Share

5

Aku tiba-tiba saja berada di tempat lain. Banyak bintang-bintang di langitnya. Ada sebuah pohon besar di sana. Lalu ada seorang wanita di sana. Kakiku melangkah menghampirinya.

Wanita itu melihatku dan tersenyum. Dia melompat secara tiba-tiba pada tubuhku. Lalu tidak terjadi apa-apa. Apakah ini aku pertanda dulunya wanita?

Tempat ini pasti tempat sebelum menuju neraka atau surga. Mungkin wanita itu tadi malaikat maut? Aku lihat ada semacam garis-garis aneh di bawah pohon itu. Hingga beberapa waktu kemudian, aku menyadari bahwa garis-garis ini bukan garis. Melainkan gambar tata surya.

Belum hilang rasa penasaranku tentang gambar ini. Tiba-tiba aku kembali ke dunia nyata. Kudapati Roger dan Madania memeriksa tentara sovyet yang tiba-tiba tewas begitu saja. Di tubuh mereka tumbuh tanaman yang menjulur keluar dari mulut mereka.

Mereka juga menempel di tembok ruangan ini yang notabenenya adalah tanah. Roger melihatku yang memegang kubus ini. “Apa yang terjadi? Aku tidak ingat apa-apa.”

“Aku juga. Lalu tentara sovyet ini tewas bukankah tad-.” Madania terdiam sejenak. Dia hendak mengatakan sesuatu tapi ia tahan.

“Bagaimana denganmu peri hutan?” tanya Roger padaku. “Mengingat sesuatu yang terjadi?”

“Entah. Aku yakin tadi aku merasa tiba-tiba di surga setelah menyentuh bola yang menjadi kubus ini.” jawabku. “Mungkin kameramu merekam sesuatu?”

“Ah benar!” ucap Roger. “Sayangnya hasil rekamannya hanya bisa kita lihat setelah pulang ke markas.”

“Markas pusat, meminta evakuasi untuk pulang.” Roger mencoba menghubungi untuk meminta bantuan. Kemudian Roger berbincang-bincang dengan seseoranga di saluran komunikasinya.

“Tinggal 4 kubus lagi yang harus kamu temukan. Saat kubus itu terkumpul 2 aku bisa menampakkan wujudku lagi.”

Suara misteri ini lagi. Ah sudahlah, sepertinya aku harus menerimanya memiliki kekuatan seperti ini. Kubus ini masuk ke dalam tubuhku. Menyatu dengan diriku, tiba-tiba saja aku melihat sebuah bayangan samar di hadapanku.

“Saat ini hanya berupa bayangan seperti ini lagi. Secepatnya kamu pasti aku bisa melihat wajahku. Cari kubus berikutnya ya, supaya kamu bisa melihatku dan aku bisa bercerita semuanya.”

Roger tiba-tiba mendekatiku dan menyetrumku. Aku terjatuh ke tanah, Roger memenindih punggungku dan memborgol kedua tanganku ke belakang. Terlihat Madania kebingungan melihat tingkah Roger. Mereka berdua terlibat perdebatan hebat sementara aku perlahan kehilangan kesadaran.

Aku ditawan lagi? Sial sekali nasibku, aku padahal hanya ingin hidup damai dan bisa pulang ke kakakku. Ketika aku tersadar, aku mendapati diriku berada di dalam pesawat OSPREY. Ada beberapa orang yang memakai baju tempur persis seperti Madania dan lainnya.

“Aku mau dibawa ke mana?” tanyaku pada Madania dan Roger. Mereka semua terdiam dan tidak memperhatikanku. Kecuali Madania, dia menatapku dan menghembuskan napas panjang.

“Intinya kami disuruh diam dan tidak menjawab.” Kemudian dia membuang muka lagi. Aku intip dari kaca jendela pesawat ini. Di luar sana semuanya putih bersalju lebat. Seperti di daerah tundra, vegetasinya tidak ada sama sekali.

Apa-apaan ini? Di mana ini? “Hah ya sudahlah. Aku memejamkan mata sekali lagi dan semoga saja sudah sampai.”

Aku memejamkan mataku dan mencoba tertidur. Sebenarnya aku tidak tertidur, telingaku terpasang lebar dan hendak mencuri dengar. Terdengar suara Roger, “Hebat. Kita menemukan penyelamat Bumi. Kita pasti dapat promosi besar Madania.”

“Aku yang pertama kali menemukannya. Lalu caramu menangkapnya kasar sekali! Kan bisa kita jelaskan baik-baik dan membawanya seperti orang normal.” Balas Madania. “Markas pusat menyuruh kita untuk menangkapnya, bukan berarti harus dengan cara kasar kan?”

