Share

bab 9

Author: Kalana senja
last update Last Updated: 2024-02-02 18:38:32

Sarapan sudah datang, Liam juga sudah selesai mandi dan sudah berpakaian lengkap, saat ini putra raga itu sedang berbaring santai di ranjangnya sambil melihat tayangan kartun yang ada di televisi hotel.

Liam tidak mau sarapan sendiri, padahal makanan sudah datang sejak 15menit yang lalu, sekarang ia sedang menunggu maminya yang sedang mengambil pakaian ganti ayahnya yang berada di mobil.

Tadi setelah Liam selesai mandi Raga berteriak memanggil Raya untuk mengambil pakaian ganti yang ada di bagasi mobil, Raya tidak tahu jika Raga membawa baju ganti makanya semalam ia hanya membawa baju ganti milik Liam saja.

Menunggu 10 menit akhirnya pintu terbuka menampakkan mami nya yang sedang membawa paper bag yang pasti berisi pakaian ayahnya.

"Kok belum sarapan sih nak, udah mami siapin lho itu di piring, keburu dingin nanti!" Liam hanya bergumam tak jelas matanya masih fokus pada televisi.

"Kak ini bajunya aku taruh meja kamar mandi cepetan di ambil!"

Bukannya tak mau mengantarkan sampai dalam, tapikan itu tak boleh dan mereka sudah bukan mahram lagi begitulah pikiran Raya.

"Ayo sini cepetan makan, udah dingin ini nasinya lauknya udak mami campur sekalian ini, nggak enak kalo nggak langsung di makan!"

'Bentar mam, tunggu ayah dulu!"

Liam tetap tak beranjak dari tempatnya, hal itu membuat Raya sedikit geram dengan tingkah putranya.

"Mami marah ya kalo Liam nggak nurut gini! tadi yang minta di siapin makan duluan siapa?"

kreek

Raga keluar dari kamar mandi dan sudah berganti pakaian yang di bawa Raya tadi, mendengar nada bicara Raya yang sedikit tinggi membuatnya berpikir pasti anaknya telah membuat kesal maminya.

"Kenapa lagi?"

"Anak kamu, tadi minta makan duluan udah aku siapin juga, sekarang makanannya malah di anggurin nggak dimakan, udah aku campur sekalian sama lauknya lagi, kan nggak kalo udah dingin gini kak!"

"Udah biar aku aja yang makan, Liam sini sarapan dulu nak!"

"Kakak jangan belain ya, makin seenaknya itu anak kamu, Liam sini kamu! kamu jangan bikin mami marah pagi-pagi di tempat orang ya!"

Raya bangkit berniat meng hampiri Liam namun baru dua langkah Liam sudah berlari dan duduk lesehan di samping ayahnya. Raya tak habis pikir dengan kelakuan ayah dan anak ini sepagian ini sudah membuatnya sedikit naik darah.

"Liam kamu ambil sendiri siapin sendiri yang mau kamu makan, ingat harus di habiskan, belajar komitmen sama diri sendiri!"

Liam dengan tampang cemberut mengambil piring dan memulai menyiapkan makan untuk dirinya sendiri.

Raya tersenyum mendengar ucapan Raga, Liam memang anak satu-satunya mereka tapi selalu memaklumi sikap yang membuat orang lain jengkel sama saja membuat Liam menjadi anak yang semaunya dan Raya tak ingin itu terjadi.

Raga pun bisa saja membela Liam mengingat hal ini bukan masalah besar tapi melihat raut mantan istrinya yang terlihat sudah menahan amarah sejak tadi membuat nyalinya ciut, takut Raya juga kesal padanya dan pula ia tak ingin merusak suasana sarapan mereka pagi ini.

"Sambelnya pedes nggak yah?"

"Ya pedes dong, namanya juga sambel, kenapa kamu mau coba?"

" Pengen sih tapi nggak jadi deh, takut!"

