Di dalam sebuah kafe mewah bergaya Eropa kuno, di sudut ruangan empat orang duduk dalam situasi mencekam.
"Aku memang suka merawat anak-anak, sambil membuat anak bersama." Laki-laki tua bertubuh gempal itu tertawa mesum memindai tubuh Athena tanpa rasa malu. Dengan kecantikan surgawi dan tubuh mudanya, Athena saat ini menjadi mangsa yang paling menggiurkan di depan predator seks. "Semakin muda tentu semakin enak. " Dia menjilat bibirnya seakan siap melahapnya. Pria itu sudah membayangkan membelit tubuh gadis muda itu, membiarkannya menggeliat di bawahnya. Menahan perasaan mual melilit di perutnya dan keinginan untuk meludahi pria itu, Athena sekuat tenaga mencubit tangannya sampai berdarah. "Tuan Dallas suka bercanda." Bibi yang memakai riasan menor berusaha menengahi. "Athena memang masih terlalu muda, tapi dia tentu saja sudah siap untuk menjadi seorang ibu." Itulah Lora, saudara tiri ayahnya. Athena tidak menjawab, malah sibuk menatap ponselnya. Lora berpura-pura mendesah sedih. "Dalam enam bulan ini, kamu pasti ketakutan. Bibi hanya khawatir mereka mungkin menargetkan kamu setelahnya. Sekarang hanya Tuan Dallas yang bisa menjaga kamu tetap aman." Setelah keluarganya mati tragis secara berurutan, Barra—tunangannya memutuskan hubungan sepihak. Memanfaatkan kesempatan saat Athena terdesak, Lora terus mengirim berbagai pria menjijikan ke depannya. Di sampingnya, Carla, putri Lora. Melihat gadis itu mengabaikan mereka, dia berkata penuh kebencian, namun suaranya dibuat selembut mungkin. "Athena, kamu harus bersikap sopan pada Tuan Dallas. Dia adalah calon suamimu. Bibimu sebagai walimu sudah kesulitan mencari jodoh yang baik untukmu!" Dia tidak sabar ingin melihat kecantikan yang angkuh ini hancur dan jadi mainan pria tua jelek. Walinya? Athena tertawa menghina di dalam hatinya. "Siapa yang menunjuk Bibi sebagai waliku? Dan siapa juga yang meminta Bibi untuk mencarikan jodoh untukku?" Dia tidak bisa menahan lebih lama lagi. Suaranya tajam dan dingin. Jika bukan karena usianya dan peraturan di negara ini, dia tidak akan repot-repot berurusan dengan wanita menjijikan ini. Tiba-tiba ponselnya bergetar, setelah membaca pesan itu, Athena mengangkat kepalanya dan tersenyum tipis. Dia telah menahan diri hampir sebulan, akhirnya hari ini Athena bisa lepas dari cengkraman ular betina ini. "Bibi tidak perlu berusaha terlalu keras lagi, pengacaraku sudah datang." Dia berdiri dan pergi menyunggingkan senyum penuh kemenangan. "Jika Bibi terlalu menyukainya, Bibi juga bisa menikah dengannya. Bukankah dia suka 'merawat anak-anak sambil membuat anak'?" Memberikan tatapan penuh arti pada dua orang itu, Athena tersenyum mengejek. "Bibi dan Carla bisa saling bergantian memakainya!" Perkataannya membuat ketiga orang itu tercengang dan membeku sesaat, bahkan tidak sadar bahwa dia telah pergi. Hari ini dia tepat delapan belas tahun. Tidak butuh wali. Tidak ada lagi kendali. Athena berjalan memasuki mobil yang akan mengantarnya ke bandara. Di belakangnya terdengar teriakan bibinya yang berlari dari depan pintu cafe mengejar mobil yang mulai menjauh. Sepanjang jalan Athena mendesah. Tragedi keluarganya terlalu janggal. Dia harus menyelidikinya secara mendalam. Hari itu dia meninggalkan negara