Home / Fantasi / Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin / Bab 185. Bayangan dalam Sumpah

Share

Bab 185. Bayangan dalam Sumpah

Author: Quennnzy
last update Last Updated: 2025-09-25 17:53:54

Aula Obsidian masih dipenuhi sisa gema sumpah darah. Api biru di dinding yang tadinya tenang kini bergetar, seolah ikut menahan napas. Para utusan berdiri dalam diam, beberapa masih menatap tanda hitam di telapak tangan mereka dengan wajah pucat.

Tak seorang pun yang berani bicara duluan. Bahkan Liora yang biasanya lantang, kini hanya menggenggam tongkatnya erat, tatapannya beralih dari simbol di kulitnya ke wajah Alura.

“Ini…” salah seorang imam berbisik, suaranya nyaris patah, “…ini bukan sekadar perjanjian saja. Ada sesuatu yang ikut masuk.”

Alura berdiri dari singgasananya. Gaun hitamnya berdesir ringan, namun setiap langkahnya terdengar jelas, menekan dada mereka. “Kalian baru saja mengikat diri dengan darah kalian sendiri. Itu adalah harga paling jujur yang bisa dibayar.”

“Bukan hanya darah kita!” Liora akhirnya bersuara. Matanya menyala oleh kilatan panik dan marah. “Aku merasakan mata yang lain… mengawasi. Sesuatu yang bukan dari ruangan ini.”

Rafael menoleh cepat. T
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 186. Harga dari Sumpah Darah

    Aula Obsidian masih bergetar meski raungan dari langit sudah mereda. Api biru di sepanjang dinding menari liar, kadang redup, kadang meledak, seolah terhubung langsung dengan sesuatu yang jauh lebih tua daripada benteng itu sendiri. Udara berat, dipenuhi aroma besi dan belerang yang menusuk hidung. Para utusan berdiri dalam lingkaran, tubuh mereka tegang, mata terbelalak ke arah tanda hitam di lantai yang baru saja meminum darah mereka. Lingkaran itu kini berdenyut perlahan, seperti jantung yang hidup, memancarkan cahaya merah samar dari retakan-retakan kecil yang menyebar. Alura berdiri tegak di singgasananya. Ia tampak anggun, tapi tatapannya tajam, bagai pisau yang siap menusuk siapa pun yang berani goyah. Rafael berdiri tidak jauh dari sisi kanan singgasana, pedang hitamnya sudah tersarung kembali, meski tangannya masih berada di gagang. Arga bersandar pada pilar batu, wajahnya sinis namun matanya memperhatikan dengan penuh kewaspadaan. “Dengan darah kalian,” suara Alura mengge

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 185. Bayangan dalam Sumpah

    Aula Obsidian masih dipenuhi sisa gema sumpah darah. Api biru di dinding yang tadinya tenang kini bergetar, seolah ikut menahan napas. Para utusan berdiri dalam diam, beberapa masih menatap tanda hitam di telapak tangan mereka dengan wajah pucat. Tak seorang pun yang berani bicara duluan. Bahkan Liora yang biasanya lantang, kini hanya menggenggam tongkatnya erat, tatapannya beralih dari simbol di kulitnya ke wajah Alura. “Ini…” salah seorang imam berbisik, suaranya nyaris patah, “…ini bukan sekadar perjanjian saja. Ada sesuatu yang ikut masuk.” Alura berdiri dari singgasananya. Gaun hitamnya berdesir ringan, namun setiap langkahnya terdengar jelas, menekan dada mereka. “Kalian baru saja mengikat diri dengan darah kalian sendiri. Itu adalah harga paling jujur yang bisa dibayar.” “Bukan hanya darah kita!” Liora akhirnya bersuara. Matanya menyala oleh kilatan panik dan marah. “Aku merasakan mata yang lain… mengawasi. Sesuatu yang bukan dari ruangan ini.” Rafael menoleh cepat. T