"Ya kalo nggak di coba gimana bisa nggak takut lagi, nih cobain punya mami sambelnya dikit nasi sama sosisnya yang banyak!"

Raya menyodorkan sendoknya pada Liam, awalnya Liam ragu-ragu tapi melihat kedua orang tuanya yang terlihat meyakinkan akhirnya ia membuka mulutnya dan menerima suapan Raya.

"Gimana pedes nggak?" Raga bertanya pada Liam

"Enggak tapi ada pedesnya dikit!"

"Nih ayah ambilin sambalnya dikit kamu atur sendiri makannya gimana!" Raga menyedokan seujung sambal di sendoknya lalu meletakkan di piring Liam.

"Jangan banyak-banyak ambilnya, samain kayak punya mami tadi aja !"

Liam mencoba sendiri seperti yang maminya berikan tadi, tapi karna tak bisa mengatur porsi akhirnya ia kepedasan.

"Huh ...pedes!! minum!"

Raga segera memberikan segelas air pada putranya sambil tersenyum melihat tingkat Liam, sudah sebesar ini tapi tak mampu makan pedas.

Kembali asyik menikmati sarapan setelah drama kepedasan Liam membuat mereka terkejut mendengar ponsel milik Raga yang sedang di charger berbunyi, ada panggilan telepon masuk.

Raga bangkit dan langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat nama kontak pemanggilnya.

"Ya halo!''

"Iya lagi ada kepentingan sedikit sama keluarga,kenapa ya bu?"

"Tapi bukannya sudah di wakilkan sama bapak saya kan?"

"Foto apa? oh iya itu memang saya yang kirim"

Mendengar kata foto membuat Raya menegang, ia takut ketahuan Raga jika ia yang mengirim gambar pada nenek lampir itu, Raya menebak pasto yang menelpon Raga si nenek lampir.

" Maaf bu mengenai gambar tadi saya rasa satu hal yang tidak perlu di sangkut pautkan dengan pekerjaan, lagipula pesan dari anda juga bukan yang menyangkut pekerjaan saya, saya minta maaf jika anda sakit hati atau tersinggung dengan pesan tadi, tapi lain kali jika anda merasa mudah tersinggung lebih baik jauhi hal-hal yang menyebabkan kesehatan hati anda terganggu sebelum terlambat!"

"Kita dari divisi yang berbeda bu! jikapun bisa kita berduskusi atau membahas tentang pekerjaan tapi topik yang di bahas akan sangat melenceng dari pekerjaan kita sehari-hari, lagipula di banding saya anda dapat meminta masukan dari atasan anda langsung!"

"Udah deh bu urusan saya sama keluarga saya itu bukan urusan bu Gendis, jadi saya mohon berhenti mencampuri urusan pribadi masing-masing!"

Raga meninggikan suaranya karna merasa jengah dengan si penelpon yang tak kunjung mengakhiri obrolannya.

"Apa anda tahu jika telpon anda sekarang menganggu aktivitas sarapan keluarga saya dan saya amat merasa obrolan kita sekarang sangat tidak penting ini!" Raga mematikan telponnya lalu menghapiri Raya dan Liam.

"Ayah telponan sama siapa?"

"Temen kerja ayah sama mami" bukan Raga yang menjawab tapi Raya yang menjawab pertanyaan Liam.

"Tambah lagi nasinya!" Raga menyerahkan piringnya pada Raya.

"wah ayah nambah lagi makannya, pasti ayah lapar lagi ya soalnya habis marah-marah, makanya Liam nggak pernah marah dan ngambek sama mami kalo pas Liam di marahin soalnya Liam nggak mau cepat lapar, kalo kebanyakan makan kan nanti Liam nggak bisa di posisi striker dong pas main bola!"

"Liam jangan ngomong terus, biarin ayah makan dulu!"

