Nadia terpaksa menggantikan saudara tirinya untuk kencan buta dengan seorang pria tua kenalan sang ayah. Kencan buta itu diagendakan untuk mendapatkan uang karena perusahaan milik sang Ayah sudah diambang kebangkrutan. Tapi siapa sangka terjadi kesalahan, Nadia menjadi bermalam dengan seorang pria asing yang mempunyai latar belakang luar biasa bisa dikatakan dia seorang yang berkuasa di dunia bisnis saat ini. Lalu bagaimana kehidupan Nadia setelah bermalam dengan pria berkuasa itu?
Lihat lebih banyak“Nadia, kali ini citramu sebagai orang yang menjaga kehormatan akan hilang!"
Seorang perempuan muda terlihat menatap sengit ke arah Nadia yang terlihat kelelahan.
Nadia Abraham yang baru pulang kerja, dipaksa mendatangi kencan buta yang diatur oleh istri baru sang ayah. Seharusnya yang akan menjalani kencan buta ini adalah saudara tirinya. Namun saudara tirinya tidak dapat dihubungi, jadilah dia yang menggantikan.
Dia tahu ini hanya akal-akalan ibu tirinya. Akan tetapi, Nadia tidak punya pilihan selain menurut, sebab keberhasilan kencan ini menentukan nasib perusahaan ayahnya.
Sambil menghela nafas kasar Nadia mendumal, “Dasar Ibu tiri licik!"
Nadia menunggu dengan lelah. Dia terus melihat jam di tangan, tapi tidak ada tanda-tanda pria itu akan datang. Karena perutnya sudah keronconang, dia segera melahap makanan yang tersaji di meja.
Di jarak yang tak terlihat oleh Nadia, seorang perempuan yang selalu memperhatikan gerak gerik Nadia merasa puas.
Tak berselang lama usai melahap makanannya, tiba-tiba tubuh Nadia bereaksi. “Kenapa mendadak tubuhku merasa panas??”
Semula, dia mencoba bertahan untuk menunggu si pria datang. Tapi semakin lama, tubuhnya semakin panas dan membuat gerakannya jadi tak terkendali.
Nadia menoleh ke segela arah untuk memastikan ada pria dengan ciri-ciri yang aka dia temui di kencan buta ini. Tapi, sepanjang penglihatannya... tidak Nadia temukan pria dengan penampilan yang mirip atau persis dengan keterangan yang Pak Abraham berikan.
Dia sudah mencoba menelepon pria itu dari nomor yang diberikan. Tapi, tidak ada jawaban.
Nadia mulai tidak bisa mengontrol dirinya. Dan di saat itulah perempuan yang sejak tadi memperhatikan Nadia mendekat, dengan langkah bahagia karena rencananya hampir berhasil.
“Nadia, jangan takut, ini aku. Karina,” bisik perempuan itu.
“Ka-mu,” ucap Nadia terbata.
Karina mengulas senyum licik. "Wajahmu merah sekali, Nad, astaga!"
"A-aku juga tidak tahu." Nadia yang sibuk bergerak, menjawab sebisanya. "Karin-ah... kenapa tubuhku terasa begitu panas?" ujar dia dengan nada mendesah.
Tanpa menjawab pertanyaan Nadia, Karina langsung menarik perempuan itu. "Ayo, ikut aku! Jangan sampai keadaanmu dimanfaatkan orang lain." Tak lupa, dia memberikan senyum dan kerlingan mata ke arah pelayan yang tadi mengantarkan makanan ke meja Nadia.
Jika saja Nadia tidak dalam pengaruh obat, mungkin dia sudah menolak. Hubungan mereka tidak terlalu dekat. Namun kali ini, Nadia yang tidak fokus menurut saja dibawa menuju kamar hotel oleh saudara tirinya.
“Kamu mau membawaku ke mana?” tanya Nadia lirih.
“Membawamu untuk istirahat, tidak mungkin aku membiarkanmu seperti ini sendirian,” jawab Karina.
“Memangnya aku kenapa?” tanya Nadia lagi.
“Nanti kamu juga mengerti, Nadia. Sekarang, biarkan aku membantumu dulu. Okay?" Sebuah pintu kamar dibuka oleh Karina dan menjatuhkan tubuh Nadia ke atas ranjang. "Bukankah sangat panas, Nadia? Kenapa tidak buka saja bajumu? Tidak ada siapa-siapa lagi di sini selain kita."
Bak dapat angin segar, Nadia yang pikirannya sudah tidak fokus itu menuruti perkataan saudaranya. Dia menanggalkan kemeja, juga bawahannya hingga kini hanya mengenakan dua pakaian dalam saja.
Nadia baru menyadari, jika selama dia membuka pakaiannya, sorot ponsel milik Karina terus mengarah padanya.“Apa yang kamu lakukan, Karina?” tanya Nadia yang sedikit kaget dengan tingkah Karina.
“Tentu saja aku ingin mengabadikanmu." Karina menyahut, tetapi terus memotret Nadia dengan flash yang menyala. "Tubuhmu lumayan juga, Nadia. Aku rasa, orang-orang akan senang mendapatkan fotomu secara gratis."
