Share

07. Selingkuhan?

Pupil mata hitam Alano telah terselimuti oleh amarah dan kecemburuan. Dia tidak terima mendengar Elrissa menyebut nama pria lain saat mereka tengah bersama.

Agak keras, dia bertanya, "siapa yang kamu sebut barusan? Jawab, siapa itu Daniel?!"

Elrissa tegang. "Aku udah bilang aku nggak tahu, aku nggak ingat, aku nggak tau itu siapa. Keluar dari mulutku gitu aja."

"Rissa..." Alano masih dikuasai cemburu. Aura di sekitarnya kini sangat mengintimidasi. Selain itu, tatapan matanya tampak panik sekaligus takut. "Rissa, kamu nggak bohong 'kan? Jangan manfaatin hilang ingatan kamu buat bohong sama aku! Tolong jujur sama aku!"

"Aku beneran nggak tahu. Aku nggak ingat, siapa itu Daniel? Beneran nggak ingat ..."

"Jangan-jangan kamu selingkuh dariku sebelum kita kemari? Sama orang yang namanya Daniel ini— makanya kamu nyebut nama dia saat aku cium kamu?”

Entah mengapa, Elrissa begitu takut melihat ekspresi wajah yang berubah drastis itu. Dari yang tadinya sangat lembut, menjadi monster.

Tapi, dia sadar, mungkin ini salahnya—kenapa malah menyebut nama pria lain?

Dia mengatakan, "sumpah, aku nggak ingat, aku juga nggak ngerti kenapa malah nyebut nama pria lain. Aku nggak tahu dia siapa ... tiba-tiba muncul di kepala. Maaf, mungkin—"

"Mungkin apa?!"

"Mungkin itu kenalanku atau orang yang apa gitu."

"Kenalan kamu bilang? Kamu kenalan sama orang lain? Kamu beneran selingkuh?“

Elrissa bisa melihat kemarahan, kecemburuan sekaligus rasa takut di mata Alano. Dia memohon, "tolong jangan menuduhku kayak gitu dulu, aku nggak mungkin selingkuh kalau udah berhubungan sama orang lain."

Alano masih memberikan pandangan serius. Dia masih termakan oleh kecemburuan.

Elrissa makin merasa bersalah. Meski dia tak ingat dengan Alano, tapi kelihatan sekali kalau pria itu terluka. Dia menjelaskan, "aku minta maaf, aku nggak tahu dia siapa, tapi aku nggak mungkin selingkuh, aku nggak suka orang selingkuh. Kalau kamu emang suamiku, kamu harusnya tahu itu."

Alano berusaha menenangkan diri. Dia tersadar sudah berlebihan melototi Elrissa. Otot tegang di wajahnya perlahan mengendur.

Dia mengelus pipi wanita itu sembari berkata dengan lembut, "kamu benar, aku berlebihan padahal kamu lagi hilang ingatan. Maaf, Sayang. Aku berlebihan banget."

Elrissa lega.

Alano menambahkan, "aku percaya sama kamu, tapi kamu harus ingat— kamu istriku, kamu milikku, kamu hanya milikku, hatimu milikku ... bukan milik siapapun."

Cara bicara pria itulembut, tapi kalimat yang terucap dari bibirnya begitu posesif nan obsesif. Elrissa akhirnya menjawab, "iya, aku minta maaf, ingatanku kacau banget sekarang."

"Aku nggak mau terdengar jahat sama kamu, aku emang percaya sama kamu, tapi awas aja kalau kamu ternyata selingkuh dariku. Kamu harus setia sama aku karena aku setia banget sama kamu, Sayang."

"I-Iya."

"Tolong janji sama aku, kamu nggak bakalan nyebut nama pria lain itu lagi."

"Iya, aku janji." Tengkuk Elrissa dibuat bergidik akibat mendengar semua perkataan serba posesif dari pria asing ini. Tetapi, dia tidak bisa menolaknya, seolah dibuat patuh dan tunduk.

"Aku ini suami kamu, cuma aku yang kamu cintai," ulang Alano untuk ke sekian kalinya. Malahan, ini sudah layaknya doktrin di kepala Elrissa.

"Iya."

"Aku nggak bisa bayangin kalau kamu sama orang lain, Sayang. Aku cinta banget sama kamu."

Elrissa hanya bisa diam mendengar itu. Dia tak bisa berkata-kata menatap wajah serius Alano.

Alano menambahkan, "aku juga nggak tahu siapa itu yang namanya Daniel, tapi kamu nggak usah khawatir— aku akan cari tahu siapa dia. Kalau sampai istriku menyebut namanya padahal lagi hilang ingatan, mungkin dia cukup istimewa. Aku nggak bakalan biarin orang lain ganggu hubungan kita.”

Masih tak ada jawaban dari mulut Elrissa. Dia makin yakin kalau pria asing di depannya ini tipikal suami posesif.

Tak diduga, Alano memberikan ciuman di kening wanita itu. Kemudian, dia berbisik, "aku cinta kamu, Elrissa."

Ciuman itu cukup singkat, tapi Elrissa masih bisa merasakan sensasi dingin dan keras bibir Alano di kulit keningnya.

Alano bicara lagi, "yaudah, maaf kalau aku barusan nakutin kamu, aku nggak mau kita bahas beginian lagi. Kita harus fokus ke kesembuhan kamu. Berhubung kita belum bisa balik ke kota, jadi aku mau nunjukkin foto-foto kebersamaan kita aja, mungkin kamu bisa ingat. Kamu di sini dulu, aku mau ambil laptop di depan."

"Foto?"

'Iya, kebersamaan kita waktu masih pacaran, terus lamaran, nikah, semuanya ada, kok. Semoga aja kamu bisa ingat semuanya ..."

"Oh ... mmm ... iya." Elrissa mengangguk. Dia mengakui kalau itu ide yang bagus, mungkin saja itu bisa menstimulasi ingatannya.

Setelah mendengar itu, Alano mengenakan celananya yang tergeletak di atas lantai, lalu bergegas keluar dari kamar dengan langkah agak terburu-buru.

Elrissa termenung kembali di atas ranjang. Benaknya diselimuti banyak pertanyaan, siapa itu Daniel? Kenapa rasanya sangat dekat sampai menyebut namanya ketika bermesraan dengan Alano?

Apa dia semacam mantan pacar?

Mungkin kenalan?

Atau, malah selingkuhan?

Elrissa menggelengkan kepala. Dia yakin pada diri sendiri kalau tidak mungkin berbuat semacam itu.

Sebagai orang yang anti perselingkuhan, mustahil dia melakukannya. Terlebih, Alano sangat baik dan penyayang— mana mungkin dia selingkuh dari pria seperti ini?

Dia bergumam lirih, "Alano sangat baik, dia juga bisa nunjukkin bukti kalau kami emang udah nikah. Jadi, apa ini berarti aku beneran istrinya? Tapi ..." ucapannya terhenti karena menyentuh dada. Ada yang masih janggal di sini— firasatnya masih tidak enak. "Kayaknya aku butuh HP."

Iya, dia berpikir mungkin dengan menghubungi teman terdekat, maka bisa menemukan fakta.

Apa dia sudah menikah? Apa Alano itu suaminya? Apa mereka di sini untuk bulan madu? Dan, siapa itu Daniel?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status