Share

4

Sudah dua jam kami menunggu di sini. Madania dari tadi tidak henti-hentinya mengelus bulu kelinci yang ia pegang. Apakah benar di luar sana hewan sudah punah? Ketika aku menempelkan telingaku ke  tanah. Aku mendengar suara langkah kaki.

Kutarik Madania untuk bersembunyi di balik sebuah batang kayu besar. Terdengar juga suara pengaman senjata di matikan. Apakah mereka musuh atau teman?

“Sinyal Madania berasal dari sini. Tapi di mana orangnya?” ucap mereka.

Madania keluar dari persembunyian kami. Dia melambaikan tangannya, “Aku di sini! Terima kasih karena sudah datang!”

Madania kemudian terlibat sedikit percakapan dengan temannya. Kemudian dia dan temannya menarikku keluar dari persembunyianku. “Perkenalkan, aku Roger. Senang bertemu denganmu peri hutan.”

“Kami ada tugas tambahan untuk menginvestigasi lokasi di sekitar sini. Kamu mau ikut?” tanya Roger padaku. “Lalu Madania bilang kamu punya kekuatan ajaib juga.”

“Kenapa harus aku?” tanyaku.

“Punya warga lokal untuk membantu kami akan lebih mudah. Kami sedang meneliti para mayat hidup yang ada disekitaran sini.” Jawab Roger. “Bisa kamu tunjukkan kekuatan ajaibmu?”

Kubungkukkan badanku, mengambil tanah segenggam di telapak tangan. Kupikirkan sebuah tanaman semangka yang sudah berbuah. Aku buang lagi tanahnya, dari tanah itu muncul tanaman semangka serta buahnya yang besar.

Roger terbelalak tidak percaya. Dia kaget dan terjatuh ke tanah. Melihat keajaiban yang terjadi di depan matanya. “M-Madania! K-kita menemukan jackpot! O-orang ini ... . Penyelamat Bumi!”

“Penyelamat Bumi apaan? Aku sendiri tidak tahu kekuatan ini darimana. Ayo, kalian mau menginvestigasi daerah mana?” tanyaku. Kuambil semangka itu dan kubelah dengan pisau tempur Madania.

Aku bagi menjadi 3 dan membagikannya. “Makan dulu biar segar. Biar tidak lemas kalian.”

Roger menerima dengan cepat dari tanganku. “Terima kasih! A-aku tidak menyangka akan menemukan penyelamat Bumi di sini.”

“Aku duluan yang menemukan.” Kata Madania, tangannya menerima semangka dariku. Dia mengigitnya. “Mmh, segar dan enak!”

“Ahahah, aku senang bisa memakan buah asli. Bukan sintetis buatan laboratorium. Tak kusangka aku bisa merasakan buah asli.” Ucap Roger dengan gembira.

Serius? Sampai segitunya? Apa yang terjadi di luar sana? Setelah menghabiskan sisa semangka. Aku mengekor di belakang mereka. Kami berjalan keluar hutan, melewati reruntuhan desa, kemudian lanjut ke sebuah air terjun di sungai.

“Markas pusat bilang ada di balik air terjun ini.” kata Roger dan melihat gawainya. “Aku akan mulai meminda jalan masuknya.”

“Tetap waspada Madania. Meskipun Markas Pusat bilang tempat ini aman tanpa gangguan. Tapi setidaknya dari tumpukan tengkorak manusia itu. Di sini pasti berbahaya.” Roger menunjuk sebuah tumpukan tengkorak manusia di dekat sebuah batu besar.

“Entah makhluk seperti apa yang bisa memakan manusia sebanyak itu.” Katanya lagi, dia mematikan pengaman senjatanya. “Berhubungan kita berada di dekat sungai, kemungkinan ada hewan air buas.”

“Hewan? Tidak mungkin,” kataku. “Mereka tidak menyakiti asal kita tidak mengusiknya.”

“Hewan yang dulu mungkin iya. Tapi hewan yang sekarang setelah bermutasi jadi ganas.” Ucap Roger. “Pindaian selesai. Mari kita lihat di mana pintu masuknya.”

“Tepat di balik air terjun. Ada pintu gerbang dari batu.” Kata Roger, dia terjun ke sungai yang dangkal dan menembus air terjun.

“Er Roger, sepertinya kamu harus cepat keluar dari air.” Kata Madania. Dia mengarahkan senjatanya ke arah sosok besar yang berada di belakang Roger. “Tipe A! Mutan raksasa!”

