Share

Bab 2

Penulis: Pein
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-21 18:12:15

Mobil mewah milik Alagar, mencuri perhatian setiap orang yang berada di sekitar Universitas Ruiz, saat memasuki halaman universitas yang terlihat megah dan modern.

Mahasiswa yang sedang berada di sepanjang jalan Universitas berhenti, melirik ke arah mobil tersebut sambil saling berbisik.

Mereka langsung mengenali pemilik mobil itu sebagai anak dari pemilik universitas, yang terkenal karena kekayaan dan pengaruhnya.

Mereka melihat Alagar keluar dari mobil dengan anggun dan percaya diri, sementara sopir pribadinya membukakan pintu mobil. Ekspresi wajah mahasiswa bercampur antara kagum dan iri, mengingat betapa akses dan kemudahan yang diberikan kepada Alagar dalam kehidupan universitas.

Beberapa mahasiswi meneriakan namanya, sementara yang lain hanya menatap dari kejauhan, berharap bisa memiliki kesempatan yang sama seperti Alagar.

"Tuan muda Ruiz, aku padamu!"

"Tuan muda Ruiz, jadilah kekasihku!"

"Tuan muda Ruiz, aku penggemar beratmu!"

Seruan para gadis-gadis membuat Clinton dan para mahasiswa yang melihatnya merasa kesal. Karena mereka seolah tidak berharga sama sekali di mata mereka.

Mata Clinton membelalak lebar ketika melihat pria yang di panggil Tuan muda Ruiz itu sepenuhnya turun dari mobil.

"Astaga ... Dewa penyelamatku," gumam Clinton.

Hendri menoleh ke sahabatnya tersebut. "Hei, apa yang kamu katakan?" ucapnya sambil menepuk kepala sahabatnya tersebut.

"Aw! Sakit brengsek!" Kali ini Clinton membalas perbuatan sahabatnya.

Hendri dan Clinton saling menyerang satu sama lain, walaupun itu cuma bercanda. Mereka berdua berlarian ke sana kemari mengabaikan orang-orang yang sedang sibuk mengerumuni Alagar.

Sementara itu, para pengawal Alagar memberikan jalan untuk Tuan mudanya masuk ke Universitas. Mereka menyingkirkan para gadis yang menghalangi jalan Tuannya.

Alagar berjalan santai mengabaikan para gadis yang memujanya tersebut. Alasan dia bersikap seperti itu, karena tidak ingin menaruh harapan pada mereka.

Setelah masuk ke Universitas, Alagar tidak ke ruang belajarnya, melainkan langsung pergi ke kantor Rektor.

Semua Dosen yang sudah mendengar kabar akan kedatangan Alagar, mereka juga bergegas menyambutnya didepan kantor Rektor. Mereka menyapa Alagar yang baru datang dengan sopan. Namun, pria itu hanya tersenyum tipis dan langsung masu ke kantor Rektor.

Di dalam ruangan tersebut, Rektor sudah menunggu bersama asistennya. "Selamat datang Tuan muda Ruiz."

Alagar hanya mengangguk, ia pun langsung duduk di sofa tanpa menunggu mereka memintanya duduk.

Rektor pun bergegas duduk sambil tidak berghenti tersenyum. "Tuan muda, anda bisa melakukan apa pun yang anda mau, kami akan memberikan semua fasilitas tanpa terkecuali untuk anda."

Alagar tidak menjawab sama sekali, ia fokus membaca buku tebalnya yang menceritakan tentang sejarah Austronesia.

Rektor dan asistennya hanya bisa tersenyum getir melihat Alagar tidak memperhatikannya sama sekali.

"Tuan muda ...."

"Jack, apa serahkan itu padanya!" perintah Alagar pada pengawal setianya sebelum Rektor selesai berbicara.

Pengawal yang di panggil Jack langsung membuka tas yang ia bawa, mengeluarkan sebuah berkas yang berada di amplop coklat kepada Rektor.