kelahirannya. Meninggalkan cerita indah masa lalunya. Menaiki pesawat yang membawanya jauh ke negara sebelah, tanpa tau kapan bisa kembali. Dia datang ke Avoland dengan misi yang berat, termasuk mencari pelindungnya, suami KONTRAKnya! Seminggu kemudian di Lorrysa, Ibu Kota Avoland. Athena dibawa pamannya, Presiden Shen untuk menghadiri perjamuan di sebuah hotel. Saat matahari mulai naik. Di dalam kamar dengan cahaya redup dari lampu samping tempat tidur, Athena terbangun dalam keadaan lesu. Seluruh wajahnya menunjukan ketidaknyamanan. Dia mengernyitkan dahinya, berusaha membuka mata. Athena tiba-tiba mencium bau alkohol yang menyengat. Dia langsung memutar badannya. Mata gadis itu hampir melompat ketika melihat punggung telanjang seorang pria berbaring di sampingnya. SIAL! Siapa yang tidur dengannya? Dia tiba-tiba merasa takut. Jantungnya berdebar kencang, rasa dingin menjalar dari ujung kaki hingga ke punggung. Dia berteriak, "Siapa kau? Beraninya memanjat tempat tidurku?" Kepalanya terasa sakit dan wajahnya pucat. Suara Athena bergetar diliputi rasa takut dan kebencian. "Siapa yang mengirimmu?" Dia mengepal kuat tangannya hingga buku jarinya memutih. Pikirannya masih terlalu keruh, tak menyadari segalanya. Ulah siapa ini? Lora atau Presiden Shen? Athena langsung bangkit, melompat dari tempat tidur untuk memeriksa dirinya. Setelah memastikan pakaiannya masih utuh, hanya beberapa kerutan yang terlihat karna gesekan saat tidur, dia mengelus dadanya. Di tempat tidur, laki-laki itu juga terkejut mendengar teriakan Athena. Dia bangun dengan wajah muram sambil memegangi kepalanya. "Kau ingin mati?" Dia menatap tajam ke arah Athena. "Bukankah seharusnya aku yang menanyakan itu?" Dia memberinya tatapan dingin dan menusuk. Kamar yang remang-remang dengan sedikit cahaya dari lampu kecil di samping tempat tidur membuat suasana lebih mencekam. Ketika Dave melihat wajah gadis itu, matanya sedikit tertegun. Ekspresinya berubah sejenak, Kemudian dengan tenang mengalihkan pandangannya. "Bukankah agendamu sudah berhasil? Apa yang membuatmu begitu terkejut setelah tidur denganku?" Dave memandangi wanita yang berdiri di depannya dari ujung kaki hingga ke atas kepala. Tekanan udara terasa dingin, keduanya sama-sama memancarkan kemarahan dan kebencian tak berdasar. Suara itu?! Athena yang masih setengah sadar, tertegun dan mengangkat kepalanya. Pria itu berdiri dengan bertelanjang dada. Tubuhnya terlihat ramping, namun otot-ototnya menonjol, memberi kesan maskulin yang kuat. Mata coklat Athena bergetar ketika bertemu mata biru tua pria di depannya. Dave? Mengapa dia tidur di kamar Dave dan bukannya pulang? Bagaimana dengan rencanya untuk membuat kesepakatan dengan Dave? Apa yang terjadi sebenarnya? Jantungnya bergejolak. Dia tidak bisa membedakan itu perasaan berdebar karena ... atau karena ketakutannya setelah mendengar suara pria itu. Dia kebingungan menatap wajah Dave, namun tatapan menusuk pria itu kembali menariknya ke kenyataan. Athena tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Agendaku? Tidur denganmu?" Dave mendengus muram. Dia menahan keinginannya untuk mematahkan leher wanita itu. "Jika itu bukan agendamu, lalu kenapa kamu ada di sini?" Dave memakai kembali kemeja yang dilempar sembarangan