Bertemu di rumah sakit
Dinda tiba di rumah sakit saat pukul 10.00 pagi. Setelah dari sekolah ia ke rumah sakit dengan menggunakan taksi karena tak mungkin ia meminta Raka untuk menjemput nya.
Saat membuka pintu, dapat di lihat nya Raka yang terkapar di atas lantai bersama seorang dokter yang tak di ketahui nya.
Dinda lantas melewati Raka begitu saja tanpa rasa kasihan atau pun prihatin pada Raka yang seperti kehabisan nafas itu.
"Si Raka kenapa deh?" tanya dinda pada Rayhan. Heran juga ngapain dua pria itu malah berbaring di lantai seperti tak punya kesibukan aja.
"Tadi Papa sama dokter Arziel push up 50 kali, Ray yang di suruh ngitung," jawab Rayhan polos.
Dinda mengernyitkan kening nya bingung dengan jawaban yang di berikan oleh Rayhan. Setau nya Raka bukan tipikal orang yang akan melakukan hal itu, dulu di sekolah saja Raka selalu
Setelah kepergian Aldi, Dinda di kejutkan dengan seseorang yang menepuk punggung nya dari belakang.Ia pun refleks menoleh dan mendapati dua remaja kembar yang tampak cengengesan karena berhasil membuat Dinda terkejut.Siapa lagi, jika bukan Rafa dan Rafi, si duo kembar, keponakan Dinda dan Raka, yang sangat jahil itu."Lo kalian? Kok bisa disini?" kaget Dinda pada kedua remaja itu. Gak mungkinkan mereka datang sendiri, pasti mereka bersama kakak iparnya."Ya bisa lah tan. Kita kan punya kaki buat jalan," kata Rafi sewot."Emang lo jalan kaki ke sini nya? Hebat banget lo bisa jalan sejauh itu," kata Rafa sambil mengeleng gelengkan kepalanya dengan pandangan takjub."Maksud gue gak gitu juga kali, tau ah bicara sama lo gak ada gunanya," balad Rafi sambil merajuk tak tahu tempat."Jangan berisik, ini rumah sakit bukan rumah ka
Rayhan sudah sadar beberapa menit yang lalu, keadaannya sudah lebih baik. Dan saat ini, ia sedang bermanja-manja dengan Megan."Ray makan dulu ya, ini udah malam loh," kata Megan yang sedang di peluk Rayhan. Rayhan sedang bersikap manja dengan mama Megan. Ray udah lama gak lihat bibinya yang membesarkannya itu."Tapi di suapin," pinta Rayhan dengan puppy eyes nya."Iya, mama Dinda yang suapin," balas Megan dengan senang hati, ia sengaja ingin mendekatkan antara ibu dan anak itu. Sudah sangat lama Megan tak melihat mereka interaksi mereka.Namun, Rayhan menggelengkan kepalanya tanda tak setuju. Yang ia minta bukan mama Dinda tapi tante Megan."Gak mau. Maunya Tante, kalo enggak Ray gak bakal mau makan," ancam anak itu, banyak mau nya."Yaudah tante yang suapin," kata Megan berhasil membuat Rayhan kembali ceria. Rayhan memang sangatlah senang keti
Raka, bisma dan dokter sedang duduk berhadapan di sebuah ruangan khusus. Sebenarnya raka heran mengapa dokter ini sedikit kepo dengan masa lalu rayhan. Dokter itu bernama samudra, usianya kira kira 5 tahun di atas raka.Tapi karena tadi di yakinkan oleh abang nya bisma, raka jadi bersedia untuk menceritakannya. Meskipun sebenernya ia ragu."Silahkan pak," ucap dokter samudra, mempersilahkan raka untuk bercerita."Dokter ini mau mendengar yang detail atau cuma singkat nya aja?" tanya raka."Yang detail aja pak raka, agar saya juga bisa membantu rayhan.""Hmm ok."Flashback on6 tahun yang lalu.....Di sebuah sekolah dasar, terlihat 5 bocah sedang berjalan keluar dari gerbang untuk pulang. Sekolah itu sudah sepi, murid murid yang lainnya sudah pada pulang.Mer
Arkan membawa Rayhan ke sebuah ruangan yang cukup menakutkan. Ruangan yang tampak seperti penyanderaan. Namun Rayhan tak tahu karena ia hanya lah seorang anak kecil yang pernah berada di situasi seperti ini.Setelah sampai, Rayhan segera turun dari gendongan Arkan."Om ini dimana? Ray mau pulang."ucap Rayhan dengan nada merengek. I"Lo jangan banyak nanya!"bentak Arkan.Rayhan yang di bentak pun, terkejut karena tiba tiba om nya yang begitu dia sayang malah bersikap berbeda dari biasanya. Om nya yang tak pernah membentak kini malah bersikap kasar pada Ray."Gak. Pokoknya rayhan harus pulang, om sengaja kan bawa ray kesini. Ini tempat apa om?" kata rayhan yang takut akan perubahan Arkan padanya.Tanpa menjawab pertanyaan dari rayhan kecil, Arkan si pemuda berusia 25 tahun itu melangkah keluar tanpa mengunci pintu. Tugas nya telah selesai yaitu memb
