Mobil mewah milik Alagar, mencuri perhatian setiap orang yang berada di sekitar Universitas Ruiz, saat memasuki halaman universitas yang terlihat megah dan modern.
Mahasiswa yang sedang berada di sepanjang jalan Universitas berhenti, melirik ke arah mobil tersebut sambil saling berbisik.Mereka langsung mengenali pemilik mobil itu sebagai anak dari pemilik universitas, yang terkenal karena kekayaan dan pengaruhnya.Mereka melihat Alagar keluar dari mobil dengan anggun dan percaya diri, sementara sopir pribadinya membukakan pintu mobil. Ekspresi wajah mahasiswa bercampur antara kagum dan iri, mengingat betapa akses dan kemudahan yang diberikan kepada Alagar dalam kehidupan universitas.Beberapa mahasiswi meneriakan namanya, sementara yang lain hanya menatap dari kejauhan, berharap bisa memiliki kesempatan yang sama seperti Alagar."Tuan muda Ruiz, aku padamu!""Tuan muda Ruiz, jadilah kekasihku!""Tuan muda Ruiz, aku penggemar beratmu!"Seruan para gadis-gadis membuat Clinton dan para mahasiswa yang melihatnya merasa kesal. Karena mereka seolah tidak berharga sama sekali di mata mereka.Mata Clinton membelalak lebar ketika melihat pria yang di panggil Tuan muda Ruiz itu sepenuhnya turun dari mobil."Astaga ... Dewa penyelamatku," gumam Clinton.Hendri menoleh ke sahabatnya tersebut. "Hei, apa yang kamu katakan?" ucapnya sambil menepuk kepala sahabatnya tersebut."Aw! Sakit brengsek!" Kali ini Clinton membalas perbuatan sahabatnya.Hendri dan Clinton saling menyerang satu sama lain, walaupun itu cuma bercanda. Mereka berdua berlarian ke sana kemari mengabaikan orang-orang yang sedang sibuk mengerumuni Alagar.Sementara itu, para pengawal Alagar memberikan jalan untuk Tuan mudanya masuk ke Universitas. Mereka menyingkirkan para gadis yang menghalangi jalan Tuannya.Alagar berjalan santai mengabaikan para gadis yang memujanya tersebut. Alasan dia bersikap seperti itu, karena tidak ingin menaruh harapan pada mereka.Setelah masuk ke Universitas, Alagar tidak ke ruang belajarnya, melainkan langsung pergi ke kantor Rektor.Semua Dosen yang sudah mendengar kabar akan kedatangan Alagar, mereka juga bergegas menyambutnya didepan kantor Rektor. Mereka menyapa Alagar yang baru datang dengan sopan. Namun, pria itu hanya tersenyum tipis dan langsung masu ke kantor Rektor.Di dalam ruangan tersebut, Rektor sudah menunggu bersama asistennya. "Selamat datang Tuan muda Ruiz."Alagar hanya mengangguk, ia pun langsung duduk di sofa tanpa menunggu mereka memintanya duduk.Rektor pun bergegas duduk sambil tidak berghenti tersenyum. "Tuan muda, anda bisa melakukan apa pun yang anda mau, kami akan memberikan semua fasilitas tanpa terkecuali untuk anda."Alagar tidak menjawab sama sekali, ia fokus membaca buku tebalnya yang menceritakan tentang sejarah Austronesia.Rektor dan asistennya hanya bisa tersenyum getir melihat Alagar tidak memperhatikannya sama sekali."Tuan muda ....""Jack, apa serahkan itu padanya!" perintah Alagar pada pengawal setianya sebelum Rektor selesai berbicara.Pengawal yang di panggil Jack langsung membuka tas yang ia bawa, mengeluarkan sebuah berkas yang berada di amplop coklat kepada Rektor.Rektor jelas saja bingung, kenapa pengawal Alagar memberikan amplop coklat tersebut kepadanya.Alagar menutup bukunya, ia menatap Rektor dengan tajam. "Aku