"Kenapa kamu malah bertanya padaku, Sean? Celine istrimu. Seharusnya kamu yang lebih tahu di mana istrimu berada," ujar Dave diiringi seringainya.Antonio memperhatikan percakapan mereka. Dia merasa aneh dengan situasi saat ini. Mereka bertiga sama-sama pria, sehingga dapat dengan mudah memahami apa yang terjadi saat ini."Apa yang terjadi, Sean?" tanya Antonio sembari menatap putra keduanya seolah sedang menginterogasinya."Tidak ada, Pa. Kami baik-baik saja. Tadi Sean sedang sibuk mengerjakan sesuatu di kamar. Mungkin Celine bosan," jawab Sean dengan sangat yakin, agar tidak menimbulkan kecurigaan dari sang papa.'Di mana kamu Celine? Seharusnya kamu tidak mempersulit suamimu ini. Aku harus bisa mengambil kepercayaan Papa, agar aku bisa segera diangkat menjadi CEO,' batin Sean mengomel dalam hatinya."Kamu yakin?" tanya Antonio kembali."Lalu, di mana istrimu berada?" sahut Anna menyelidik.Sean menghela nafasnya. Dia merasa seolah sedang diinterogasi oleh kedua orang tuanya."Tadi d
Nyaman. Itulah yang dirasakan oleh Celine saat ini. Dia duduk di dekat pantai dengan pandangannya yang selalu tertuju pada pantai tersebut. Deburan ombak dan suaranya membuat hati serta pikirannya menjadi tenang, sehingga dia lupa akan waktu yang dihabiskannya untuk menikmati lukisan alam tersebut.Seketika bibirnya melengkung ke atas, tatkala melihat matahari yang terbenam dengan jelas dari tempatnya saat ini. Sungguh indah dan sangat menarik perhatiannya. Tanpa ia sadari, waktu berlalu begitu saja.Langit yang berangsur gelap menyadarkannya akan waktu saat ini. Diambilnya ponsel dari dalam saku dress nya."Kok mati sih?" gumamnya ketika mendapati ponselnya tidak menyala."Pantas saja tidak ada panggilan atau pun pesan, ternyata HP nya mati. Bodohnya aku, semalam aku lupa mengisi dayanya," ucapnya seraya menyeringai, menertawakan kebodohannya.Dia beranjak dari duduknya, dan membersihkan roknya dari pasir yang didudukinya, seraya berkata,"Sepertinya sudah malam. Aku harus kembali se
"Sean! Dari mana saja kamu?!" tanya Antonio dengan tegas ketika melihat putra keduanya masuk ke dalam hotel.Pria yang namanya dipanggil pun menoleh. Dia berjalan menghampiri kedua orang tuanya, dan berkata,"Sean habis dari mencari Celine, Pa""Memangnya di mana kamu mencarinya? Baru saja Dave menemukannya dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan," tanya Anna dengan tatapan menyelidik pada putra keduanya.Seketika Sean membelalakkan matanya. Dia tidak menyangka jika Dave yang menemukan Celine pada akhirnya. "Apa? Dave? Di mana mereka sekarang?""Tadi Dave membawanya ke atas. Mungkin saja ada di kamar kalian," jawab Anna dengan cepatnya.Dengan tergesa-gesa Sean masuk ke dalam lift, dan menekan tombol untuk menuju ke lantai kamar mereka. "Sial! Kenapa harus dia yang menemukannya?!" umpat Sean mengeram kesal pada keadaan.Tiba-tiba dia teringat akan ucapan mamanya yang mengatakan jika mereka berada dalam kamar. Dalam lift tersebut hanya terdengar suara ketukan dari sepatu Sean yang
"Dave, mereka tadi mengatakan jika kamu mengendarai mobil sendiri. Apa benar begitu, Dave?" tanya Antonio pada putra pertamanya.Seketika Dave menghentikan makannya. Dia menatap sang papa, dan menjawab pertanyaannya."Iya, Pa. Dave mengendarai mobil sendiri.""Dave, apa kamu baik-baik saja? Bukankah kamu tidak bisa mengendarai mobil saat hujan?" tanya Anna dengan cemasnya.Deg!Seketika Dave tersadar jika dia mampu mengendarai mobil dengan menembus hujan yang sangat lebat, hanya demi menyelamatkan seorang wanita yang merupakan adik iparnya."Apa kamu sudah lepas dari trauma mu, Dave?" tanya Antonio dengan menatap intens pada putra pertamanya.Dave terdiam. Dia sendiri baru menyadarinya, jika dia bisa melewati traumanya ketika bersama dengan wanita yang sudah mempunyai tempat tersendiri dalam hatinya.Setelah kecelakaan bersama dengan istrinya, Dave pernah pingsan di dalam mobil ketika mengendarai mobilnya sendiri pada saat hujan. Beruntungnya ada polisi yang sedang berpatroli, sehingg
