Share

Bab 2

Mobil mewah milik Alagar, mencuri perhatian setiap orang yang berada di sekitar Universitas Ruiz, saat memasuki halaman universitas yang terlihat megah dan modern.

Mahasiswa yang sedang berada di sepanjang jalan Universitas berhenti, melirik ke arah mobil tersebut sambil saling berbisik.

Mereka langsung mengenali pemilik mobil itu sebagai anak dari pemilik universitas, yang terkenal karena kekayaan dan pengaruhnya.

Mereka melihat Alagar keluar dari mobil dengan anggun dan percaya diri, sementara sopir pribadinya membukakan pintu mobil. Ekspresi wajah mahasiswa bercampur antara kagum dan iri, mengingat betapa akses dan kemudahan yang diberikan kepada Alagar dalam kehidupan universitas.

Beberapa mahasiswi meneriakan namanya, sementara yang lain hanya menatap dari kejauhan, berharap bisa memiliki kesempatan yang sama seperti Alagar.

"Tuan muda Ruiz, aku padamu!"

"Tuan muda Ruiz, jadilah kekasihku!"

"Tuan muda Ruiz, aku penggemar beratmu!"

Seruan para gadis-gadis membuat Clinton dan para mahasiswa yang melihatnya merasa kesal. Karena mereka seolah tidak berharga sama sekali di mata mereka.

Mata Clinton membelalak lebar ketika melihat pria yang di panggil Tuan muda Ruiz itu sepenuhnya turun dari mobil.

"Astaga ... Dewa penyelamatku," gumam Clinton.

Hendri menoleh ke sahabatnya tersebut. "Hei, apa yang kamu katakan?" ucapnya sambil menepuk kepala sahabatnya tersebut.

"Aw! Sakit brengsek!" Kali ini Clinton membalas perbuatan sahabatnya.

Hendri dan Clinton saling menyerang satu sama lain, walaupun itu cuma bercanda. Mereka berdua berlarian ke sana kemari mengabaikan orang-orang yang sedang sibuk mengerumuni Alagar.

Sementara itu, para pengawal Alagar memberikan jalan untuk Tuan mudanya masuk ke Universitas. Mereka menyingkirkan para gadis yang menghalangi jalan Tuannya.

Alagar berjalan santai mengabaikan para gadis yang memujanya tersebut. Alasan dia bersikap seperti itu, karena tidak ingin menaruh harapan pada mereka.

Setelah masuk ke Universitas, Alagar tidak ke ruang belajarnya, melainkan langsung pergi ke kantor Rektor.

Semua Dosen yang sudah mendengar kabar akan kedatangan Alagar, mereka juga bergegas menyambutnya didepan kantor Rektor. Mereka menyapa Alagar yang baru datang dengan sopan. Namun, pria itu hanya tersenyum tipis dan langsung masu ke kantor Rektor.

Di dalam ruangan tersebut, Rektor sudah menunggu bersama asistennya. "Selamat datang Tuan muda Ruiz."

Alagar hanya mengangguk, ia pun langsung duduk di sofa tanpa menunggu mereka memintanya duduk.

Rektor pun bergegas duduk sambil tidak berghenti tersenyum. "Tuan muda, anda bisa melakukan apa pun yang anda mau, kami akan memberikan semua fasilitas tanpa terkecuali untuk anda."

Alagar tidak menjawab sama sekali, ia fokus membaca buku tebalnya yang menceritakan tentang sejarah Austronesia.

Rektor dan asistennya hanya bisa tersenyum getir melihat Alagar tidak memperhatikannya sama sekali.

"Tuan muda ...."

"Jack, apa serahkan itu padanya!" perintah Alagar pada pengawal setianya sebelum Rektor selesai berbicara.

Pengawal yang di panggil Jack langsung membuka tas yang ia bawa, mengeluarkan sebuah berkas yang berada di amplop coklat kepada Rektor.

Rektor jelas saja bingung, kenapa pengawal Alagar memberikan amplop coklat tersebut kepadanya.

Alagar menutup bukunya, ia menatap Rektor dengan tajam. "Aku tidak suka berbasa-basi, bacalah kemudian tanda tangani berkas itu segera."

Rektor menganggukkan kepalanya, ia langsung membuka berkas tersebut dan membacanya. Ketika ia membacanya, wajahnya langsung pucat pasi, keringat dingin membasahi dahinya.