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 184. Retakan Pertama

    Ruang bawah tanah Obsidian masih bergetar tipis setelah perjanjian darah itu selesai. Udara di sana, yang sebelumnya penuh dengan aroma dupa dan api biru, kini terasa berat seakan dilapisi oleh kabut tak kasat mata. Setiap orang merasakan sesuatu yang asing menempel pada kulitnya sebuah ikatan yang tak bisa diputuskan lagi. Alura berdiri di tengah lingkaran, telapak tangannya masih memerah akibat torehan darah yang baru saja ia lakukan. Matanya menatap ke arah cahaya redup di atas mereka, seakan ingin menembus langit-langit batu. Di dalam pupilnya, sesaat tadi muncul bayangan yang hanya dia yang melihat: siluet Myra, berdiri di antara reruntuhan, tersenyum samar namun matanya kosong. Nafasnya tertahan, tapi wajahnya tetap tenang. Ia tahu tak ada seorang pun yang boleh tahu apa yang barusan ia lihat. “Ap—apa yang kau lakukan pada kami?” salah seorang imam manusia berbisik gemetar. Tangan tuanya meraba tanda merah samar di pergelangan, bekas dari ikatan sumpah. “Aku bisa merasakan se

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 183. Tinta yang Jatuh ke Bumi

    Langit di atas Obsidian pecah seperti kaca yang disapu palu raksasa. Retakan merah melebar, dan dari celah itu, tetes-tetes hitam jatuh perlahan. Tidak cepat, tidak deras, justru karena lambat, setiap tetesan terasa seperti ancaman yang disengaja, seperti tinta dari pena yang sedang menulis ulang takdir dunia. Satu tetes pertama jatuh ke tanah di luar dinding benteng. “Jangan sentuh!” teriak Rafael cepat, melihat beberapa prajurit manusia hendak mendekat. Tapi peringatan itu terlambat. Seorang prajurit, wajahnya masih pucat dari ujian sebelumnya, mengangkat tangan mencoba menyentuh cairan hitam yang menetes di ujung tombaknya. Begitu kulitnya bersentuhan, jeritannya membelah udara. Daging tangannya melepuh seketika, bukan terbakar, bukan membeku, tapi seperti dilahap dari dalam. Urat-urat hitam menjalar cepat ke lengannya, merayap ke dada. Dalam hitungan detik, tubuhnya kaku, matanya kosong. Tubuh itu jatuh ke tanah dengan suara tumpul, dan dari bekas lukanya, kabut hitam merembes

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 182. Jejak di Langit yang Retak

    Aula Obsidian masih dipenuhi aroma besi dan darah, bercampur dengan asap tipis yang tersisa dari ritual sumpah. Lingkaran merah di lantai perlahan memudar, tapi cahaya samar yang tertinggal seakan menempel di kulit mereka, tak bisa dihapus bahkan dengan mantra suci atau api iblis. Tak seorang pun berbicara. Para utusan masih memegangi tangan mereka masing-masing, menatap tetesan darah yang baru saja mereka korbankan. Bukan sekadar luka kecil, itu adalah tanda, ukiran halus yang berdenyut samar di bawah kulit, berbentuk lingkaran dengan retakan menjalar keluar seperti jaring laba-laba. “Ini… bukan hanya perjanjian,” bisik salah seorang imam dengan suara serak. Ia menatap telapak tangannya yang bergetar. “Ada sesuatu yang… hidup di dalam tanda ini.” Alura masih berdiri tegak di singgasananya. Rambut hitamnya jatuh di bahu, mata merah emasnya berkilat samar. “Tepat sekali,” ujarnya dingin. “Itu bukan sekadar simbol. Itu adalah pintu yang mengikat kalian pada satu kenyataan: selagi kal

  • Ratu Iblis Dan Suami Berdarah Dingin   Bab 181. Riak di balik perjanjian

    Ruang bawah tanah Obsidian masih bergetar oleh sisa gema perdebatan. Rantai biru yang membelenggu makhluk kabut berdesis pelan, seperti ular yang resah karena mendengar terlalu banyak suara manusia. Udara di sana pekat, penuh campuran keringat, dupa imam, dan abu iblis. Alura duduk kembali di kursi batunya. Dari luar, ia tampak tenang, dingin seperti biasa, namun di balik tatapan matanya, ada sesuatu yang bergerak. Ketegangan itu membuat bahkan bayangan-bayangannya menempel lebih rapat di dinding, seakan mereka tahu tuannya sedang menahan badai dalam dirinya. Rafael berdiri di belakangnya, tegap, matanya menyapu semua wajah yang hadir. Setiap prajurit, setiap imam, setiap penyihir. Ia tahu, cukup satu langkah salah, ruang bawah tanah ini akan berubah menjadi arena pembantaian. “Persekutuan,” gumam seorang imam tua. Kata itu seolah masih asing baginya, seakan lidahnya menolak menyebutkannya. “Tapi bagaimana kita bisa percaya, setelah ratusan tahun kitab suci kami menuliskan bahwa ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status