Rektor jelas saja bingung, kenapa pengawal Alagar memberikan amplop coklat tersebut kepadanya.

Alagar menutup bukunya, ia menatap Rektor dengan tajam. "Aku tidak suka berbasa-basi, bacalah kemudian tanda tangani berkas itu segera."

Rektor menganggukkan kepalanya, ia langsung membuka berkas tersebut dan membacanya. Ketika ia membacanya, wajahnya langsung pucat pasi, keringat dingin membasahi dahinya.

"Apa kamu pikir Universitas ini didirikan sebagai yayasan untuk keluargamu hidup mewah? Aku tidak seperti Ayahku yang cenderung tidak perduli dengan hal remeh seperti ini, tanda tangani berkas itu dan serahkan dirimu ke polisi," ucap Alagar langsung.

Rektor seketika berdiri, ia langsung menghampiri Alagar dan bersujud dihadapannya. "Tuan muda, tolong berikan saya kesempatan satu kali lagi."

Alagar memutar bola mata malas, menghela napas kasar. "Para bedebah ini, merasa dirinya paling tersakiti ... berapa siswa miskin yang berprestasi sudah kamu abaikan? Mendengar laporan itu saja sewaktu di luar negeri membuatku muak, kalian ini tidak pernah belajar dari kesalahan!"

"Tu-Tuan muda saya janji tidak akan seperti itu lagi," jawab Rektor sedih, sambil sedikit mendongak.

"Jack, berapa orang yang terlibat dengan masalah ini?" tanya Alagar mengabaikan perkataan Rektor.

"Ada beberapa Dosen yang terlibat, mereka sudah di seret keluar dan para pengganti juga sudah datang Tuan," jawab Jack lugas.

Alagar mengangguk mengerti. "Bawa dia keluar, pastikan mereka menandatangani berkasnya dan suruh masuk para penggantinya!"

"Baik Tuan!" jawab Jack dan langsung menyuruh bawahannya menyeret Rektor keluar.

Rektor terus memohon ampunan, tetapi Alagar mengabaikannya. Karena baginya orang-orang bersalah seperti mereka tidak pantas untuk di ampuni sama sekali.

Tidak selang berapa lama para Dosen pengganti masuk ke dalam, mereka para Dosen yang di pilih langsung oleh Alagar.

"Salam Tuan muda," sapa mereka semua sopan sambil membungkukkan badan.

Alagar beranjak dari duduknya, ia menatap asisten Rektor yang tampak gemetar ketakutan, kemudian bertanya, "siapa nama kamu?"

"Sa-Saya Tuan?" asisten Rektor balik bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ya kamu ...." jawabnya singkat.

"Ju-Julius Sanders Tuan." Terlihat asisten Rektor semakin ketakutan.

Alagar menganggukkan kepalanya. "Tuan Lahm. Julius akan menjadi asisten anda, dia sudah bekerja lima tahun di Universitas ini, aku yakin dapat meringankan pekerjaan anda."

"Terima kasih Tuan muda, saya akan bekerja dengan baik bersamanya," jawab Viktor Lahm yang ditunjuk sebagai Rektor baru.

"Kalian bekerjalah dengan baik, jangan sampai aku memecat kalian dengan tidak hormat seperti mereka, aku tidak ingin Universitas ini menjadi tempat berkembangnya para manusia busuk!" ucapnya penuh penekanan.

"Dimengerti Tuan muda!" jawab mereka semua serempak.

Alagar mengulas sebuah senyum, ia pun langsung meninggalkan ruangan tersebut dan berkeliling di Universitasnya.

Sebenarnya alasan Alagar masuk ke Universitas di negaranya bukan karena ia ingin menyelesaikan studinya, tetapi karena ada sesuatu yang harus dia urus dan itu bersangkutan dengan Universitas tersebut.

