantikan saudara tirinya untuk kencan buta dengan seorang pria tua kenalan sang ayah. Kencan buta itu diagendakan untuk mendapatkan uang karena perusahaan milik sang Ayah sudah diambang kebangkrutan. Tapi siapa sangka terjadi kesalahan, Nadia menjadi bermalam dengan seorang pria asing yang mempunyai latar belakang luar biasa bisa dikatakan dia seorang yang berkuasa di dunia bisnis saat ini. Lalu bagaimana kehidupan Nadia setelah bermalam dengan pria berkuasa itu?

Lihat lebih banyak

Bab 1

BAB 1 Wanita Cantik di Kamarku

“Nadia, kali ini citramu sebagai orang yang menjaga kehormatan akan hilang!"

Seorang perempuan muda terlihat menatap sengit ke arah Nadia yang terlihat kelelahan.

Nadia Abraham yang baru pulang kerja, dipaksa mendatangi kencan buta yang diatur oleh istri baru sang ayah. Seharusnya yang akan menjalani kencan buta ini adalah saudara tirinya. Namun saudara tirinya tidak dapat dihubungi, jadilah dia yang menggantikan.

Dia tahu ini hanya akal-akalan ibu tirinya. Akan tetapi, Nadia tidak punya pilihan selain menurut, sebab keberhasilan kencan ini menentukan nasib perusahaan ayahnya.

Sambil menghela nafas kasar Nadia mendumal, “Dasar Ibu tiri licik!"

Nadia menunggu dengan lelah. Dia terus melihat jam di tangan, tapi tidak ada tanda-tanda pria itu akan datang. Karena perutnya sudah keronconang, dia segera melahap makanan yang tersaji di meja.

Di jarak yang tak terlihat oleh Nadia, seorang perempuan yang selalu memperhatikan gerak gerik Nadia merasa puas.

Tak berselang lama usai melahap makanannya, tiba-tiba tubuh Nadia bereaksi. “Kenapa mendadak tubuhku merasa panas??”

Semula, dia mencoba bertahan untuk menunggu si pria datang. Tapi semakin lama, tubuhnya semakin panas dan membuat gerakannya jadi tak terkendali.

Nadia menoleh ke segela arah untuk memastikan ada pria dengan ciri-ciri yang aka dia temui di kencan buta ini. Tapi, sepanjang penglihatannya... tidak Nadia temukan pria dengan penampilan yang mirip atau persis dengan keterangan yang Pak Abraham berikan.

Dia sudah mencoba menelepon pria itu dari nomor yang diberikan. Tapi, tidak ada jawaban.

Nadia mulai tidak bisa mengontrol dirinya. Dan di saat itulah perempuan yang sejak tadi memperhatikan Nadia mendekat, dengan langkah bahagia karena rencananya hampir berhasil.

“Nadia, jangan takut, ini aku. Karina,” bisik perempuan itu.

“Ka-mu,” ucap Nadia terbata.

Karina mengulas senyum licik. "Wajahmu merah sekali, Nad, astaga!"

"A-aku juga tidak tahu." Nadia yang sibuk bergerak, menjawab sebisanya. "Karin-ah... kenapa tubuhku terasa begitu panas?" ujar dia dengan nada mendesah.

Tanpa menjawab pertanyaan Nadia, Karina langsung menarik perempuan itu. "Ayo, ikut aku! Jangan sampai keadaanmu dimanfaatkan orang lain." Tak lupa, dia memberikan senyum dan kerlingan mata ke arah pelayan yang tadi mengantarkan makanan ke meja Nadia.

Jika saja Nadia tidak dalam pengaruh obat, mungkin dia sudah menolak. Hubungan mereka tidak terlalu dekat. Namun kali ini, Nadia yang tidak fokus menurut saja dibawa menuju kamar hotel oleh saudara tirinya.

“Kamu mau membawaku ke mana?” tanya Nadia lirih.

“Membawamu untuk istirahat, tidak mungkin aku membiarkanmu seperti ini sendirian,” jawab Karina.