“Terlebih lagi dia baik dan membantu kita selamat dari kepungan tentara sovyet itu.” Tambahnya. “Tapi aku heran, kenapa semua mayat tentara itu berubah menjadi tanaman semua.”

“Yap karena aku tidak tahu kekuatannya makanya aku menyetrumnya supaya tidak terlalu melawan.” Kata Roger menjelaskan. “Bagaimana bila tadi ia tidak mau ketika dijelaskan baik-baik dan kabur.”

“Kita juga susah kan harus mengejarnya nanti. Tapi komandan mengatakan sesuatu yang aneh saat dia melihat rekaman langsung dariku. Tapi dengan begini, Bumi bisa kembali dengan semula.” Tambah Roger.

“Kurasa kita harus meminta maaf kepadanya dan menjelaskan semuanya kepadanya.” Kata Madania. “Dia akan menyelamatkan Bumi kita, kita memperlakukannya seperti tawanan?”

“Tapi kerja bagus kalian berdua. Tugas pertama kalian, malah menemukan berlian yang bagus. Kalian pasti menerima hadiah yang banyak.” Ucap seseorang tidak kukenal. “Mungkin dari peringkat D kalian akan naik ke C5 dan langsung bisa mengambil ujian naik tingkat ke B1 sebagai hadiah kalian dari pendiri Silverstar.”

Aku membuka mataku dan menguap. Roger membukakan borgolku, “Sebentar lagi kita sampai. Regangkan badanmu dulu, maaf karena telah memborgolmu secara kasar.”

Dia mengambil tempat air minum dan memberinya padaku. Aku mengambilnya dan meminumnya. Rupanya coklat panas yang ada di botol ini. “Terima kasih. Padahal aku tidak jahat sama sekali. Aku bahkan melindungi kalian dari mutan itu.”

“Aku minta maaf juga karena tidak menghentikan Roger juga.” Kata Madania. “Sebentar lagi kita sampai di kota.”

“Kamu lihat ke depan. Ada sebuah kubah raksasa di depan. Di permukaannya adalah reruntuhan kota yang dialihfungsikan sebisanya menjadi tempat pertahanan.” Kata Madania. “Lihat nomor 1820 di kubah pelindungnya kan? Nama kota itu Kota 1820, kota tempatku berasal.”

Madania mengeluarkan tabletnya dan menunjukkan peta Kota 1820 padaku. Tabletnya ia serahkan padaku untuk aku eksplorasi sendiri. Di permukaan banyak bangunan yang sudah diperbaiki dan dialihfungsikan menjadi markas militer Silverstars. Sementara di bawah tanahnya, Lantai Dasar ada tulisan zona pemukiman, kemudian B1 Zona Agraria dan Peternakan, lalu B2 Perikanan, B3 tidak ada keterangannya, begitu juga dengan B4 dan B5.

“Tidak ada keterangannya maksudnya apa?” tanyaku pada Madania. “Ruangan misterius kah?”

“Tidak ada yang tahu soal ruangan itu. Kecuali petinggi kota dan orang-orang dengan tingkat B ke atas.” Jawab Madania. “Soal peringkat, kamu bisa lihat di bahu kanan kami masing-masing.”

“Aku dan Roger masih D, rekan-rekan kami lainnya ini ada di tingkat C. Pilot di depan sana juga C peringkatnya. Jadi maaf, kami tidak bisa menjawabnya.” Tambahnya dan memejamkan matanya. Sebuah lubang terbuka di kubah.

Satu tim yang memakai peralatan canggih terbang mengelilingi pesawat kami. Mereka sepertinya membantu pesawat yang kami tumpangi ini untuk masuk ke dalam. Setelah pesawat kami masuk ke dalam, lubang besar di kubah tadi menutup dengan sendirinya setelah satu tim dengan alat canggih tadi masuk ke dalam.

“Mereka adalah prajurit tingkat A. Peralatan mereka lebih canggih, kurasa mereka menggunakan jet roket untuk terbang.” Kata Roger. “Mereka adalah tingkat A unit Garnisun 1820.”

“Oh soal unit, ada tiga unit, penjelajah seperti kami, garnisun, serta penyerang.” Katanya lagi dan membuka pintu pesawat. Banyak prajurit di luar yang menunggu kami. Roger dan Madania turun duluan, prajurit di belakangku mengisyaratkanku untuk turun.

Perlahan-lahan aku turun, prajurit yang berkerumun membentuk pagar barisan membentuk jalan lurus bagi kami. Mereka memandangku penuh takjub dan seolah-olah melihatku sebagai dewa mereka. Diujung ada seorang wanita memandangku dengan kaget dan tak percaya.