Mengenai studinya, jika dia mau sebenarnya bisa saja menjadi sarjana di usia sangat muda, tetapi Alagar tidak melakukan hal tersebut. Karena ia tahu akan sulit baginya hidup seperti orang biasa jika kecerdasannya ditunjukan ke semua orang. Oleh karena itu ia lebih memilih untuk bersikap seperti pria seumurannya.

Alagar berkeliling Universitas bersama para pengawalnya, ketika ia sampai di Auditorium, terlihat sedang ada pertandingan basket di sana. Pria itu tersenyum melihat para Mahasiswa yang menikmati pertandingan tersebut.

"Andai saja aku bisa hidup santai seperti mereka," gumam Alagar lirih.

"Kau memiliki segalanya, kenapa tidak mencobanya," tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sudah ada di sampingnya.

Para pengawal Alagar sontak saja terkejut, mereka semua tidak melihat kalau ada orang yang menyelinap ke sana. Mereka bermaksud untuk menangkap orang tersebut. Namun, Alagar mengangkat tangannya, menahan para pengawalnya agar tidak mendekat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Pain Adit
lanjut Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 113

    Alagar dan Viona memasuki Istana Cahaya dengan hati yang berdebar. Mereka berpikir akan ada perlawanan dari para Dewa yang tinggal di istana tersebut. Namun, begitu mereka melangkah masuk, para Dewa dan Dewi justru menyambut mereka dengan hangat dan penuh hormat.Saat Alagar dan Viona berjalan melalui koridor istana, mereka disambut oleh senyuman ramah dan tatapan penuh penghormatan dari para penghuni istana. Tak ada satupun tanda penolakan atau kemarahan yang terlihat pada wajah mereka.Viona merasa lega dan bahagia, ternyata para Dewa menghormati dan menerima dirinya sebagai permaisuri Alagar.Para dayang-dayang istana juga sangat menghormati Viona. Mereka membantu Viona beradaptasi dengan kehidupan di istana dan memberikan segala yang dibutuhkan oleh Viona.Sementara itu, Alagar merasa terkejut namun bersyukur. Ia mengira para Dewa akan menentangnya karena ia membawa Viona, seorang manusia, ke istana mereka. Namun, ternyata para Dewa malah menghormatinya dan menerima Viona dengan t

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 112

    Alagar dan Viona berdiri di hadapan kedua orang tua mereka, dengan rasa haru dan berdebar-debar. Keduanya telah bersiap untuk pergi ke langit. Namun, kedua orang tua mereka tidak diberitahu, mengingat kekuatan Alagar tidak bisa dibeberkan ke mereka."Ayah, Ibu, kami pamit," ucap Alagar dengan suara lantang namun bergetar, sementara Viona menundukkan kepalanya, menahan rasa sedih yang menyelimuti dirinya."Hati-hati di sana," ujar ayah Alagar dengan senyum hangat, memeluk putranya dengan erat. Ibu Viona pun menghampiri dan memeluk putrinya, berbisik, "Jaga diri baik-baik di sana, Nak. Jangan lupa sesekali mengunjungi kami.""Tentu Bu, aku pasti akan sering kemari," jawab Viona dengan mata berkaca-kaca.Namun, di balik senyum dan ucapan selamat tersebut, Alagar dan Viona tahu bahwa mereka tak akan pergi ke luar negeri seperti yang mereka katakan. Sebagai seseorang yang setara dengan Dewa, Alagar akan membawa Viona ke langit, tempat yang jauh dari dunia manusia.Ketika semua pelukan