tidak suka berbasa-basi, bacalah kemudian tanda tangani berkas itu segera."Rektor menganggukkan kepalanya, ia langsung membuka berkas tersebut dan membacanya. Ketika ia membacanya, wajahnya langsung pucat pasi, keringat dingin membasahi dahinya."Apa kamu pikir Universitas ini didirikan sebagai yayasan untuk keluargamu hidup mewah? Aku tidak seperti Ayahku yang cenderung tidak perduli dengan hal remeh seperti ini, tanda tangani berkas itu dan serahkan dirimu ke polisi," ucap Alagar langsung.Rektor seketika berdiri, ia langsung menghampiri Alagar dan bersujud dihadapannya. "Tuan muda, tolong berikan saya kesempatan satu kali lagi."Alagar memutar bola mata malas, menghela napas kasar. "Para bedebah ini, merasa dirinya paling tersakiti ... berapa siswa miskin yang berprestasi sudah kamu abaikan? Mendengar laporan itu saja sewaktu di luar negeri membuatku muak, kalian ini tidak pernah belajar dari kesalahan!""Tu-Tuan muda saya janji tidak akan seperti itu lagi," jawab Rektor sedih, sambil sedikit mendongak."Jack, berapa orang yang terlibat dengan masalah ini?" tanya Alagar mengabaikan perkataan Rektor."Ada beberapa Dosen yang terlibat, mereka sudah di seret keluar dan para pengganti juga sudah datang Tuan," jawab Jack lugas.Alagar mengangguk mengerti. "Bawa dia keluar, pastikan mereka menandatangani berkasnya dan suruh masuk para penggantinya!""Baik Tuan!" jawab Jack dan langsung menyuruh bawahannya menyeret Rektor keluar.Rektor terus memohon ampunan, tetapi Alagar mengabaikannya. Karena baginya orang-orang bersalah seperti mereka tidak pantas untuk di ampuni sama sekali.Tidak selang berapa lama para Dosen pengganti masuk ke dalam, mereka para Dosen yang di pilih langsung oleh Alagar."Salam Tuan muda," sapa mereka semua sopan sambil membungkukkan badan.Alagar beranjak dari duduknya, ia menatap asisten Rektor yang tampak gemetar ketakutan, kemudian bertanya, "siapa nama kamu?""Sa-Saya Tuan?" asisten Rektor balik bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri."Ya kamu ...." jawabnya singkat."Ju-Julius Sanders Tuan." Terlihat asisten Rektor semakin ketakutan.Alagar menganggukkan kepalanya. "Tuan Lahm. Julius akan menjadi asisten anda, dia sudah bekerja lima tahun di Universitas ini, aku yakin dapat meringankan pekerjaan anda.""Terima kasih Tuan muda, saya akan bekerja dengan baik bersamanya," jawab Viktor Lahm yang ditunjuk sebagai Rektor baru."Kalian bekerjalah dengan baik, jangan sampai aku memecat kalian dengan tidak hormat seperti mereka, aku tidak ingin Universitas ini menjadi tempat berkembangnya para manusia busuk!" ucapnya penuh penekanan."Dimengerti Tuan muda!" jawab mereka semua serempak.Alagar mengulas sebuah senyum, ia pun langsung meninggalkan ruangan tersebut dan berkeliling di Universitasnya.Sebenarnya alasan Alagar masuk ke Universitas di negaranya bukan karena ia ingin menyelesaikan studinya, tetapi karena ada sesuatu yang harus dia urus dan itu bersangkutan dengan Universitas tersebut.Mengenai studinya, jika dia mau sebenarnya bisa saja menjadi sarjana di usia sangat muda, tetapi Alagar tidak melakukan hal tersebut. Karena ia tahu akan sulit baginya hidup seperti orang biasa jika kecerdasannya ditunjukan ke semua orang. Oleh karena itu ia lebih memilih untuk bersikap seperti pria seumurannya.Alagar