di sofa. "Atau kamu akan mengatakan, datang ke sini untuk mendiskusikan bisnis denganku?" Saat keduanya sedang berdebat dan terjebak ketegangan, mereka tidak menyadari ada dua orang lain yang sudah memasuki kamar. Suite room itu terlalu besar dengan kamar tidur dan ruang tamu terpisah, sehingga suara pintu dibuka sulit untuk didengar. "Tuan Chen, tolong jangan terlalu marah," Suara lembut penuh pengertian tiba-tiba menyela ketegangan di antara dua orang itu. Mereka tertegun serempak menoleh dan melihat asal suara itu."Kenapa Tuan Muda Chen memeluk wanita itu?" "Awalnya aku pikir dia adalah calon menantu Presiden Shen." "Apa yang kamu bicarakan? Presiden sudah jelas mengatakan itu adalah keponakannya." Para tamu yang hadir terus beribisik dan mendiskusikan identitas Athena, hingga mereka akhirnya sadar. Mereka melihat ada kombinasi yang aneh dalam perjamuan malam ini.Suasana jamuan yang terlihat semarak dengan suara-suara lembut musik sebagai latar dan bisikan kecil dari orang-orang bertahap menjadi hening. Mereka serempak mengalihkan pandangan pada kelompok tempat Athena berdiri.Athena berusaha mengendalikan detak jantungnya dengan melihat langit-langit ballroom yang dihiasi lampu kristal. Di sekeliling ruangan penuh ukiran dan lukisan-lukisan klasik di dindingnya, membawa nostalgia abad ke 19.Sekujur tubuhnya menegang. Dia tau pemilik suara itu tanpa harus melihat orangnya. Pikirannya kacau. Dia bertanya-tanya apa tujuan pria itu sekarang?"Presiden Shen, senang bertemu dengan Anda." Satu tan
Athena dengan tenang mengalihkan pandangannya."Aku tidak mengerti apa yang Tuan Chen bicarakan." jawab Athena.Dia tidak sedang berpura-pura. Otaknya gagal menangkap perkataan pria itu karena kepalanya dipenuhi banyak hal."Apa yang dikatakan sepupu Nona Shen?" Dave memperhatikan wajah bingung wanita itu. Matanya menyipit.Ketika Athena mendengar maksudnya, gadis itu langsung mendongak. "Bagaimana Tuan Chen tau Shen Beihan pernah datang ke sini? Apa kamu juga memata-mataiku?"Ketika matanya menatap wajah dingin pria itu, Athena akhirnya paham. Pria ini mungkin ingin mencari dalang dari insiden keracunan itu. Athena menghela napas lelah."Dia hanya memberitauku tentang kepulangan Presiden Shen." Athena mengatakan sejujurnya.Harapannya untuk menarik pria ini menjadi sekutu telah pupus. Dari awal dia tau, Dave bukanlah orang yang mudah untuk didekati, tapi dia hanya ingin mencoba peruntungan sekali saja.Bahkan sebelum insiden keracunan itu, Athena sudah merasakan dia sedang bergantung
Sesuatu yang tidak bisa langsung dia katakan, tapi instingnya menyuruhnya untuk waspada. Athena diam-diam meremas erat bajunya di balik selimut dan mengalihkan pandangannya dari wanita itu.Di ruangan VVIP berukuran tujuh kali enam meter. Bahkan tirai jendela belum disingkap, semua orang terjebak dalam pikiran mereka masing-masing.Meski jantungnya berdetak kencang, Athena berhasil tetap mempertahankan sikap tenangnya di depan semua orang."Kakak Sepupu, aku ingin istirahat dulu. Apa ada hal lain yang ingin kamu sampaikan?" Dia sudah tidak ingin lagi berbagi oksigen yang sama dengan orang-orang aneh ini. Setiap kali bernafas, rasanya dadanya seperti ditimpa batu berat.Shen Beihan berdiri tegak. Matanya tak lepas dari Athena dan menatap tajam pada wajah gadis itu. Tapi dia gagal mendapatkan reaksi yang dia inginkan darinya.Wajahnya menghitam. "Kamu terlalu kasar, Adik Sepupu." Pria itu menghembuskan napas dingin."Aku datang ke sini karena mengkhawatirkan dirimu, tapi kamu sepertiny
