Share

Ayah

Bintang tersenyum saat melihat Dania tampak bahagia. Karena keadaan gadis itu sudah baik, jadi ia sudah boleh pulang ke rumah. Vivi yang sedang mengemas pakaian menatap anaknya dan Bintang bahagia. Ternyata kehadiran cowok itu benar-benar berbuah baik untuk Dania, Vivi tak tau cara apa untuk menyampaikan terima kasih kepada teman anaknya itu.

"Pakai mobil Bintang aja, Tan." Bintang mengambil alih tas berisi pakaian Dania, membiarkan Vivi menggandeng tangan Dania.

Dania menunduk senang, baru kali ini dia diperlakukan spesial seperti ini. Dia kadang berpikir, apa ini hadiah dari Tuhan di akhir hidupnya.

"Ayo, Nak." Dania mengangguk, mengikuti langkah Vivi dan Bintang. Dia memandang punggung tegap Bintang dari belakang, tak berbohong Dania bahagia menerima perlakuan kecil seperti ini.

Setelah memasukkan pakaian Dania ke bagasi. Bintang langsung masuk ke kursi depan, sedangkan Vivi dan Dania di belakang. Sebenarnya Vivi menyuruh Dania di sebelah Bintang, tetapi gadis itu menolak karena tak mau meninggalkan Vivi.

"Mau makan dulu?" tanya Bintang.

"Enggak usah, deh. Langsung pulang aja," tolaknya. Karena sudah tak sabar pulang ke rumah, dia sangat merindukan kamarnya.

"Maaf Nak Bintang kalau kami merepotkan." 

"Enggak kok, Tan," sanggah Bintang. Dia sama sekali tak merasa direpotkan, ia malah senang bisa membantu Dania disaat yang seperti ini.

"Emang mantu idaman," puji Vivi membuat Dania mengerucuti bibir malu.

"Mama ih," rengek Dania. Bintang tertawa saat melihat pipi Dania memerah dari kaca.

"Aamiin, Tan," celetuk Bintang membuat Dania melebarkan matanya kaget. Bintang biasa-biasa saja, seolah dia tak membuat kesalahan karena telah membuat jantung Dania berdetak lebih cepat.

"Sampai Tan. Ini rumahnya?" tanya Bintang. Vivi mengiyakan, lalu mengajak Dania segera turun.

"Ayo masuk, Bintang." Bintang mengangguk, mengikuti langkah Vivi dan Dania memasuki rumah. Cowok itu juga tak lupa mengucap salam.

"Mau minum apa?" tanya Vivi saat sudah menaruh pakaian Dania ke kamar.

"Enggak usah, Tan," tolak Bintang.

"Aku buatin jus, ya?" Bintang langsung menggeleng keras.

"Lo baru sembuh, loh." 

"Aku udah sehat, kok," bantah Dania.

"Gue  udah minum," ucap Bintang. Akhirnya Dania mengalah kali ini pada Bintang.

Vivi yang menyaksikan perdebatan antara kedua manusia berbeda jenis kelamin itu tertawa geli. Sungguh dia tak tau anaknya anak semen gemaskan ini kepada orang.

"Mama masuk dulu. Jangan canggung Nak Bintang."

"Siap, Tan!" Seru Bintang semangat.

Bintang beralih menatap Dania yang juga sedang menatapnya. Dia terkekeh lalu mengacak rambut gadis di depannya gemas, dia menyesal tidak bertemu Dania lebih awal.

"Mau aku masakin?" Bintang menggeleng menolak.

"Kenapa?" tanyanya.

"Gue udah makan, kok," balas Bintang. Karena sebelum ke rumah sakit, ibunya selalu memaksa dia untuk makan terlebih dahulu. Bintang juga tidak mau merepotkan Dania.

"Aku ke kamar dulu, mau ganti baju." Bintang mengangguk. Memerhatikan Dania yang sudah tenggelam di balik pintu.

Dia menatap sekelilingnya. Di dinding rumah Dania sama sekali tak ada foto ayah gadis itu. Bintang semakin bertanya-tanya, sebenarnya ke mana perginya ayah gadis itu. Dia semakin takjub karena ternyata Vivi sangat hebat berjuang untuk putrinya sendirian.

"Udah?" tanya Bintang saat Dania sudah ke luar dengan baju yang lebih rapi.

"Iya," balas Dania.

 

"Gue boleh tanya?" Dania mengangguk ragu. Menebak apa yang akan Bintang tanyakan kepadanya.

"Apa?"

"Ayah lo ke mana?" Dania bungkam. Dia tak berani menatap mata Bintang. Dari itu Bintang sadar, jika ia salah bertanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status