Raga menatap Raya dengan pandangan curiga, namun ia merasa tak berhak marah atau menghakimi Raya. Ia yang lebih kenal Raya dibanding orang lain, tak mungkin Raya melakukan itu jika tak ada yang memancing masalah lebih dulu. terlebih ia tahu jika bu Gendis tak pernah suka dengan Raya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Rayuan cinta mantan suami   bab 19

    "ya tadi yang marah-marah sama Liam tadi !” “ Tadi namanya Tante Gendhis , teman kerja ayah. “ “ Kalau tante itu teman kerja ayah kok dia nggak tahu Liam , ? “ “ Kan, Memang Liam sama tante gendhis nggak pernah ketemu, dia itu adiknya Om Cakra.” “ Om Cakra baik kok adiknya kayak mak lampir ! “ Liam masih menjawab seenaknya, ternyata ia masih menyimpan rasa kesal pada Gendhis. Raga jadi ragu untuk bertanya lebih detail permasalahan tadi, tapi jika tidak segera bertanya Raga takut Liam akan mengadu pada Raya karena jika liam mengadu pada Raya dia pasti bertambah benci pada Gendhis mengingat Raya dan Gendhis memiliki hubungan yang sangat tak baik dan sudah pasti Raga juga akan terkena amukan dari Raya. “ Jadi gimana awalnya kok tante Gendhis bisa marah-marah sama kamu ? “ “ Bentar habisin susu dulu ! “ Raga masih memperhatikan Liam yang sudah menyedot habis susu pisangnya dengan sangat semangat. “ Hah.. enaknya ! “ “ Jadi gimana awalnya ? “ “ Kan aku lari dari tama

  • Rayuan cinta mantan suami   18

    Karena tak sabar ingin segera kembali pada ayahnya Liam bahkan tak memperhatikan kanan-kiri, Ia terus berlari sampai tiba-tiba terdengar suara seorang wanita kesakitan karena tertabrak olehnya. “ Aduh….. sakit !! “ Seorang perempuan dalam posisi terduduk sedang menjerit kesakitan. Liam yang masih kaget ia tetap terdiam dalam posisi tengkurap dan makanan yang di bawanya jatuh sebagian dari kantongnya. Semua orang yang sedang berada disitu nampak kaget mendengar suara jeritan perempuan tadi, terlebih yang mengalami kejadian tadi adalah cucu dan anak boss mereka. Para karyawan segera membantu Liam berdiri dan sebagian lagi memunguti makanan Liam yang jatuh tadi.Liam berdiri namun masih diam belum bisa menjawab pertanyaan para karyawan ayahnya yang menanyakan keadaanya, Nampaknya rasa kaget nya belum hilang , Ia di tuntun untuk duduk terlebih dahulu. “ Heh bocah kalau mau lari-larian jangan di sini, Di sini itu tempat orang kerja bukan arena bermain, Lagian kalau mau lari-larian

  • Rayuan cinta mantan suami   17

    Raga dan Liam Di dalam ruangan wakil direktur ada ayah dan anak dengan kesibukan masing-masing, tak ada suara sejak tadi, keduanya sangat fokus dengan kegiatan masing-masing. Raga masih fokus dengan layar laptopnya dan Liam masih fokus dengan tabletnya. Sejak pulang sekolah tadi Liam merengek ingin ikut ayahnya bekerja, hingga akhirnya ia berada di sini sejak 2 jam lalu. Raga sudah pasti mengizinkan asal dengan satu syarat tidak boleh berisik saat ayahnya bekerja, lagipula Liam tadi sudah meminta supir kantor ayahnya untuk langsung di antar ke kantor saja, dengan begitu ia tidak perlu meminta izin pada pada sang ibu. “ Yah Liam lapar! “ Raga mengalihkan fokusnya pada laptop di depan nya dan menatap sang putra. “ Kamu tadi nggak di bekali mami ? ‘’ ‘’Udah habis, hari inikan pulang cepat jadi mama Cuma bekal jajan doang .” Raga menghela nafas kasar, sebenarnya ia pun merasa lapar dari tadi pagi ia hanya minum sereal sachet tanpa terlebih dahulu sarapan. Ia merogoh kantong cel