Celine memandang suaminya dengan tatapan datar. Dalam hatinya tidak ingin bertengkar dengan suaminya, karena kondisi tubuhnya masih sangat lemah saat ini.Namun, kekesalannya semakin menjadi tatkala mendengar pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari mulut suaminya."Kenapa harus Dave yang menemukanku? Kenapa bukan suamiku yang datang menolongku? Aku sangat menyayangkan hal itu," ucap Celine seraya menatap kesal pada sang suami. "Aku mencari mu ke mana-mana, dan tidak menemukanmu. Kenapa kamu tidak bisa dihubungi? Apa kamu sengaja mematikan telpon mu agar tidak bisa aku hubungi? Jangan-jangan kamu memberi tahu Dave di mana kamu berada, sehingga Dave bisa dengan mudah menemukanmu," tukas Sean sembari menatap curiga pada istrinya."Tutup mulutmu, Sean!" ujar Celine dengan tegas seraya menatap penuh kebencian pada suaminya.Sean menyeringai melihat kemarahan yang terpancar pada mata sang istri. Kemudian dia berkata,"Kenapa marah? Apa semua perkataanku benar?""Tidak. Semua pemikiran dan p
"Raisa?!" Seketika wanita cantik yang sedang duduk sendiri di restoran hotel, menoleh ke arah sumber suara. Wanita tersebut berpenampilan sangat modis. Dari ujung kaki hingga ujung rambutnya berhiaskan barang dari brand ternama. Dia tersenyum pada seseorang yang memanggil namanya. "Apa kabarnya, Ma?" sapa Raisa ketika sudah berada di meja orang yang memanggilnya.Wanita cantik nan berpenampilan modis tersebut, mengulurkan tangannya pada wanita paruh baya yang sedang duduk dan tersenyum padanya."Baik. Bagaimana kabarmu?" tanya balik Anna pada mantan tunangan putra keduanya, seraya menerima uluran tangannya, dan menempelkan pipi kanan serta kirinya pada wanita tersebut."Kabar Raisa baik, Ma," jawab Raisa sembari tersenyum manis pada wanita yang telah melahirkan kekasihnya.Antonio hanya diam memperhatikan sang istri bertegur sapa dengan wanita yang dikenalnya. Seperti biasanya, Antonio enggan berkomentar pada sesuatu hal yang t
'Sial! Sepertinya Papa marah padaku,' batin Sean mengeram kesal.Segera dia beranjak dari duduknya, karena tidak mau mendapatkan kemarahan dari sang papa. Sikap tegas Antonio sudah terkenal di mana pun, sehingga semua orang segera bergegas apabila mendapatkan perintah darinya.Semua orang di meja tersebut hanya diam, tanpa berkomentar apa pun. Berbeda dengan Raisa. Dia ikut beranjak dari duduknya, dan melingkarkan tangannya pada lengan Sean, seraya berkata,"Aku akan menemanimu.""Tidak! Tidak usah!" ujar Sean dengan cepatnya seraya bersikap tegang mendapatkan tatapan mata yang tidak biasa dari semua anggota keluarganya."Tidak apa-apa, Sayang. Aku juga ingin ngobrol dengan Papa," tukas Raisa sembari bergelayut manja pada lengan Sean.'Papa? Sejak kapan Papa mertuaku jadi Papa mertuamu?' batin Celine seraya menyeringai mendengar Raisa memanggil Antonio dengan sebutan papa."Biarkan Sean menemui papanya seorang diri. Lebih baik habiskan saja makananmu, dan segera melakukan aktifitas mu
"Sean, apa yang sedang kamu lakukan?!" Seruan dari Antonio membuat Sean beringsut ketakutan. Dia hanya diam, tidak berani menatap wajah sang papa."Apa yang ada di dalam pikiranmu, sehingga wanita yang pernah menyakitimu sekarang berada di sini bersama dengan kita?!""Ingat, Sean. Kita di sini untuk berlibur, dan untuk memberimu kesempatan agar bisa memiliki anak dengan istrimu, bukan dengan wanita itu!" "Kenapa kamu diam saja?! Jawab, Sean!"Kemarahan Antonio semakin menjadi tatkala mengingat apa yang dilakukan putra keduanya bersama dengan mantan tunangannya. Terlebih lagi dia melihat wajah kesal dan kecewa dari menantunya. Sontak saja Sean menatap wajah sang papa, dan menjawab pertanyaan darinya."Sean tidak tahu, Pa. Sean juga baru bertemu dengannya pagi ini.""Benarkah? Sepertinya Papa melihat ada hal lain yang kamu sembunyikan dari kami. Apa kamu berhubungan kembali dengannya?" tanya Antonio menyelidik."Tidak, Pa. Kami tidak--""Lalu, kenapa kamu menurut sekali padanya? Apa