Wajahnya terlihat familiar bagiku. Dia berlari mendekatiku dan memelukku. “Akhirnya kita bertemu lagi. Aku merindukanmu, adikku.”

“Er Komandan? Dia masih belum di disinfektan dan divaksin.” Kata Roger dan menarikku mundur. “Anda orang penting. Tolong jangan sembarangan memeluk seseorang. Terlebih lagi ini dari luar.”

“Iya-iya aku tahu,” wanita mendorongku dan tersenyum begitu saja. Ia membalikkan badannya dan pergi. Wajahnya sangat familiar, lalu tadi dia berakta apa? Aku tidak bisa mendengarkannya akibat fokusku teralihkan untuk melihat pemandangan sekitar.

Roger kemudian memberikanku kepada seorang petugas dengan baju hazmat. “Ikuti mereka, lalu lengkapi prosedurmu untuk menjadi bagian dari kami.”

“Aku ikut dia,” ucap Madania dan mengikutiku dari belakang. “Roger, taruh kelinciku ini di kamarku.”

Madania menyerahkan tas kecil berisi kelinci yang aku berikan kepada Roger. Roger menerimanya dan menganggukkan kepalanya. “Pulang sebelum jam 11 malam atau asrama akan aku kunci.”

“Ayolah, aku ingin minum-minum nanti.” Ucap Madania dengan kesal. “Kan aku juga ingin mengajak pria hutan ini berkeliling kota.”

“Yah kalau itu maumu terserah.” Roger pergi meninggalkan kami. Aku dibawa masuk ke dalam sebuah bangunan 3 lantai.

“Kutunggu di lantai 2 kalau kamu sudah selesai di sini.” Kata Madania dan pergi meninggalkanku sendirian. Tidak sendirian sebenarnya, ditemani dua orang berbaju hazmat yang membawaku.

Bangunan yang mirip kampus bertiga lantai ini sangat suram. Warna cat bangunan membuat depresi, jendela yang ditambal seadanya, serta tembok berlumut. Orang berbaju hazmat ini menyuruhku untuk mandi di kamar mandi.

Setelah aku menyelesaikan mandi. Mereka menyemprotku dengan cairan disinfektan dan menyuntikku dengan beberapa suntikan. Setelah itu mereka menggiringku menuju ke sebuah lorong.

UMPH! AKH!

Seseorang menutupi mataku. Mulutku terbungkam sesuatu. Tangan dan kakiku tiba-tiba dipegang dengan erat. Aku dijatuhkan ke lantai dan merasakan tanganku diborgol. Seseorang tolong aku!

***

Hei bukankah ini terlalu lama untuk proses disinfeksi dan vaksin? Kurasa aku akan mengeceknya. Siapa tahu dia tidak tahu denah gedung ini kan? Sesampainya di lantai 1 kulihat rombongan pengawal komandan Vina menjaga lorong menuju semua ruangan di gedung ini.

“Komandan Vina ada di sini kah?” tanyaku kepada salah satu pengawal yang berjaga menutupi lorong.

“Tidak. Kami mendapat perintah untuk tidak memperbolehkan seseorang keluar dan masuk dari gedung ini.” Jawabnya. “Jadi putar balik kembalilah ke lantai 2.”

Yah, tidak ada jalan menuju lantai 1. Tangga ini satu-satunya akses menuju lantai 1 sih. Aku melangkah kembali ke lantai dua. Lantai dua dari bangunan ini adalah bangsal pengobatan sementara bagi mereka yang terluka.

Aku tadinya ke sini berniat memperkenalkan peri hutan itu kepada adikku. Eh, tapi wajahnya sepertinya aku familiar dengannya. Wajah peri hutan itu maksudkku, aku pernah melihatnya di suatu tempat.

Kubuka pintu tempat adikku dirawat. Adikku tampak berbicara riang gembira dengan rekan satu timnya. Padahal baru kemarin mereka terluka saat eksplorasi.

“Mana kak? Orang yang ingin kamu kenalkan kepada kami?” tanya adikku, Ryan.

“Lantai 1 diblokir. Ada banyak prajurit tingkat S. Entah ada apa,” jawabku.

Aku membuka jendela kamar ini dan melihat di luar ada kendaraan Komandan Vina. Oh ya kenapa tidak terpikirkan olehku? Jendela di lantai 1 ada yang ditambal dengan buruk. Aku bisa turun dari jendela sini dan masuk lewat sana.

“Tunggu di sini sebentar. Aku akan keluar sebentar.” Kataku pada adikku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status