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 111

    Alagar melangkah cepat mendekati Pricila yang tampak bergegas meninggalkan tempat itu, wajahnya pucat pasi mendengar percakapan tentang pernikahan Alagar dengan Viona. Wajah Pricila terlihat sangat sedih, seolah dunia ini runtuh di depan matanya."Pricilla, kau mau kemana?" tanya Alagar dengan lembut sambil mencekal lengan Pricila, mencoba untuk menenangkannya.Pricila menatap Alagar dengan air mata berlinangan, pipinya memerah karena menahan tangis. "Selama ini aku selalu menunggumu. Aku selalu berharap bahwa suatu saat kau akan memilihku, tetapi ternyata semua harapanku hanya sia-sia. Pada akhirnya kau memilih wanita lain, Alagar," ucap Pricila dengan suara lirih dan terbata-bata.Alagar merasa terpukul mendengar ungkapan perasaan Pricila. Hatinya terasa berat, menahan perasaan bersalah yang mendera. Ia mencoba memandang Pricila dengan tatapan penuh pengertian, namun wanita itu terus menundukkan kepalanya, tak mampu menatap mata Alagar."Maafkan aku, Pricila. Aku tidak bermaksud men

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 110

    Viona terdiam, matanya terpejam saat dia merenung dalam-dalam tentang ajakan Alagar untuk pergi ke langit bersamanya. Dalam keheningan itu, dia beranjak duduk, merasa tercekik oleh berbagai perasaan yang melanda. Tubuh telanjangnya dibungkus oleh selimut yang kemudian ditarik lebih rapat, seolah mencari perlindungan dari ketakutan yang mulai merayapi hatinya."Bagaimana dengan keluarga kita? Mereka pasti akan menentang, Alagar," ucap Viona dengan suara yang penuh kekhawatiran, alisnya mengerut dan jari-jarinya mengepal erat pada selimut yang menutupi tubuhnya.Alagar pun bergegas duduk di samping Viona, menatap matanya yang pilu. Dengan lembut, ia menggenggam kedua bahunya, mencoba memberikan kekuatan dan dukungan. "Kita akan bilang ke mereka, untuk tinggal di luar negeri, sesekali kita juga bisa berkunjung menemui mereka," ujar Alagar dengan nada yang meyakinkan, berusaha meredakan kegelisahan yang terpancar dari wajah Viona.Viona menatap Alagar, sejuta pertanyaan dan keraguan ber

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 109

    Begitu melihat Dewa Agung sudah kembali di kediamannya, Bikely dan Indra segera menyambutnya dengan hormat. Keduanya membungkukkan badan serta mengucapkan salam yang penuh sopan. Namun, tidak demikian dengan Alagar yang tetap berdiri tegak, tanpa menunjukkan rasa hormat yang sama. Wajahnya tampak datar, tanpa ekspresi. Dia tidak pernah menganggap sosok Dewa Agung hebat, apalagi setelah dia berhasil mengalahkan Tigras dalam pertandingan dan seharusnya, Alagar yang menjadi Dewa Agung selanjutnya, namun dia menolak tahta tersebut.Mata Dewa Agung menatap tajam ke arah Alagar, lalu berkata, "Kalian berdua, bisa tinggalkan kami."Dengan patuh, Bikely dan Indra mengangguk, sebelum perlahan meninggalkan tempat tersebut. Mereka tahu bahwa Dewa Agung ingin berbicara dengan Alagar secara empat mata.Setelah Bikely dan Indra pergi, Dewa Agung mulai berbicara dengan suara yang tenang, "aku sudah beribicara dengan petinggi Istana cahaya, kau bisa tinggal di sana kapan pun kau mau."Alagar tidak b

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 108

    Alagar sedang berada di kediamannya, sementara Dewa Agung beserta para petinggi Istana Cahaya berkumpul di kediaman Tigras, yang kini tidak memiliki pemimpin setelah Tigras lenyap—dikalahkan oleh kekuatan Alagar.Dewa Agung duduk di kursi utama, memimpin rapat di hadapan para petinggi yang saling berbisik dan menatap ragu satu sama lain. "Sekarang kalian tinggal pilih, ingin menerima Alagar sebagai pemimpin baru, atau ingin menunjuk pemimpin lain?" ujar Dewa Agung dengan suara berat yang memenuhi ruangan.Para petinggi saling berpandangan, beberapa terlihat gugup, sementara yang lain tampak serius dalam mempertimbangkan pilihan yang diberikan Dewa Agung. Mereka sadar bahwa keputusan ini akan menentukan masa depan Istana Cahaya dan seluruh rakyatnya."Alagar memang telah membuktikan kekuatannya dengan mengalahkan Tigras, tapi kita belum tahu apakah ia bisa menjadi pemimpin yang bijaksana, dan menerima kita, mengingat apa yang telah Tuan Tigras lakukan padanya," sahut salah satu peting

