Share

Bab 100. Di Ujung Nafas

Penulis: Quennnzy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-13 17:51:24

Udara di sekitar mereka berubah. Dingin yang tadinya hanya menggigit kini seperti menembus tulang, membawa bisik-bisik yang tak pernah benar-benar datang dari satu arah. Alura berhenti, napasnya terhenti di tenggorokan. Rafael, yang sedari tadi berjalan setengah langkah di depannya, merasakan hal yang sama. Langkah mereka terhenti bersamaan.

“Ada yang mengawasi,” ucap Rafael rendah, nyaris seperti gumaman, tapi cukup untuk membuat dada Alura terasa sesak.

Suara itu tidak datang dari depan. Bukan juga dari belakang. Seperti ada ribuan mata yang memandang dari segala sisi, tapi saat ia mencoba mencari, hanya ada kegelapan yang memantulkan bayangan mereka sendiri.

Rafael mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Alura tetap di belakang. Gerakannya terlatih, tenang, tapi rahangnya mengeras. “Tetap di sini,” ujarnya, lalu melangkah maju.

Alura ingin memprotes, tapi sebelum kata-kata itu keluar, udara di depan Rafael bergelombang, seperti kain tipis yang direnggut dari kedua ujungnya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 102. Bayangan yang Memilih

    Gelap itu tidak lenyap dengan cepat. Ia merayap pelan, seperti kabut pekat yang tahu ia memiliki waktu tak terbatas untuk menelan mangsanya. Alura membuka matanya atau setidaknya, ia merasa sudah membukanya, tapi yang terlihat hanyalah abu-abu yang bergerak, berlapis-lapis. Udara di sekitarnya begitu berat, membuat napasnya tersendat. "Rafael?" suaranya hampir tidak terdengar. Tidak ada jawaban. Namun, di kejauhan, samar-samar, ia melihat siluet. Satu berdiri tegak, satu lagi membungkuk, seperti tengah memikul sesuatu yang tak terlihat. Langkahnya goyah saat ia mencoba mendekat, tapi lantai di bawahnya tidak terasa seperti tanah. Lebih seperti pijakan kosong, rapuh, yang setiap langkahnya mengirimkan getaran aneh ke seluruh tubuh. Ketika ia semakin dekat, siluet itu mulai jelas dan ia terkejut saat menyadari, bukan hanya Rafael yang ada di sana. Ada sosok lain di sampingnya. Tinggi, dengan rambut panjang yang bergerak seolah tertiup angin yang tak pernah ia rasakan. "Alura…" s

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 101. Mata yang Sama

    Udara yang berputar itu menghilang seolah ditelan ruang kosong. Alura terjatuh, namun tanah yang menyambutnya terasa terlalu halus, bukan batu, bukan tanah, melainkan sesuatu yang menyerupai kaca. Ia bangkit perlahan. Di sekelilingnya tidak ada dinding, tidak ada langit, hanya hamparan hitam yang sesekali berkilat seperti pantulan air. Jauh di depannya, siluet-siluet yang tadi ia lihat kini berdiri memanjang, seperti barisan prajurit yang menjaga sebuah jalan. Rafael muncul di sampingnya, tatapannya menyapu sekeliling. “Tempat ini…” ia mengerutkan kening, “bukan bagian dari Vellen Thar. Ini… di luar.” “Di luar apa?” tanya Alura, tapi suaranya sendiri terdengar aneh, gaungnya seperti menyusup masuk ke kepalanya, bukan kembali dari udara. Mereka berjalan pelan, langkah mereka memantul di permukaan kaca itu. Suara berat yang tadi memanggil Alura kini terasa seperti bergema di setiap sudut pikiran. “Dekat… semakin dekat…” Rafael memutar kepala, seolah mencari sumber suara itu, tapi

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 100. Di Ujung Nafas

    Udara di sekitar mereka berubah. Dingin yang tadinya hanya menggigit kini seperti menembus tulang, membawa bisik-bisik yang tak pernah benar-benar datang dari satu arah. Alura berhenti, napasnya terhenti di tenggorokan. Rafael, yang sedari tadi berjalan setengah langkah di depannya, merasakan hal yang sama. Langkah mereka terhenti bersamaan. “Ada yang mengawasi,” ucap Rafael rendah, nyaris seperti gumaman, tapi cukup untuk membuat dada Alura terasa sesak. Suara itu tidak datang dari depan. Bukan juga dari belakang. Seperti ada ribuan mata yang memandang dari segala sisi, tapi saat ia mencoba mencari, hanya ada kegelapan yang memantulkan bayangan mereka sendiri. Rafael mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Alura tetap di belakang. Gerakannya terlatih, tenang, tapi rahangnya mengeras. “Tetap di sini,” ujarnya, lalu melangkah maju. Alura ingin memprotes, tapi sebelum kata-kata itu keluar, udara di depan Rafael bergelombang, seperti kain tipis yang direnggut dari kedua ujungnya.

