Sebuah mobil mewah berwarna putih terparkir tidak jauh dari depan rumah keluarga Mayer. Dalam mobil tersebut, terdapat seorang pria paruh baya yang berpenampilan rapi dengan setelan jas berwarna navy sedang bersama dengan seorang wanita muda berpenampilan feminin dan berkelas. Mereka berdua sengaja memarkir mobilnya di tempat tersebut, agar bisa menyaksikan apa yang akan dilakukan oleh James di depan rumah keluarga Mayer.Pria paruh baya tersebut menatap bengis pada sosok James yang sedang diperhatikannya. Bahkan dia mengumpat kasar ketika mengetahui apa yang diperbuat pria dari masa lalu putrinya."Sheila, apa pria seperti itu yang kamu sukai?" tanya pria paruh baya tersebut dengan nada meninggi yang dikuasai dengan amarah.Seketika wanita yang duduk di sebelahnya, beringsut ketakutan, dan menundukkan kepalanya."Maafkan Sheila, Pa," ucapnya lirih dengan suara bergetar.Sungguh dia tidak pernah menyangka jika James akan bertindak sejauh itu. Apalagi dia tidak pernah mengira jika pria
Sontak saja pria yang sedang bingung itu, semakin ketakutan. Dengan refleknya dia menggerakkan pantatnya ke lantai, hingga membentur dinding yang terasa dingin dan lembab. James, dia duduk dengan kedua tumitnya yang ditekuk di depan dadanya, dan memeluk erat kedua lututnya. Badannya gemetar ketakutan, sehingga kedua tangannya mencengkeram celananya.Kedua pria berbadan besar dan kekar itu, tertawa semakin keras melihat reaksi ketakutan dari pria yang diculiknya."Badan saja digedein, digertak sedikit saja, sudah menciut!" seru salah satu pria penculik tersebut, dan disambut tawa oleh keduanya.'Benar. Aku sedang diculik. Kenapa aku bisa sampai melupakan hal sepenting itu? Tapi, kenapa mereka menculik ku? Apa salahku?' batin James di sela ketakutannya."Kita tinggalkan saja dia. Tidak mungkin dia berani melarikan diri. Nyalinya saja seciut itu," ujar salah satu penculik, dan mereka kembali tertawa mengejeknya."Tunggu! Siapa yang menyuruh kalian untuk menculik ku?!" tanya James dengan
"Baik, Bos. Kami akan membereskannya. Bos tidak perlu mengkhawatirkan apa pun."Percakapan antara ketua penculik dengan sang bos telah berakhir, dan menyisakan tanda tanya dalam pikiran James.'Apa maksudnya? Apa dia akan membunuhku? Siapa dalang dari semua ini? Apa aku mengenalnya? Aku baru saja kembali ke negara ini, aku rasa tidak punya musuh di sini. Apa mungkin para debt colector itu? Atau mungkin keluarga Sheila? Tapi, bisa juga dari keluarga Mayer, karena ucapan pria tua tadi yang menyuruh Dave untuk mengurusku.'Pertanyaan demi pertanyaan hanya bisa ditanyakan oleh James dalam hatinya. Tidak ada jawaban yang didapatkannya dengan pasti. Dan tentu saja membuatnya semakin resah dan gelisah akan nasibnya.Sang ketua penculik berdiri dari duduknya. Dia menyeringai dan menatap bengis padanya. Kakinya bergerak selangkah demi selangkah mendekati tawanannya. James semakin mengkerut seiring langkah pria bertato banyak itu, mendekatinya."Katakan padaku. Apa yang kamu inginkan dengan mem
Raisa mengumpulkan semua tenaganya yang tersisa untuk mencari bajunya. Wanita bertubuh polos itu, berjalan terseok-seok, menahan tubuhnya yang masih terasa berat. Dengan keinginan kuatnya, dia mencoba mengitari seluruh ruang kamar tersebut, dan memeriksa satu per satu tempat untuk mencari pakaiannya.Namun, di seluruh ruangan kamar tersebut, tidak ada satu pun pakaian miliknya yang sebelumnya masih menempel di badannya. Bahkan lingerie yang dipakainya pun lenyap entah ke mana."Oh Tuhan, ada di mana pakaianku? Kenapa tidak ada satu pun yang bisa aku gunakan?" gumamnya disertai dengan helaan nafasnya.Masih dalam posisi berdiri di tengah-tengah, kedua matanya masih menelisik seluruh ruangan kamar nan besar itu, berharap bisa menemukan pak Ekoaiannya. Alan tetapi, retina matanya tidak menangkap satu pun yang menyerupai pakaiannya. "Sial! Apa yang terjadi denganku?!" umpatnya dengan kasar, seolah tiba-tiba mendapatkan tenaga dari kemarahannya.