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 107

    Alagar yang melayang di hadapan Dewa Agung. Matanya menatap tajam sosok pemimpin langit tersebut. "Apa begini sudah cukup?" tanyanya dengan suara datar namun tegas.Dewa Agung menghela napas panjang, seolah merasakan beratnya pertanyaan yang dilontarkan Alagar. "Bukankah kau lihat sendiri?" jawabnya dengan suara menggema. "Setelah kau mengeluarkan dua naga legendaris itu dan mengalahkan Tigras, siapa yang akan berani menentangmu? Lihatlah mereka...."Mata Dewa Agung melirik ke arah para Dewa yang tengah menyaksikan pertandingan antara Alagar dan Tigras. Wajah mereka tampak tenang, namun tatapan mata mereka terpaku pada Alagar dan Dewa Agung dengan rasa khawatir yang tersembunyi.Alagar pun menoleh, melihat para Dewa yang terdiam. Ia merasakan kekuasaan yang kini ada di tangannya, namun hatinya tetap merasa hampa. "Apa mereka semakin takut padaku?" tanya Alagar dengan wajah bingung, tak menyangka bahwa kekuatannya yang luar biasa justru membuat para Dewa ketakutan."Begitulah kami, ya

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 106

    Arena pertarungan berubah menjadi medan perang yang mengerikan. Seluruh penonton, para Dewa yang hadir, menatap takjub dan terperangah saat melihat dua sosok Naga Yin dan Yang muncul secara bersamaan dari pola sihir yang diciptakan oleh Alagar. Naga-naga legendaris itu merupakan penguasa elemen sihir cahaya dan kegelapan, makhluk yang hanya ada dalam mitos dan legenda. Suasana di arena menjadi hening seketika. Semua Dewa yang menonton pertarungan tersebut seakan-akan kehilangan kata-kata untuk menggambarkan kejadian luar biasa yang baru saja mereka saksikan. Mata mereka terbelalak, mulut mereka terbuka lebar, dan beberapa bahkan menahan napas mereka karena terkejut.Keterkejutan mereka semakin bertambah saat Alagar, dengan santainya dan percaya diri, menaiki kepala Naga Cahaya. Dengan pandangan yang tajam dan penuh tekad, dia mengendalikan Naga Cahaya seolah sudah menjadikannya monster kontraknya. Di sisi lain, Tigras tampak kesulitan menghadapi serangan yang diterimanya. D

  • Reinkarnasi Dewa Perang ALAGAR    Bab 105

    Alagar terpojok di sudut arena pertandingan, diserang oleh Tigras yang beringas dan tak kenal ampun. Ekspresi cemas tergambar jelas di wajah Indra yang menyaksikan pertandingan itu dari tribun penonton."Bukankah ini tidak adil, Alagar tidak bisa mengeluarkan kemampuan penuhnya!" gerutu Indra, kesal sambil mengepalkan tangannya erat-erat."Kau salah, Indra. Lihatlah baik-baik...." tegur Bikely dengan nada tenang, membuat Indra refleks menatap arena pertarungan dengan seksama.Saat itu juga, Indra mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di arena. Ia menyaksikan Alagar yang sengaja menerima serangan Tigras, tanpa menghindar atau melawan sama sekali. Bahkan, wajah Alagar tampak tenang dan fokus, seolah ada rencana besar yang sedang dipersiapkannya.Indra kemudian memperhatikan lebih detail gerak-gerik Alagar, mencoba memahami strategi yang sedang digunakan oleh sahabatnya itu. Sementara itu, Bikely tersenyum tipis, seolah tahu bahwa Alagar memiliki kejutan yang

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status