Mata Nadia menatap nanar sang saudara tiri. Namun, dia yang sudah lemah karena tenaganya terkuras hawa panas, tak bisa melawan.
Alih-alih menerjang Karina, mencegahnya untuk terus mengambil foto, Nadia hanya bisa berkata, "Apa yang kamu inginkan dariku?”
“Tentu saja aku ingin kamu dan Langit membatalkan tunangan." Karina memegang perutnya yang masih rata, lalu tersenyum jumawa. "Di dalam perutku ini tertanam benih Langit."
“Apa?” Ekpresi wajahnya menunjukkan bahwa dia sangat terpukul dengan ucapan itu.
“Tidak usah kaget begitu. Kamu harusnya senang, karena aku berbaik hati mencarikanmu pengganti Langit malam ini." Lagi, seulas senyum licik dan penuh kepuasan terlihat dari bibir perempuan itu. "Aku mencintai Langit. Oh, tidak... lebih tepatnya, kami berdua saling mencintai, Nad."
“K-keparat kamu, Karina!" Nadia berteriak marah, tetapi karena hasrat panas itu, suaranya justru terdengar seperti desahan. "Bagaimana bisa kamu berselingkuh dengan dia?"
“Kami tidak berselingkuh, Nadia. Itu semua karena aku yang lebih mengerti kebutuhan Langit." Usai mengatakan itu, dia menaruh kembali ponselnya ke dalam tas. Lalu Karina duduk di pinggir ranjang Nadia dan mengamati wanita yang sedang kepanasan itu. Karina menyeringai tipis. “Apa tubuhmu masih panas? Tidak usah khawatir, karena sebentar lagi kamu akan sembuh dari apa yang kamu rasakan.”
Setelah itu, Karina menjauhi ranjang. "Selamat bersenang-senang, saudaraku. Kuharap permainanmu memuaskan, sehingga kamu bisa menyelamatkan perusahaan ayah yang hampir bangkrut."
Setelahnya, pintu ditutup. Nadia yang sadar dia dalam bahaya, mencoba merangkak menuju pintu kamar.
Belum sampai di depan pintu, seseorang terdengar membuka pintu kamar tersebut. Mata Nadia langsung mendongak.
Sementara seorang pria yang melihat kondisi Nadia yang 'menyambutnya', terlihat tidak terlalu terkejut.
“Ah, seorang wanita cantik di kamarku,” ucap seorang pria dengan nada mencemooh, menatap Nadia. “Kali ini apa orang tuaku juga yang mengirimmu ke kamarku?
Arjuna mengelengkan kepalanya, saat ini tidak ada yang dia inginkan sama sekali kecuali doa agar pernikahannya lancar dan langgeng sampai akhir hayat.“Yang aku butuhkan saat ini adalah, Nadia dan Bima,” jawab Arjuna.“Jadi kamu sudah tidak butuh apa-apa lagi selain mereka?” tanya Joy.“Ya, duniku adalah mereka. Jadi aku sudah tidak butuh apa-apa lagi, uang juga aku sudah punya,” jawab Arjuna.“Kamu memang sudah memiliki segalanya hanya belum istri dan anak saja, selamat untuk pernikahanmu, ya, Arjuna,” ucap Joy.“Terima kasih, Joy. Besok datanglah ke pernikahanku,” balas Arjuna.“Pasti aku akan datang ke pernikahanmu, semoga kamu bahagia Arjuna,” ucap Joy.Mereka berpisah setelah mengobrol kecil. Arjuna mengantar Nadia dan Bima pulang ke rumah lalu Arjuna kembali ke kediamannya.Tidak terasa hari yang ditunggu telah tiba. Arjuna dan Nadia akan menggelar pesta pernikahan mewah yang digelar di sebuah hotel mewah di ibu kota.Setelah melewati banyak ujian cinta dan huru haranya Akhirnya
Bibinya Nadia mengepalkan tangannya kesal, Nadia sangat berani mengacuhkannya padahal dahulu dia selalu menurut apa yang dia perintahkan."Kenapa wajah Bibi seperti itu. Apa tidak suka dengan kebenaran yang aku katakan?" bentak Nadia yang lebih emosi."Keponakan durhaka nikmati saja keserakahan mu itu. Kamu dan anak haram mu yang hidup bahagia menelantarkan saudara akan menjadi sengsara dan tidak akan ada saudara yang menolong," balas Bibinya Nadia."Sudahlah Nadia jangan ladeni dia. Kalau dia masih mengganggumu, aku akan menelpon bos restoran ini untuk memecatnya," celetuk Arjuna mulai kesal.Mendengar itu Bibinya Nadia ketakutan kalau dia sampai di pecat mau makan apa dia. Suaminya juga bukan orang kaya, selama ini dia hidup dari mengerti Pak Abraham. Seperti benalu yang menghisap inangnya."Kenapa gemetar seperti itu nenek tua jahat, apa kamu takut dengan ancaman Ayahku?" ledek Bima lalu melewekan lidahnya."Anak haram hina, hidup enak Karana melahirkan anak haram saja bangga!" ben