Roger membalikkan badannya dan melihat sebuah raksasa berada di belakangnya. Raksasa ini sangat besar sekali, tingginya tiga kali manusia biasa. Kepalanya ada 5 dan memiliki tangan 18. “Sial! Kenapa munculnya tidak dari tadi!”

Raksasa itu memukul tempat Roger berdiri. Roger berhasil menghindarinya dan cipratan air besar tercipta. Roger menembaki makhluk itu. Tetapi makhluk itu menerima serangannya dan meraung.

“Markas pusat! Aman apanya? Mutan ada di sini!” ucap Roger dan berlari ke seberang sungai yang berlawanan.

Kini pandangan makhluk itu mengarah pada Madania. Dia hentak menghantam Madania yang gemetaran dan duduk tak bisa bergerak di tepian sungai. Aku berlari ke depannya dan menjadi tembok baginya.

Tapi serangan makhluk itu bakal. Jarak tangannya dan mukaku sangat dekat. Hembusan angin yang dikeluarkan pukulannya sangat kuat. Makhluk itu menundukkan kepalanya dan melihatku. Kemudian dia meraung sekali lagi dan berjalan pergi menjauh.

Madania yang gemetaran mencoba untuk berdiri. Roger keluar dari persembunyiannya dan menembaki makhluk itu tadi. Makhluk itu mengamuk dan melempar sebuah batu besar ke arah Roger.

Roger dengan cepat menhindarinya. Batu itu tepat mengenai air terjun. Kami bertiga kaget begitu mengetahui batu itu tembus saja ketika menabrak air terjun. Roger tersenyum dan masuk ke dalamnya. “Jackpot! Aku duluan!”

Makhluk itu kini berada di hadapanku. Dia melihatku begitu saja. Tidak berniat untuk menyerangku sama sekali. Madania bergetar ketakutan di belakangku. Aku membalas tatapan makhluk itu.

“Pergilah! Biarkan tempat ini begitu saja!” teriakku memberanikan diri. Makhluk itu meraung dengan keras. Kemudian pergi perlahan tapi pasti.

“Kalian cepat masuk ke dalam sini!” perintah Roger.

CKRAK!

Dari semak-semak muncul tentara dari  Sovyet. Aku dan Madania mengangkat tanganku. Tapi kemudian para tentara itu menurunkan  senjatanya. Seorang pria keluar dan mendekatiku dan Madania.

“Dari PMC Silverstar?” tanyanya.

“Iya,” jawab Madania.

“Berarti kalau begitu misi kami selesai. Kami diperintahkan untuk menjemput kalian dan menjaga kalian selama menginvestigasi.” Balasnya. “Lakukan dengan cepat selagi kami menjaga daerah ini.”

Madania dan aku kini masuk ke dalam kuil. Roger melihat kami dengan penuh curiga. Dahinya berkerut dan mengisyaratkan bagi kami untuk bersembunyi bersamanya.

“Ada apa?” bisik Madania.

“Tentara itu mencurigakan. Aku baru saja mengkonfirmasi kepada markas. Kalau mereka tidak meminta bantuan dari Sovyet sama sekali.” Jawab Roger dan berbisik.

“Lalu yang di luar itu mereka siapa?” tanyaku. “Kenapa mereka bilang begitu?”

“Entahlah, kita harus berhati-hati.” Jawab Roger. “Kamu bisa menunggu di sini sementara kami mengamati relief yang ada di tempat ini.”

“Baiklah.” Kataku dan keluar dari persembunyian. Madania dan Roger mulai melakukan tugas mereka. Untuk mengusir rasa penasaranku aku berkeliling tempat ini. Tanpa sengaja aku menyenggol sebuah stalagtit. Dari luarnya stalagtit ini saja sudah aneh.

Dari pecahannya terdapat sebuah lubang. Aku melongok masuk ke dalam lubang itu. Kumasukkan tangan kiriku karena aku melihat ada sesuatu di dalamnya. Sebuah pintu batu terbuka.

“Er kalian tidak mau melihat ini?” tanyaku pada Madania dan Roger. Mereka tidak menjawabnya karena sedang asik memindai beberapa relief di dinding tempat ini.

Ya sudahlah, sepertinya aku akan masuk duluan. Dari pintu batu yang terletak di bagian belakang tempat ini. Ada lorong menjorok ke bawah. Tidak ada tangga sama sekali dan tempat ini sangat licin.