"Apa kamu pikir Universitas ini didirikan sebagai yayasan untuk keluargamu hidup mewah? Aku tidak seperti Ayahku yang cenderung tidak perduli dengan hal remeh seperti ini, tanda tangani berkas itu dan serahkan dirimu ke polisi," ucap Alagar langsung.

Rektor seketika berdiri, ia langsung menghampiri Alagar dan bersujud dihadapannya. "Tuan muda, tolong berikan saya kesempatan satu kali lagi."

Alagar memutar bola mata malas, menghela napas kasar. "Para bedebah ini, merasa dirinya paling tersakiti ... berapa siswa miskin yang berprestasi sudah kamu abaikan? Mendengar laporan itu saja sewaktu di luar negeri membuatku muak, kalian ini tidak pernah belajar dari kesalahan!"

"Tu-Tuan muda saya janji tidak akan seperti itu lagi," jawab Rektor sedih, sambil sedikit mendongak.

"Jack, berapa orang yang terlibat dengan masalah ini?" tanya Alagar mengabaikan perkataan Rektor.

"Ada beberapa Dosen yang terlibat, mereka sudah di seret keluar dan para pengganti juga sudah datang Tuan," jawab Jack lugas.

Alagar mengangguk mengerti. "Bawa dia keluar, pastikan mereka menandatangani berkasnya dan suruh masuk para penggantinya!"

"Baik Tuan!" jawab Jack dan langsung menyuruh bawahannya menyeret Rektor keluar.

Rektor terus memohon ampunan, tetapi Alagar mengabaikannya. Karena baginya orang-orang bersalah seperti mereka tidak pantas untuk di ampuni sama sekali.

Tidak selang berapa lama para Dosen pengganti masuk ke dalam, mereka para Dosen yang di pilih langsung oleh Alagar.

"Salam Tuan muda," sapa mereka semua sopan sambil membungkukkan badan.

Alagar beranjak dari duduknya, ia menatap asisten Rektor yang tampak gemetar ketakutan, kemudian bertanya, "siapa nama kamu?"

"Sa-Saya Tuan?" asisten Rektor balik bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ya kamu ...." jawabnya singkat.

"Ju-Julius Sanders Tuan." Terlihat asisten Rektor semakin ketakutan.

Alagar menganggukkan kepalanya. "Tuan Lahm. Julius akan menjadi asisten anda, dia sudah bekerja lima tahun di Universitas ini, aku yakin dapat meringankan pekerjaan anda."

"Terima kasih Tuan muda, saya akan bekerja dengan baik bersamanya," jawab Viktor Lahm yang ditunjuk sebagai Rektor baru.

"Kalian bekerjalah dengan baik, jangan sampai aku memecat kalian dengan tidak hormat seperti mereka, aku tidak ingin Universitas ini menjadi tempat berkembangnya para manusia busuk!" ucapnya penuh penekanan.

"Dimengerti Tuan muda!" jawab mereka semua serempak.

Alagar mengulas sebuah senyum, ia pun langsung meninggalkan ruangan tersebut dan berkeliling di Universitasnya.

Sebenarnya alasan Alagar masuk ke Universitas di negaranya bukan karena ia ingin menyelesaikan studinya, tetapi karena ada sesuatu yang harus dia urus dan itu bersangkutan dengan Universitas tersebut.

Mengenai studinya, jika dia mau sebenarnya bisa saja menjadi sarjana di usia sangat muda, tetapi Alagar tidak melakukan hal tersebut. Karena ia tahu akan sulit baginya hidup seperti orang biasa jika kecerdasannya ditunjukan ke semua orang. Oleh karena itu ia lebih memilih untuk bersikap seperti pria seumurannya.

Alagar berkeliling Universitas bersama para pengawalnya, ketika ia sampai di Auditorium, terlihat sedang ada pertandingan basket di sana. Pria itu tersenyum melihat para Mahasiswa yang menikmati pertandingan tersebut.

"Andai saja aku bisa hidup santai seperti mereka," gumam Alagar lirih.

"Kau memiliki segalanya, kenapa tidak mencobanya," tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sudah ada di sampingnya.

Para pengawal Alagar sontak saja terkejut, mereka semua tidak melihat kalau ada orang yang menyelinap ke sana. Mereka bermaksud untuk menangkap orang tersebut. Namun, Alagar mengangkat tangannya, menahan para pengawalnya agar tidak mendekat.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Pain Adit
lanjut Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status