Tubuhnya membeku. Ketika dia mengangkat kepalanya, dia bertemu dengan tatapan tegang Charles.Suara-suara di kamar itu berhenti sesaat. Mendatangkan kesunyian yang mencekam. Lampu kamar yang sedikit redup, ditambah bau pahit obat-obatan membuat suasana terasa semakin muram.Suara langkah kaki pelan dan kuat datang dari arah pintu. Mengingatkan orang-orang di ruangan itu untuk bernapas.Athena merasa darah di dadanya mendidih, namun matanya menunjukan sikap defensif yang kuat. "Paman Charles, apa yang dia inginkan? Apakah beritanya tentang keracunanku tersebar?" Suara gadis itu terdengar bergetar dan sangat pelan.Charles tidak menjawab, hanya menggelengkan kepalanya dengan lembut. Dan Athena langsung memahami maksudnya.Seorang pria mengenakan jas hitam, diikuti seorang wanita mengenakan blus kuning dan rok pensil hitam masuk tanpa diundang.Pria itu berdiri di kaki ranjang Athena."Selamat pagi," sapanya dengan suara yang lembut dan hangat. Namun kelembutan itu malah membuat bulu ku
Dave tertegun, dia ingin memanggil perawat. Tetapi tubuhnya bertindak lebih cepat daripada pikirannya. Pria itu langsung menaiki ranjang dan menarik Athena ke dalam pelukannya."Tenanglah." Dave berbisik di telinganya.Satu tangan pria itu mendekap erat tubuh ringkih Athena, sedangkan tangan lainnya dengan lembut mengusap punggung gadis itu.Dia tau itu bukan efek racun, tapi gadis itu sedang bermimpi buruk. Meski begitu rasa bersalah tetap kembali menjalar di hati Dave."Kamu akan baik-baik saja. Aku berjanji." Dia terus membujuk Athena dan berbisik di telinganya.Saat merasa ada kehangatan di sekitarnya, Athena langsung meringkuk mendekati Dave. Jemarinya gemetar menggenggam kuat baju Dave, namun napasnya perlahan melembut dan tubuhnya juga berhenti kejang.Malam itu Athena bermimpi kembali tentang kecelakaan ibunya. Dia melihat mobil yang hancur disertai darah pekat yang melumuri badan mobil. Bahkan saat tiba di rumah sakit, dia hampir tidak sanggup melihat jenazah ibunya. Wajah c
Napas ketiga orang itu tertahan dan wajah mereka tampak sangat gugup. Hanya Dave yang melangkah tenang mendekati ranjang Athena. Dia dengan hati-hati mengamati wajah gadis itu, sebelum berbalik pada bawahannya yang berdiri seperti patung."Kalian semua silakan kembali." Setelah memastikan itu hanya erangan biasa, dia tampak lega.Dave merasa mereka terlalu ceroboh hari ini. Mendiskusikan hal yang begitu penting di rumah sakit tanpa memperhatikan situasi.Sebelum mereka semua mencapai ambang pintu, Dave berkata, "Russel, bawa penangkalnya besok."Russel mengangguk ringan. "Baik, Tuan Muda." Dan berjalan pergi.Mereka semua berjalan beriringan ke tempat parkir. Namun tiba-tiba Hugo bertanya, "Kenapa kau begitu bersemangat ketika Tuan Muda ingin menikahi gadis itu? Aku rasa kau tipe laki-laki yang akan tunduk di bawah kaki gadis cantik." Wajahnya penuh sinisme.Raymond mendelik kesal. "Apa urusannya denganmu?" Dia hanya mendukung keputusan tuan mudanya, kenapa Hugo malah mencemoohnya."