Share

08. Foto Kami?

Alano datang kembali ke dalam kamar tidur dengan membawa laptop. Dia duduk di tepian ranjang, tepat di sebelah Elrissa yang duduk bersandar pada tumpukan bantal.

Pria itu memperlihatkan satu folder berisi file foto serta video tentang dirinya dan Elrissa. Ada ribuan foto yang diambil sejak mereka berpacaran.

Semua foto yang terlihat tampak romantis, Elrissa tahu itu wajahnya, tapi seperti itu bukan dia. Kebanyakan spot foto diambil dari tempat mewah. Sebagai wanita kelas menengah, dia merasa ini bagaikan halusinasi.

Dia menikahi seorang pria kaya raya, berkencan di tempat mewah, lalu menikah?

Iya, ini terdengar seperti mimpi.

"Kita berkenalan sekitar setengah tahunan, lalu sejak empat bulanan yang lalu, kita pacaran, terus aku langsung lamar kamu,“ kata Alano membuka obrolan.

"Aku langsung nerima kamu?”

"Iya. Kenapa?“

"Nggak gitu, apa nggak terlalu cepat pacaran terus nikah?”

"Kamu ini aneh banget, bukannya wanita malah suka langsung dilamar?“

"Iyaa—” Elrissa tertegun, sedang menyusun perkataan agar tidak menyinggung perasaan Alano. Dia sebenarnya tidak percaya langsung menerima lamaran pria padahal belum kenal lama?

Dia adalah pribadi yang sangat waspada, sangat paranoid, terutama dengan para pria. Kalau belum benar-benar yakin, mustahil dia memberikan hatinya pada orang itu.

Alano menunggunya bicara. “Apa, Sayang? Kamu kok kayaknya kepikiran sesuatu?”

"Nggak apa, aku cuma lagi mikir—kamu hebat banget bisa yakin aku buat nikah padahal kita belum lama kenal. Aku ini orangnya agak paranoid soalnya.“

"Aku udah tiga puluh dua tahun, jadi nggak suka pacaran lama-lama, pengen cepet bangun keluarga. Untungnya kamu pengertian, kamu mau langsung nikah sama aku, ya walaupun kamu perlu waktu sebelum kita malam pertama.“

Elrissa sekarang paham kenapa selama sebulan tak disentuh oleh Alano. Semua ucapan pria itu sangat masuk akal. Tetapi, kenapa terasa sangat mencurigakan?

Alano bertanya, "jadi, gimana? Kamu udah ingat sesuatu nggak setelan ngeliat foto-fotonya?”

"Enggak, aku belum ingat apapun.“

"Nggak apa-apa. Kamu udah minum teh herbal yang aku beri 'kan? Yang kemarin itu. Itu bagus untuk sakit kepalamu."

"Iya, makasih. Aku merasa habis minum tubuhku juga hangat, kayak bukan teh— beneran ada herbalnya?"

"Iya, dong. Di sini 'kan dingin, jadi aku tambahin herbal. Kamu suka, nggak?”

"Suka.“

Alano sengaja mendekati telinga Elrissa, menghembuskan napas di situ untuk membangkitkan gairahnya. Lalu, dia merayu, "ngomong-ngomong, Sayang, apa kamu mau aku hangatin lebih instan, nggak?"

"Maksud kamu apa?" Elrissa menahan napas, pura-pura tak paham dengan makna rayuan itu.

Senyum mengembang di bibir Alano. Dia menyentuh dagu wanita itu dengan ujung telunjuknya. "Aku suka kalau kamu akting polos kayak gini."

"A-Aku nggak akting polos."

"Ah, yang bener? Sekalipun kamu hilang ingatan, aku itu tahu gimana sifat kamu kalau berduaan gini."

"Maksudnya?"

Alano makin mendekatkan bibir di telinga wanita itu, dan berbisik, "kamu itu tipe wanita baik di luar, liar di kamar, Sayang."

Wajah Elrissa memerah malu. Dia segera menjauh dari wajah Alano. "Nggak lucu tahu."

"Aku nggak bercanda , kok."

"Enggak."

"Hayo, akui aja kalau kamu itu 'kan nakal sebenarnya~” Alano menyentuh pinggang Elrissa, lalu menggelitiknya.

"Apaan, sih!“ Elrissa menjauhkan tangan jahil Alano sembari menahan tawa. ”Jangan sentuh!“

"Kamu nahan tawa itu, berarti iya 'kan? Kamu suka banget godain aku kalau lagi berduaan aja. Giliran digoda balik malah takut."

Elrissa tergelak. Dia menuding jari Alano yang ingin menyerang pinggang. "Udah cukup, yang nakal itu tangan kamu itu, jauhin dong!”

Alano tersenyum lebar. Dia tak lagi mengganggu wanita itu. Kini, jarinya mencubit hidungnya. "Aku loh gemas banget sama kamu, cantik, lucu, manis, nakal— pokoknya paket lengkap.“

”Udah, dong.“ Elrissa menepis tangan Alano lagi. Dia masih ingin tertawa. ”Kalau kamu gangguin atau godain aku mulu, aku nggak bisa ngeliat fotonya lagi. Aku masih pengen lihat-lijat kebersamaan kita, mungkin aja aku ingat.“

"Iya, iya, ayo dilihat lagi.”

Elrissa masih menatap Alano. Perasaannya jadi campur aduk sekarang. Perlahan-lahan, perasaan ragu menipis. Apa ini artinya— Alano memang sang suami?

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status