“Mas, nanti malam kamu ada acara kantor ya?” tanya Keisha pada Azka yang sedang fokus pada layar laptopnya.“Iya Kei, ini acara khusus para anggota pimpinan dan istri saja jadi karyawan lain nggak hadir, kenapa?” tanya Azka, ia menoleh pada Keisha yang sedang membantunya mengurus beberapa berkas yang memang harus segera diselesaikan.“Mbak Ranti kok bisa ikut?” tanya Keisha, ia memanyunkan bibirnya berpura-pura merajuk.“Ranti kan sekretarisku Kei, dia harus selalu ada buat nyatet semua inti rapat dan juga mengurus beberapa pekerjaan yang akan dibahas nantinya, kamu kenapa sih kok manyun begitu?” jawab Azka bingung.“Tapi aku kan sekretaris kamu juga Mas, kenapa bukan aku saja yang pergi? Aku kan ingin juga bisa tahu acara penting kaya begitu, ya buat tambah-tambah pengalaman, selama ini kan aku cuma dibalik layar saja” jawab Keisha dengan raut wajah yang sedih.Azka merasa tak enak saat melihat kesedihan Keisha, ia pun menghubungi Ranti.“Nanti malam biar Keisha saja ya Ran yang hadi
“Assalamualaikum, Ra, kamu mau nggak jadi partner aku?” tanya Rian, ia menghubungi Ayra melalui telepon.“Wa'alaikumussalam, Partner dalam hal apa Mas?” tanya Ayra bingung.“Kamu dulu waktu SMA ikut teater kan? Nah aku sekarang itu ada proyek besar dari rumah sakit buat promosiin kesehatan lewat sosmed gitu, Ra, nanti dalam konten yang direkam akan ada percakapan dan juga model praktek kesehatannya, makanya aku mau ngajak kamu buat jadi partner aku, kamu mau kan?” tanya Rian pada Ayra.“Ya ampun Mas, aku tu sudah lama banget nggak pernah latihan dan aku juga lupa caranya akting. Lagian kamu ada-ada saja, kenapa harus aku coba? Dokter dan perawat di rumah sakit kamu itu banyak Mas,” jawab Ayra, ia sudah mulai kembali akrab dengan Rian karena Rian adalah dokter yang kebetulan merawatnya.“Kamu ingat nggak waktu kita dulu memenangkan kompetisi pasangan dream theater terbaik? Itu karena chemistry kita sudah dapat banget Ra, dan aku yakin kalau aku menjalankan proyek ini bareng kamu maka k
“Nananana, aku sangat bahagia."Keisha bersenandung dengan sangat nyaring membuat Ajeng yang masih terlelap menjadi terbangun dan memilih keluar kamar untuk melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi.“Selamat pagi calon Ibu mertua,”ucap Keisha pada Ajeng yang menatapnya dengan sangat heran.“Apa-apaan sih kamu Kei? Kesambet kok pagi buta gini,” jawab Ajeng risih.“Mulai dari sekarang aku akan belajar memanggilmu dengan sebutan Ibu,” jawab Keisha, senyum tak lepas dari bibirnya.“Jangan ngaco kamu!” jawab Ajeng, ia melewati Keisha yang sedang memasukkan buah Anggur ke dalam mulutnya.“Aku serius Ibu,” ucap Keisha yang sukses membuat Ajeng menoleh padanya dengan tatapan tak suka.“Kenapa Ibu menatapku seperti itu?” tanya Keisha cengengesan.“Hentikan kegilaanmu ini Keisha!” bentak Ajeng kesal.“Aku sebentar lagi akan menjadi menantu Ibu, lalu apa salahnya jika aku berlatih mulai dari sekarang?” tanya Keisha dengan santai.“Maksudmu?” tanya Ajeng.“Yap, benar sekali. Rencana kita sudah m
“Ra, tolong jangan gini aku mohon,” ucap Azka, ia sangat panik melihat Ayra yang mulai mengemasi pakaian Azka.“Rumah ini atas namaku, mobil juga semua aset yang kamu miliki semua adalah atas namaku, jadi kamu yang harus pergi dari sini bukan aku,” ucap Ayra, ia tak berniat menoleh sedikitpun pada suaminya yang terlihat semakin kusut.“Lalu aku harus tinggal di mana Mi?” tanya Azka bingung.“Tinggal di mana pun kamu mau, asal tidak bersamaku,” jawab Ayra, ia sudah selesai mengemasi satu koper pakaian Azka kini ia berpindah ke rak sepatu milik suaminya itu.“Kamu nggak bisa gini Ra, kita harus ngomongin ini dengan kepala dingin,” ucap Azka masih mencoba membujuk Ayra.“Sayangnya kepalaku sudah beku saking dinginnya,” jawab Ayra, ia benar-benar sudah sangat muak terhadap Azka, bahkan ia tak tahu apakah hatinya masih memiliki cinta untuk suaminya itu.“Minggir Mas!” ucap Ayra pada Azka yang menghalangi jalannya.“Ra ….” ucap Azka.“Kalau kamu maksa aku buat pergi, maka aku akan bawa Reyh
Ayra menatap kosong ke arah kantor yang sudah mulai sepi, Ranti dan beberapa karyawan lain menawarkan tumpangan namun ia menolak mereka semua secara halus.Hampir setengah sebelas malam dan Azka masih belum kembali, ponselnya juga tak bisa dihubungi. Ayra menghela nafas lelah.‘Rumah tangga yang ku jaga dengan do’a pun akhirnya bisa ambruk dengan sendirinya,’ ucap Ayra dalam hati, ia menikmati tiap bulir air yang jatuh dari matanya.Lima belas menit menunggu dalam diam belum ada juga tanda kemunculan Azka, Ayra memilih untuk berjalan dan terus melangkah tanpa arah.Tangis Ayra semakin pecah, semua kenangan bersama Azka, segala perhatiannya, kasih sayangnya, semua melintas dalam bayangan Ayra.‘Apa aku harus menyerah Mas? Kenapa kamu begitu jauh melangkah hingga begitu sangat sulit rasanya untuk menyusulmu’ batin Ayra.Ponsel Ayra berbunyi dan tertera nama Ayu di sana.“Assalamualaikum Kak Ayra, Kakak di mana? Reyhan nangis kak, sudah aku kasih susu tetap nangis dan rewel” ucap Ayu pan
“B**NG**K, bagaimana mungkin dia bisa tertawa bahagia di saat aku terduduk menyendiri di pojokan seperti ini?” umpat Keisha, ia memikirkan cara untuk membuat Ayra menjauh dari Azka.Keisha mengambil air minum dan mendekati Azka dan Ayra, lalu dengan berpura-pura tak sengaja Keisha menumpahkan jus jeruk yang dibawanya pada Ayra.“Maaf Ra, aku nggak sengaja,” ucapnya menyesal.Azka mendekati Ayra dan mengeluarkan sapu tangannya untuk membantu Ayra membersihkan gamisnya yang kotor.“Maaf ya Ra, aku beneran nggak sengaja” ucap Keisha, mengulangi katanya.Ayra mendongak menatap Keisha, ia tersenyum lalu kembali membersihkan gamisnya.“Santai aja kali Kei, nggak apa kok lagian ini nggak kotor banget,” jawab Ayra santai.“Tapi aneh ya, kok kamu bisa kebetulan banget hampir jatuh dan semakin aneh lagi saat jus itu tumpah pas banget di baju aku, haha,” sindir Ayra, dia sangat tahu bahwa Keisha memang sengaja menumpahkan minuman itu padanya.“Aku kesandung pinggiran meja Mas,” jawab Keisha, ia