Share

06. Siapa Itu Daniel?

"Bagaimana kalau kita ciuman? Mungkin dengan begini ingatanmu bisa langsung kembali?"

Saran dari Alano tersebut sontak membuat muka Elrissa makin memerah. Dia tidak bisa menebak perkataannya serius atau tidak karena pria itu masih menahan tawa.

"Jangan nakal kamu, kamu bilang nggak bakalan ngapa-ngapain dulu, aku beneran belum ingat kamu, loh. Kamu harusnya jangan godain aku terus," katanya kemudian.

"Emangnya kenapa kalau aku godain kamu? Masa aku nggak boleh godain istri sendiri?"

"Kamu nggak takut aku nggak ingat kamu lagi? Perasaan cintaku sama kamu mungkin—"

"Nggak," sela Alano cepat meraba belakang leher Elrissa, lalu menariknya agar berdekatan. Saat wajah mereka hanya berjarak sejengkal, barulah dia berbisik, "mau hilang ingatan atau enggak, aku nggak bakalan takut karena kamu pasti akan cinta sama aku pada akhirnya."

Napas Elrissa tertahan. Dia bisa merasakan hembusan napas Alano menerpa kulit pipinya. Sensasi ini begitu mendebarkan.

Alano mengelus-elus tengkuk Elrissa, tahu itu titik lemahnya. Dia makin mendekatkan wajah mereka. Kedua mata mereka saling terkunci.

"A-Alano?"

"Iya, Sayang?"

"Ka-kamu terlalu dekat."

Rabaan jari tangan Alano naik hingga ke kulit kepala. Pria itu berbisik mesra, "jangan tegang, lemas aja, aku begini buat nunjukin kalau aku cinta banget sama kamu."

Elrissa menyentuh pergelangan tangan Alano, berniat untuk menghentikan aksinya. Tetapi, genggaman tangan pria itu jauh lebih tangguh daripada dirinya.

Alano mendekatkan bibir ke milik Elrissa. Kini, jarak wajah mereka sangat tipis sampai saling bisa merasakan hawa panas tubuh masing-masing.

"Alano ..." Suara Elrissa agak mendesah. Sekujur otot di tubuh seakan lemas, lunglai, tak berdaya akibat sentuhan lembut nan posesif itu.

"Aku suka saat kamu mendesahkan namaku, Sayang." Alano tertawa lirih. Pandangan matanya fokus ke bibir merah Elrissa yang begitu menggodanya. "... seksi."

"Tolong jangan menggodaku terus."

"Nggak tahan 'kan?"

Tak ada jawaban.

Alano beralih mendekatkan bibirnya ke telinga Elrissa. Di situ, dia berbisik, "lihat 'kan— mau kamu hilang ingatan atau enggak, kamu akan selalu tergoda sama aku, jatuh cinta padaku, karena kamu itu milikku, Rissa."

Elrissa tak sanggup lagi menolak godaan, bisikan, serta sentuhan hangat dari jemari Alano. Kedua matanya sempat menutup saat merasakan helaan napas pria itu menyembur di sekitar pipi, leher dan daun telinga.

Tak mendapat perlawanan, Alano lantas memberikan kecupan singkat di cuping telinga Elrissa.

"Udah dong, Daniel ..." Elrissa tanpa sadar menyebut nama pria lain, yang dia sendiri belum ingat.

Terkejut, Alano menghentikan aksinya. Seolah ada pisau tajam yang menghujam jantung. Hasratnya luntur, digantikan dengan rasa cemburu, marah, serta penasaran.

Dia bertanya, "siapa yang barusan kamu panggil itu, Rissa?"

"Aku—" Elrissa panik sendiri. Dia menyentuh bibirnya, tak merasa ingat dengan nama pria yang disebut barusan. "Aku nggak tahu."

"Rissa ..." Sorot mata Alano menajam, menahan gejolak emosi yang perlahan naik. Hatinya perlahan terbakar oleh api cemburu. "Bisa-bisanya kamu manggil nama pria lain saat kita bermesraan?"

"Aku beneran nggak ingat." Elrissa menyentuh kepalanya. "Sumpah, aku nggak ingat."

"Siapa itu Daniel?!"

"Nggak tahu."

Elrissa ingin menemukan orang yang bernama Daniel di ingatannya, tapi tidak ada apapun yang muncul. Tidak ada teman, kenalan, anggota keluarga— siapapun. Tidak ada yang bernama Daniel di hidupnya.

Lantas, siapa itu Daniel? Apa dia baru mengenalnya baru-baru ini?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status