“Memangnya aku kenapa?” tanya Nadia lagi.

“Nanti kamu juga mengerti, Nadia. Sekarang, biarkan aku membantumu dulu. Okay?" Sebuah pintu kamar dibuka oleh Karina dan menjatuhkan tubuh Nadia ke atas ranjang. "Bukankah sangat panas, Nadia? Kenapa tidak buka saja bajumu? Tidak ada siapa-siapa lagi di sini selain kita."

Bak dapat angin segar, Nadia yang pikirannya sudah tidak fokus itu menuruti perkataan saudaranya. Dia menanggalkan kemeja, juga bawahannya hingga kini hanya mengenakan dua pakaian dalam saja.

Nadia baru menyadari, jika selama dia membuka pakaiannya, sorot ponsel milik Karina terus mengarah padanya.“Apa yang kamu lakukan, Karina?” tanya Nadia yang sedikit kaget dengan tingkah Karina.

“Tentu saja aku ingin mengabadikanmu." Karina menyahut, tetapi terus memotret Nadia dengan flash yang menyala. "Tubuhmu lumayan juga, Nadia. Aku rasa, orang-orang akan senang mendapatkan fotomu secara gratis."

Mata Nadia menatap nanar sang saudara tiri. Namun, dia yang sudah lemah karena tenaganya terkuras hawa panas, tak bisa melawan.

Alih-alih menerjang Karina, mencegahnya untuk terus mengambil foto, Nadia hanya bisa berkata, "Apa yang kamu inginkan dariku?”

“Tentu saja aku ingin kamu dan Langit membatalkan tunangan." Karina memegang perutnya yang masih rata, lalu tersenyum jumawa. "Di dalam perutku ini tertanam benih Langit."

“Apa?” Ekpresi wajahnya menunjukkan bahwa dia sangat terpukul dengan ucapan itu.

“Tidak usah kaget begitu. Kamu harusnya senang, karena aku berbaik hati mencarikanmu pengganti Langit malam ini." Lagi, seulas senyum licik dan penuh kepuasan terlihat dari bibir perempuan itu. "Aku mencintai Langit. Oh, tidak... lebih tepatnya, kami berdua saling mencintai, Nad."

“K-keparat kamu, Karina!" Nadia berteriak marah, tetapi karena hasrat panas itu, suaranya justru terdengar seperti desahan. "Bagaimana bisa kamu berselingkuh dengan dia?"

“Kami tidak berselingkuh, Nadia. Itu semua karena aku yang lebih mengerti kebutuhan Langit." Usai mengatakan itu, dia menaruh kembali ponselnya ke dalam tas. Lalu Karina duduk di pinggir ranjang Nadia dan mengamati wanita yang sedang kepanasan itu. Karina menyeringai tipis. “Apa tubuhmu masih panas? Tidak usah khawatir, karena sebentar lagi kamu akan sembuh dari apa yang kamu rasakan.”

Setelah itu, Karina menjauhi ranjang. "Selamat bersenang-senang, saudaraku. Kuharap permainanmu memuaskan, sehingga kamu bisa menyelamatkan perusahaan ayah yang hampir bangkrut."

Setelahnya, pintu ditutup. Nadia yang sadar dia dalam bahaya, mencoba merangkak menuju pintu kamar.

Belum sampai di depan pintu, seseorang terdengar membuka pintu kamar tersebut. Mata Nadia langsung mendongak.

Sementara seorang pria yang melihat kondisi Nadia yang 'menyambutnya', terlihat tidak terlalu terkejut.

“Ah, seorang wanita cantik di kamarku,” ucap seorang pria dengan nada mencemooh, menatap Nadia. “Kali ini apa orang tuaku juga yang mengirimmu ke kamarku?

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Manila Z
Lanjut kak
2025-04-06 00:54:13
0
user avatar
NACL
oh ya ampuuuun T.O.P
2025-02-28 22:10:44
0
user avatar
Enisensi Klara
Wah ada yg baru nih
2025-02-25 16:46:12
0
114 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status