  • Rayuan cinta mantan suami   bab 16

    Cakra mendatangi Raga di kantor barunya, Ia masih tak terima dengan keputusan Raga yang tiba-tiba memutuskan sebagian kerja sama dengan perusahaan miliknya. Laki-laki bertubuh kurus itu meminta penjelasan karna merasa tak melakukan kesalahan pada perjanjian kerja sama yang mereka setujui."Silahkan pak!" Sekretaris Raga yang baru membuka pintu mempersilahkan Cakra masuk setelah sebelumnya sudah mendapat izin dari atasannya."Nggak usah basa-basi kamu tahu kan maksud kedatanganku kesini!" Cakra langsung pada inti permasalahan."Apalagi masalahnya? bukannya udah jelas alasannya apa?" "Kalau cuma itu alasannya aku yakin kerja sama kita masih bisa di lanjutkan Raga!""Sayangnya memang itu alasannya, kamu tahu sendiri posisi aku udah nggak mungkin menangani sendiri kerja sama ini, sedangkan kamu bilang sendiri kalo bukan aku yang handle sendiri kamu nggak mau lanjut karna pesimis akan gagal?""Kamu pikir aku percaya gitu aja, kita udah sering kerja sama bareng Raga dan ini bukan masalah

  • Rayuan cinta mantan suami   Bab 15

    Acara tadi perpisahan Raga tadi siang berjalan lancar, hanya Raya saja yang tidak nyaman berada di acara itu, sebenarnya ia sangat pantas berada disana mengingat posisinya sebagai sekretaris Raga namun seseorang membuatnya sangat tak nyaman hingga ia meminta Raga untuk pulang terlebih dulu sebelum acaranya selesai.Ya bu Gendis orangnya, perempuan itu sangat mengintimidasi Raya bahkan sejak pertama kali Raya dan Raga datang, padahal Raya sudah mencoba tak mempermasalahkan masalah kemarin. padahal jika ia mau ia bisa saja mengadu pada ayahnya atau pada Raga namun ia tak melakukannya ia merasa bahwa masalah ini tak perlu di besar-besarkan.Tapi sepertinya bu Gendis memang menaruh dendam padanya, perempuan itu semakin menunjukkan hawa permusuhan padanya dan mulai saat ini Raya sudah memutuskan akan melawan apapun yang di lakukan bu Gendis padanya. Apalagi sekarang sudah tak ada Raga.***Posisi Raya di kantor masih sama meskipun sudah bukan Raga lagi yang menjadi atasan, katanya sih ada

  • Rayuan cinta mantan suami   bab 14

    2 hari berlalu sejak acara makan malam bersama kemarin Raya sudah sehat, Ia berniat akan kembali bekerja lagi besok karna sekarang hari minggu. Saat ini ia sendiri di rumah, Liam sejak tadi pagi sudah di jemput para kakek yang sudah janjian untuk memancing bersama.Sekarang ia kebingungan mencari dimana ponselnya berada seingatnya ia sudah tak pernah memegang benda pintar itu sejak ia merasa pusing di kantor dulu. Apa jangan-jangan ketinggalan di meja pikirnya, sudah lelah mencari akhirnya ia memutuskan menelpon Raga."Halo kenapa dek?""Kakak belum bangun?" "Hemm..!""Kakak lihat hp aku di meja kantor nggak, di rumah aku cari-cari nggak ada?""Apa? hp ya...?""Iya kak! kakak ada lihat nggak?''"Itu..e--enggak dek! udah nanti agak siang kakak mau ke kantor nanti kalo ada kakak bawain sekalian!""Ngapain hari libur ke kantor? kakak jangan bohong deh lagian mau ke kantor sama siapa coba?""Kamu lupa kalo mulai besok kakak udah pindah ke pusat? hari ini anak-anak kantor minta kakak ngu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status