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 99. Jejak yang Mengendap di Kegelapan

    Udara di lorong itu semakin dingin, seperti ada sesuatu yang merayap perlahan di bawah kulit. Langkah Alura terhenti. Rafael, yang berjalan setengah langkah di depannya, ikut memutar kepala. Tidak ada suara selain detak jantung mereka berdua dan bunyi napas yang terasa terlalu keras di ruang sempit itu."Ada yang mengikutimu," suara Rafael terdengar rendah, hampir seperti gumaman, tapi cukup untuk membuat bulu kuduk Alura berdiri.Alura menoleh pelan, namun yang ia lihat hanya kegelapan yang menelan ujung lorong. Cahaya dari obor di tangan Rafael bergetar, nyalanya meruncing seolah ketakutan."Sejak kapan?" tanya Alura, suaranya ditahan agar tidak memantul di dinding batu yang dingin.Rafael tidak langsung menjawab. Tatapannya mengarah ke kegelapan di belakang, matanya sempat menyipit, lalu kembali menatap Alura. "Sejak kita meninggalkan ruang perjamuan itu. Jejaknya… terlalu ringan untuk langkah biasa."Mereka kembali melangkah, kali ini lebih cepat. Lorong mulai berbelok, dindingnya

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 98. Bayangan yang Mengikuti

    Udara di luar terasa lebih tipis.Seperti setiap helai napas harus berjuang menembus lapisan dingin yang menusuk paru-paru. Langkah Alura melambat ketika kakinya menjejak tanah lembap yang berbau logam. Rafael berada setengah langkah di depannya, bahunya tegang, matanya tajam menyapu kegelapan.Mereka telah meninggalkan lorong batu yang sempit itu, tetapi kelegaan yang seharusnya datang tidak pernah muncul. Sebaliknya, rasa terjebak kini bergeser menjadi rasa diawasi.Dan itu jauh lebih mengganggu.Suara langkah ketiga terdengar samar di belakang.Tidak keras, tapi cukup teratur untuk bukan sekadar gema dari langkah mereka sendiri. Alura menoleh sekilas, tetapi yang ia lihat hanyalah bayangan yang bergerak di antara kabut tipis."Terus jalan," suara Rafael datar, tapi nada waspadanya tidak bisa disembunyikan. "Jangan menoleh terlalu lama."Alura menggenggam mantel di dadanya, bukan karena dingin semata, melainkan untuk menahan detak jantungnya yang melonjak. Setiap detik yang lewat te

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 97. Jejak yang Tak Seharusnya Ada

    Udara di ruang itu semakin padat, seperti setiap tarikan napas mencuri sebagian kekuatan dari paru-paru mereka. Cahaya dari obor yang mereka bawa hanya menjangkau beberapa langkah ke depan, sisanya tenggelam dalam kegelapan yang terasa hidup bergerak pelan, seakan menunggu saat yang tepat untuk menutup rapat jalannya. “Rafael…” suara Alura nyaris tak terdengar, tapi nada cemas di dalamnya memotong sunyi yang terlalu panjang. “Lantai ini… berbeda.” Rafael menunduk, matanya mengikuti jejak samar di permukaan batu. Bukan retakan biasa. Jejak itu seperti ukiran melingkar, membentuk pola rumit yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Namun yang membuat darahnya sedikit membeku adalah noda merah yang mengisi sebagian garis ukiran itu—terlalu segar untuk sesuatu yang seharusnya sudah terkubur selama ratusan tahun. “Itu darah,” Rafael bergumam, tatapannya menyapu ke sekeliling. “Dan ini bukan milik kita.” Alura mundur setengah langkah. “Kalau bukan milik kita… berarti ada orang lain di si

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status