Langit masih menatap Nadia dengan tatapan penuh kesedihan. Dia sungguh sangat menyesal karena dulu telah mencampakan Nadia demi wanita penggoda yang tidak bisa apa-apa seperti Karina.“Aku akan pergi Nadia, tapi yang harus kamu tahu. Sampai kapanpun aku masih tetap akan mencintaimu,” ucap Langit.“Wuueek,” ledek Arjuna. “Sampai kapanpun mecintai tapi kamu selalu selingkuh, menjengkelkan sekali kata-katamu itu!” lanjut Arjuna.Langit menatap Arjuna dengan tatapan penuh kebencian. Setelahnya di kembali menatap Nadia dengan tatapan teduh.“Aku pamit pergi, Nadia,” ucap Langit lirih lalu berbalik dan pergi dari hadapan mereka semua.“Hati-hati dijalan Paman. Semoga kita tidak berjuma lagi,” ucap Bima lalu melambaikan tangan ke Langit.Ada rasa sakit hati ketika Bima mengatakan itu pada benak Langit. Tapi semua sudah menjadi bubur tidak bisa kembali seperti semua. Langit pergi dengan langkah penyesalan seumur hidup di benaknya.“Ayo kita masuk mobil, kamu pasti sudah lapar ‘kan sayangku,”
Langit menatap Nadia dengan tatapan penuh kegembiraan. Langit tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengatakan bahwa dia masih ingin bersama Nadia.“Tolong tinggalkan Arjuna dan hidup bersamaku!” tegas Langit dia ingin menggenggam tangan Nadia tapi Nadia reflek menjauhkan tangan dari jangkauan Langit.“Kamu itu sungguh tidak tahu diri. Apa kamu pikir setelah kamu campakan dan ibumu hina aku masih sudi menjalin hubungan denganmu!” seru Nadia yang sangat kesal dengan ucapan Langit itu.“Nadia, aku sangat menyesal. Tolong mengertilah Nadia, jika itu kamu yang berada di posisiku aku yakin kamu pasti melakukan hal yang sama,” ucap Langit lalu dia berlutut di depan Nadia.Nadia yang melihat Langit berlutut memohon seperti itu, hatinya sangat tidak tergugah dia justru jijik depan apa yang dilakukan Langit.“Kalau begitu coba kamu posisikan dirimu di posisiku waktu itu,” balas Nadia.“Aku tidak bisa membayangkannya karena aku merasa kamu kecewakan,” jawab Langit.“Justru aku yang kecewa
Arjuna langsung memarkir mobilnya sembarangan lalu segera berlari ke lobby biasa yang dipakai untuk antar jemput siswa. Dia sangat panic mendengar percakapan Nadia. Jika sampai Bima diculik dia akan menuntut pihak sekolah.“Ayaahhh,” teriak Bima.Suara anak itu membuat Arjuna berhenti berlari lalu menoleh ke sumber suara bocah yang memanggilnya.“Bima,” gumam Arjuna.Bima berlari ke arah Arjuna dan memeluknya erat, Arjuna yang tadinya panic menjadi lega karena Bima ada dipelukannya. Sedangkan Nadia yang ikut mengejarnya tengah ngos-ngosan ketika sudah berada di dekatnya.“Kenapa berlari sekencang itu?” ucap Nadia disela nafasnya yang berderu kencang.“Aku mendengarmu kalau Bima sudah ada yang menjemput, jadi aku panic dan khawatir kalau Bima diculik,” balas Arjuna.“Aku juga sama ikut panic tapi kita bisa ‘kan berpikir jernih dulu, sebelum bertindak,” ucap Nadia mencoba mengontorl emosinya.“Maafkan aku,” balas Arjuna lalu mereka bertiga berpelukan bersama.“Sudah sudah jangan berteng
Nadia segera melihat siapa yang menelpon di ponselnya. Ternyata itu adalah Langit yang entah ingin mengatkan apa, Nadia yang tidak napsu untuk mengangkat telpon itu langsung mematikan dan menyimpan ponsel ke dalam tasnya kembali.“Dari orang yang tak penting, aku tak mau mengangkatnya,” gumam Nadia.“Apa aku pukuli saja dia sampai bengek ya,” ucap Arjuna kesal.“Jangan nanti kamu berurusan dengan polisi,” balas Nadia.“Berurusan dengan polisi itu hal yang mudah diatasi, tapi kalau bajingan gila itu meminta uang ganti rugi aku tidak sudi memberikannya. Uang akan sangat menguntungkan baginya,” ucap Arjuna sedikit marah dia membanyangkan Langit akan mendapatkan keuntungan dari satu pukulan yang dia berikan padannya.“Aku juga tidak sudi bagian tubuhku menyentuh tubuh pria miskin itu!” seru Arjuna lagi.“Tenangkan pikiranmu kita ini sedang menyetir loh,” ucap Nadia.Lagipula Nadia sudah tidak ada urusan lagi dengan Langit, peristiwa reuni sekolah tempo hari sudah mengisyaratkan semuanya,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen