Share

bab 10

Mereka tak jadi pulang, tadi Raya sempat di telpon oleh mantan ibu mertuanya jika mereka sudah di beri cuti selama 2 hari. Ibu mertuanya juga menyarankan agar waktu cuti kali ini di gunakan untuk menyenangkan cucunya mumpung Liam juga masih libur sekolah, akhirnya mereka menyetujui usul ibu Raga dan juga Liam yang sudah merengek ingin belajar memanah dengan ayahnya.

Karna tempat belajar panahnya melewati perjalanan pulang jadi mereka langsung ke lokasi namun tadi harus mampir sebentar ke toko baju terdekat karna Raya yang merasa risih karna tidak ganti baju dari semalam.

perjalanan hampir sampai, suasana perjalanan kali ini di dominasi dengan pertanyaan liam pada ayahnya, anak itu bahkan meminta duduk di samping sang ayah.

Liam sangat penasaran dengan kegiatan memanah, ia bertanya pada ayahnya apapun yang bisa ia tanyakan meskipun terkadang pertanyaannya tak masuk akal dan tak berkaitan dengan memanah.

Mereka baru saja sampai, Liam sudah antusias tak sabar ingin masuk kedalam.

"Ayo ayah cepetan, nanti keburu banyak anak yang daftar terus Liam dapat giliran yang belakangan!"

"Sabar dong nak! Tunggu mami dulu itu masih beresin tasnya!"

"Mami lama banget sih jalannya!"

Raya tak menjawab ejekan Liam ia lanjut berjalan di belakang anak dan mantan suaminya.

"Kok tempatnya nggak di lapangan kak?"

"Sengaja kakak cari yang ruangannya ada di dalam gedung biar kamu nggak kepanasan kalo nungguin Liam hehe..!"

"Apaan sih!"

"Tapi bener loh dek, kalo tempat latihannya di lapangan kakak yakin kamu nggak bakalan mau kalo di ajak lagi, panas banget meskipun ada ruang tunggunya!'

Mereka masuk ke ruangan yang berada di lantai 2 itu, Berbeda dari tempat panahan lain, tempat latihan panah kali ini berada didalam ruangan indoor. Lokasinya ada di lantai 2. Selain nyaman, ruangan ini juga didesain colorful. Alat-alatnya juga lengkap, dari busur, anak panah, teropong, hingga stabilizer.

Tak perlu khawatir jika baru pertama kali mencoba panahan. Sebab, ada pelatih yang akan mengajari teknik memanah, mulai dari postur yang tepat hingga memasang anak panah.

Liam sudah mulai di ajari oleh pelatihnya, anak itu terlihat senang. Raga dan Raya duduk berjejer di kursi tunggu sambil mengamati Liam, sejak tadi Raga ingin menanyakan tentang gambar yang di maksud bu Gendis dalam telpon tadi, ia sama sekali tak tahu maksudnya.

Raga mengiyakan pertanyaan bu Gendis karna merasa kesal bu Gendis selalu mengatakan yang tidak-tidak tentang Raya, ia merasa dirinya yang paling tahu tentang Raya jadi ia tak terima jika Raya di bicarakan tak sesuai fakta lagipula Raya juga tak pernah membuat masalah terlebih dulu pada siapapun selama jadi sekertarisnya.

"Dek..kakak mau tanya tapi kamu jangan marah dulu ya?"

"Tanya apa"?

"Gambar yang di maksud bu Gendis tadi bukan kamu yang kirim kan?"

"Apaan sih, gambar apa coba? lihat aja di riwayat chat pesan kamu?"

"Ya emang nggak ada sih, tapi di album handphone ada?"

Raya gugup sampai tak sanggup menjawab pertanyaan Raga, ia hanya diam mengalihkan pandangannya pada Raga.

"Kakak nggak marah dek! tapi kenapa kamu kirim gambar-gambar pribadi kita buat orang lain sih?"

" Ya terus kalo emang aku yang kirim kenapa? kamu marah nggak terima gitu si nenek lampir aku gituin?"

"Kakak nggak marah dek, kakak cuma nggak suka kamu kirim gambar pribadi kita ke orang lain itu aja!"

"Terus aku harus gimana? aku harus diam aja gitu dia jelek-jelekkin aku, memding kamu tanya aja sama dia kenapa dia bisa sebenci itu sama aku?"

"Yang penting bukan kamu yang mulai duluan"

"Kenapa kamu selalu bela si nenek lampir sih? aku jadi curiga kamu pasti ada apa-apa kan sama dia, jujur deh!''

"Ada apa-apa gimana, kamu tadi denger sendiri kan gimana aku juga kesel sama bu Gendis?"

"Trus kenapa nama kontaknya kamu kasih nama gula, karena dia manis gitu menurut kamu? manis apaan muka udah kayak brownis gosong gitu!"

"Gula apa sih?"

" Nggak usah pura-pura bego, gula itu nama sayang kamu buat nenek lampir kan?"

"Duh dek! kalo nama kontak itu dapat langsung dari pak Cakra, kamu tahu pak Cakra kan? ternyata dia kakaknya bu Gendis kakak cuma langsung save aja di handphone!"

"Ngapain kamu minta nomor nya si nenek lampir?"

"Kamu tahu alasannya kok Raya dan aku nggak suka kamu marah-marah nggak jelas kayak gini, kalo bukan untuk kerjaan aku juga nggak mau minta nomor siapapun yang nggak cukup penting buat aku kan!"

Raya terdiam dan memalingkan muka, ia sudah menahan air matanya agar tak jatuh sejak tadi, Raga memang tak memarahinya tapi ia merasa sakit hati karna merasa tak pernah di bela oleh Raga, andai saja Raga tahu apa pesan yang di tulis si nenek itu.

Raya masih diam begitu juga Raga, mereka saling diam sampai Liam menghampiri mereka.

"Mami haus!" Raya membuka tutup botol minuman untuk Liam dan masih diam

"Gimana tadi latihannya, seru nggak?" Raga bertanya Pada anaknya

"Seru yah! aku suka, mata aku tadi di suruh merem satu biar fokus satu titik kata coach nya."

"Jadi masih mau lanjut latihan ini?"

"Mau dong, aku mau latihan terus biar cepet bisa! kata coach-nya kalo cepet bisa nanti bisa lomba sampai luar negeri juga!"

"Ya udah nanti biar ayah yang bilang kalo kamu mau lanjut terus, tapi nggak boleh malas loh Liam harus rajin latihan !"

"Iya yah! aku udah suka sama ini nanti kalo ayah nggak bisa anterin mami pasti mau anterin kok!"

"Siapa bilang mami mau anterin terus?" Raya menyahut percakapan anak dan ayah itu

"Ya kan antarnya pas ayah nggak bisa nganterin aja, pas ayah bisa kan mami nggak antar gapapa!"

"Tapi ini jauh nak! kalo latihannya seminggu 3kali sama kayak kamu latihan bola ya kasihan dong kamu, nanti capek trus istirahatnya jadi nggak tepat waktu!"

"Ayah...aku mau latihan terus ayah!"

Liam merengek pada Raga, Liam memang masih kecil tapi kegiatannya di luar sekolah melebihi anak sekolah seusianya, seminggu 3 kali latihan bola, ada lagi les dari sekolah, lalu ia juga mengikuti les privat khusus bahasa inggris dan mandarin sekarang ia mau ikut latihan memanah. Raya sangat kasihan pada Liam selain jadwalnya yang sudah banyak jarak antara rumah dan tempat latihan ini lumayan jauh.

"Jauh loh nak, kalo kamu mau latihannya di samain kayak latihan bola kamu bakal capek nantinya!"

"Enggak capek mami, aku kuat, aku udah suka sama ini! "

Raga menghembuskan nafasnya melihat mata Liam sudah memerah, urusan dengan maminya belum selesai sekarang di tambah dengan perdebatan ibu dan anak yang harus ia selesaikan juga.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status