BUNUH DIA!" tunjuk Edgar pada ketiga bocah itu yang semakin ketakutan.Reza mundur saat kedelapan pria berbadan besar itu menghampirinya. Ia melirik ke belakang melihat kedua adik nya yang ketakutan, bersembunyi di belakang tubuh nya. Reza juga tak berani untuk melawan tapi demi kedua adiknya ia akan mempertaruhkan nyawanya demi mereka.Reza melihat mereka sebentar. Jika ia mati hari ini, ia siap. Asalkan kedua adik nya bisa selamat. Bagi Reza kecil, keselamatan kedua adiknya jauh lebih penting dari hidup nya. Karena Reza memang sudah tak memiliki siapa siapa namun kehadiran ke empat anak itu membuat jadi sosok kakak yang harus melindungi adiknya.Ia kehilangan kedua orang tuanya saat berumur 3 tahun, dan Reza tak ingin merasakan kehilangan lagi, Reza pernah terpuruk dan kehadiran para sahabatnya itulah yang membuat Reza bisa tersenyum dan tertawa lepas tanpa merasakan kesedihan yang selama ini ia rasakan.
Di lain sisi, Rafi dan rafa yang baru keluar di buat terkejut, karena rayhan tidak ada di tempat nya. Rasa takut dan khawatir menghampiri kedua nya."Ray mana fa?"tanya rafi pada rafa.Rafi yang di tanya ingin sekali menjitak kepala kembarannya, sudah tahu mereka tadi barengan terus ya mana rafa tau si ray kemana."Duh rafi khawatir nih. Kalo misalkan ray di culik terus di jual. Akh bisa mati rafi di gantung om raka," ucap rafi dramastis."Khawatir boleh. Tapi gak usah ngomong sembarangan. Kalo itu semua beneran kejadian, ucapan itu doa tau," kata rafa."Solly. Lafi emang seling khilaf, maafin lafi yang ganteng ini ya," ucap rafi dengan bahasa cadel."Gak usah gitu ngomong nya. Nanti rafa beneran doain rafi cadel sampe besar nanti," ucap rafa dengan datar."Kan bercanda rafa. Gak tahu bercanda kah?" balas rafi yang seb
Raka segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia khawatir dan takut secara bersamaan saat mengetahui putranya dalam bahaya. Raka bersumpah pada seseorang yang telah mencuri anaknya akan membalasnya dua kali lipat dan gak akan pernah memaafkannya siapa pun dia.Orang itu telah salah karena bermain-main dengan Raka, si ketua genk motor paling di takuti dan si juara dalam bela diri itu. Tak ada yang berani berurusan dengan Raka kecuali mantan sahabatnya.Raka yakin, orang itu bukanlah orang biasa karena menjadikan Rayhan anaknya sebagai umpan, dia pasti mengenal Raka dengan baik, karena ia mengetahui kelemahannya berada pada anaknya. Tapi apa tujuannya menculik Rayhan? Jika putranya lecet sedikit saja, Raka tak akan menjamin orang itu akan bisa menghirup udara segar lagi.Akhirnya setelah beberapa menit, Raka sampai di tempat tujuan. Raka segera berlari masuk, namun baru beberapa langkah
Di sebuah ruangan yang sudah di penuhi dengan genangan darah di mana mana, terdapat tiga anak yang tengah terbaring tak berdaya. Kedua anak itu sudah tak sadarkan diri, sedangkan satu lainnya masih sadar, meskipun ia sudah tak memiliki tenaga untuk membuka matanya.Rayhan, anak itu masih tersadar, dengan posisi menyamping membelakangi Edgar yang masih tertawa puas. Dia puas akhirnya rencananya untuk membunuh Rayhan sudah berhasil.Dendamnya beberapa tahun lalu telah terpenuhi, ia telah berhasil membuat Rayhan tak bernyawa saat ini. Meskipun sebelumnya ia sempat gagal membunuh anak dari mantan sahabatnya itu."Hahaha. Ini lah yang gue inginkan, seharusnya dari dulu lo udah mati dan kalau bisa tak pernah lahir untuk melengkapi rumah tangga nyokap bokap lo yang busuk itu."Edgar mendekat ke Rayhan yang ia kira sudah tak bernyawa itu. Manusia yang tak punya hati itu, masih sempat untu