Langkahku aku pelankan, tentu saja tidak ada yang mau terjerumus dan terpeleset di sini kan. Semakin ke dalam semakin gelap. Aku mencoba kembali karena terlalu gelap untuk aku eksplorasi sendirian.

Eh?

SRAT!

Aku terpeleset dan meluncur jauh ke bawah.

“AAAAAAAAAAA!”

Setelah menabrak dinding lorong ini sana-sini akhirnya aku sampai di suatu tempat. Tempatnya gelap sekali dan aku tidak bisa melihat apa-apa. “Halo? Ada seseorang yang bisa membantuku?”

Tempat ini begitu gelap sekali. Juga bau pengap, saking gelap gulitanya aku harus mengatakannya beberapa kali. Aw, kakiku tersandung sesuatu! Aku terjungkal jatuh ke depan dan menabrak sesuatu yang keras.

BRAK! BLAR! BYUR!

Air! Aku terjatuh di dalam kolam! Tolong! Tiba-tiba seluruh ruangan ini bercahaya dan bersinar. Mataku silau untuk melihat apa yang terjadi. Aku memejamkan mataku dan berenang ke permukaan.

FUAH!

Begitu aku sampai ke permukaan kolam semuanya sudah terlihat. Tembok ruangan ini bercahaya, nampak sebuah relief bersinar. Ada beberapa gambar-gambar aneh yang aku tidak tahu artinya.

“Di sini kamu rupanya, apa ini!” Roger terkejut melihat relief di tempat ini bercahaya. “Madania cepat dokumentasikan!”

Roger menolongku keluar dari kolam. “Kamu tidak apa-apa. Kerja bagus menemukan ruang rahasia.”

“Entahlah, aku hanya bosan dan berkeliling tiba-tiba terjatuh ke sini.” Jawabku dan memeriksa relief di dinding ruangan ini. sebuah pilar yang ada di tengah-tengah ruangan ini roboh. Dari dalam pilar itu terdapat suatu bola yang berkilau.

Roger berusaha menyentuhnya, “Aduh! Bola ini melukaiku.”

Sarung tangan Roger robek bagian telapak tangannya dikala ia mencoba mengambil bola itu. Madania yang selesai mendokumentasikan relief itu mencoba mengambilnya. “Aw! Sama, bola ini merobak sarung tanganku.”

“Ambillah.”

Suara ini lagi, mengapa sih kamu menghantuiku. “Kenapa aku harus mengambil. Bukankah mereka tidak bisa mengambilnya? Aku tidak mau melukai diriku.”

“Kamu bicara dengan siapa?” tanya Madania.

“Dengan suara aneh di kepalaku.” Jawabku. Tetap, aku tidak mau mengambilnya. Toh, mereka berdua mencoba mengambilnya malah terluka kan? Kenapa aku harus mengambilnya juga?

“Ambil kataku!”

Suara ini muncul lagi. Aku diam saja dan tak meresponsnya. Roger berinisiatif lain, dia membuka tas peralatannya. Dia mengambil sebuah capit dan kotak khusus. Ketika ia hendak mengambilnya dengan capit itu.

Capit itu hancur berantakan, Roger dan Madania terkejut. Madania melihatku, “Coba kamu ambil peri hutan. Mungkin kamu bisa mengambilnya. Bola ini misterius sekali.”

Roger menyentuh suatu tombol di baju tempurnya. “Aku akan merekam dan menyiarkan ini langsung kepada markas pusat. Supaya mereka percaya bola ini tidak bisa diambil.”

“Ambil bodoh! Manusia biasa tidak akan pernah berhasil mengambilnya.”

Aku tidak peduli. Aku tidak mau menuruti suara misterius ini. Tiba-tiba kepalaku pusing karena tidak mendengarkan perkataannya.

“Ambil! Cepat ambillah kalau kamu mau melihatku lagi!”

Persetan, aku mendekati bola itu. Ketika tanganku menyentuhnya, bola itu berubah menjadi kubus dan bersinar dengan terang. Bencana selanjutnya terjadi.

DOR! DOR! DOR!

Aku tertembak di kepalaku. Madania dan Roger juga sama. Kubus ditanganku jatuh bersamaku. Para tentara sovyet di luar tadi masuk dan mencoba merebut kubus di tanganku.

Eh, bukannya ketika tertembak di kepala aku harusnya mati. Tapi kenapa aku masih hidup? Suara misterius itu terdengar lagi.

“Pinjam tubuhmu sebentar.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status