Di saat detik-detik terakhir pintu lift akan tertutup, tangan waiter tersebut berhasil masuk pada sela pintu liftnya. Tentu saja waiter tersebut berusaha dengan sekuat tenaga agar bisa menangkap Raisa dan membawanya kepada pihak hotel.Namun, Raisa juga tidak bisa tinggal diam. Dia berusaha agar tidak tertangkap oleh waiter tersebut. Seketika matanya terbelalak tatkala melihat jari-jari tangan sang waiter menyelip di antara pintu lift yang akan tertutup. Dengan refleknya buronan wanita tersebut berteriak sekencang+kencangnya dari dalam lift."Tidak! Jangan!" teriaknya seraya menendang jari-jari tangan waiter tersebut, hingga sandalnya pun ikut terhempas bersama jari-jari sang waiter ke luar lift, dan mendarat dengan indahnya pada wajah si pengejar.Dalam hitungan detik saja, pintu lift tersebut tertutup rapat, sehingga Raisa berhasil meloloskan diri dari kejaran sang waiter yang seolah sedang memburunya. Nafasnya terengah-engah seiring dengan debaran jantungnya yang mengalun bak gender
Sumpah serapah dan umpatan dikeluarkan oleh Raisa sepanjang jalan menuju ke kantor polisi. Semua ini karena Raisa tidak mau bekerja sama untuk menyelesaikannya dengan pihak keamanan dari hotel tersebut. Wanita yang menyembunyikan tubuh polosnya dalam kain sprei putih milik kamar hotel, menolak menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh pihak keamanan padanya."Wanita bodoh! Harusnya kau jawab saja pertanyaan yang diberikan tadi. Sekarang kau rasakan sendiri akibatnya!" ujar salah satu pria berseragam petugas keamanan yang sedang mengantarkannya menuju Kantor Polisi.Tawa tiga orang petugas keamanan yang berada dalam satu mobil dengannya, membuat Raisa semakin kesal. Emosinya serasa akan meledak saat ini. Rasa malunya telah tertutupi dengan rasa lapar yang semakin menyulut emosinya. Dia menatap tajam pada semua pria yang menertawakannya. "Lihatlah dia! Sepertinya dia ingin melawan kita," ucap salah satu dari tiga pria tersebut disertai tawanya, dan disambut tawa oleh dua pria lainny
"Saya tidak bisa menghubunginya," tukas Raisa dengan entengnya, tanpa melihat ke arah polisi yang berbicara dengannya. "Kenapa? Bukankah anda bilang bahwa Sean Mayer adalah suami anda? Atau anda berniat untuk membohongi kami?" tanya sang polisi sembari mengernyitkan dahinya.Seketika Raisa melihat ke arah polisi yang ada di hadapannya, dan menatap kesal padanya, seraya berkata,"Saya tidak bohong! Saya berkata jujur! Jika Bapak tidak percaya, silahkan saja tanyakan secara langsung padanya!" "Jika tidak berbohong, seharusnya anda bisa menghubungi dia sekarang. Itu jika anda benar-benar istrinya," ujar sang polisi sembari terkekeh di akhir ucapannya.Tawa polisi tersebut membuat Raisa semakin kesal. Perutnya yang sedang kelaparan membuat emosinya semakin membuncah.Brak!Dipukulnya meja yang ada di hadapannya dengan sangat keras, sembari berdiri dan menatap tajam pada polisi tersebut. Dia pun berkata,"Itu karena tas, HP dan pakaian saya dicuri orang!" Sontak saja semua pasang mata m
Celine menatap kecewa pada suaminya. Kekecewaan yang semakin bertambah, membuat kebenciannya pun semakin bertambah pula, sehingga mendorong tekadnya untuk mempercepat membalas rasa sakit hati dan pengkhianatan kedua insan tersebut.Sean menatap ke arah sang istri yang sedang menatapnya dengan penuh kebencian padanya. Secepat kilat Celine membuang mukanya, mengalihkan pandangannya ke arah lain, agar tidak bertatap mata dengan suaminya. Wanita yang hatinya sedang dikuasai oleh kebencian dan rasa balas dendamnya itu sedang mencoba menetralkan suasana hatinya, agar tidak gegabah dan nantinya akan salah bertindak.Sedangkan Anna, wanita paruh baya yang merupakan nyonya besar di kediaman tersebut, menatap penuh amarah pada putra keduanya. Kekecewaannya pada sang putra sudah semakin besar, sehingga dia tidak bisa mentolerirnya lagi.Berbeda dengan Dave. Putra pertama dari keluarga Mayer tersebut menatap kasihan pada sang adik. Bagaimanapun sikap Sean padanya, dalam hatinya masih menyimpan ra