berkeliling Universitas bersama para pengawalnya, ketika ia sampai di Auditorium, terlihat sedang ada pertandingan basket di sana. Pria itu tersenyum melihat para Mahasiswa yang menikmati pertandingan tersebut."Andai saja aku bisa hidup santai seperti mereka," gumam Alagar lirih."Kau memiliki segalanya, kenapa tidak mencobanya," tiba-tiba terdengar suara seseorang yang sudah ada di sampingnya.Para pengawal Alagar sontak saja terkejut, mereka semua tidak melihat kalau ada orang yang menyelinap ke sana. Mereka bermaksud untuk menangkap orang tersebut. Namun, Alagar mengangkat tangannya, menahan para pengawalnya agar tidak mendekat.Alagar menatap seorang wanita yang sedang bersandar dipembatas lantai bersama dengannya tersebut dengan seksamaWanita tersebut terlihat sangat santai dan tampak tidak takut sama sekali dengan Alagar yang notabenya sangat ditakuti oleh para penguasa negeri tersebut, bahkan Ayahnya saja tidak berani menentang kemauan Alagar."Apa kau datang kemari untuk menangkap kami?" tanya wanita itu memastikan.Alagar tersenyum melihat wanita tersebut berbicara santai dengannya. "Entahlah ... aku mendengar kalian sedang merencanakan sesuatu yang bisa mengotori tanah kelahiranku."SwutTiba-tiba waktu berhenti, suara sorak sorai para penonton basket langsung tidak terdengar. Para pengawal Alagar juga terdiam, membeku ditempatnya.Wanita tersebut menoleh ke Alagar yang terlihat sedang diam menatapnya. Ia menyeringai melihat Alagar diam menatapnya."Cih, hanya segini Reinkarnasi panglima perang? Sepertinya mereka terlalu membesar-besarkannya saja," gumam wanita itu sambil mendekat ke Alagar.Wanita it
Mobil Alagar sampai di sebuah Kastil mewah kediaman keluarga Ruiz. Gerbang kastil langsung di buka saat mobil Alagar sampai di sana.Semua para penjaga kastil tersebut berbaris rapi sepanjang jalan masuk gerbang, mereka membungkuk hormat menyambut kedatangan Tuan mudanya yang baru pulang setelah lima tahun berada di luar negeri untuk mengembangkan bisnis keluarganya."Seperti biasa, Ayah selalu saja berlebihan seperti ini," gumam Alagar saat melihat para penjaga membungkuk hormat sepanjang jalan.Jack yang duduk dikursi depan bersama sopir tersenyum. "Menurut saya ini bukti kalau Tuan besar sangat menyayangi Anda, Tuan muda."Alagar menghela napas. "Ah ... setelah tidak bertemu lima tahun, ternyata kamu juga sudah sama seperti Ayah."Jack tersenyum kecut, ia tahu kalau Tuan mudanya tidak suka sesuatu yang berlebihan. Baginya semua yang berlebihan itu tidak baik, ia lebih suka diperlakukan seperti orang-orang pada umumnya.Mobil pun sampai didepan Kastil, terlihat Arbeloa dan Liliana M
Alagar pergi ke balkon sambil membawa dua kaleng Bir dari lemari pendingin setelah selesai mengenakan pakaiannya. Pria itu memberikan salah satu kaleng Bir untuk Pricilia."Bagaimana perusahaan Ayahmu, apa semuanya sudah berjalan lancar?" tanya Alagar sambil duduk di kursi samping tempat duduk Pricilia."Semuanya berjalan lancar, berkat Ayah kamu, terima kasih Alagar," jawab Pricilia lembut lantas menenggak Bir di tangannya.Alagar mengernyitkan dahi. "Kenapa berterima kasih padaku? Seharusnya kamu berterima kasihlah pada Ayahku, yang membantu kalian.""Ck, kamu pikir aku bodoh? Ayahmu tidak bisa apa-apa tanpa asisten pilihanmu itu," sergah Pricilia.Alagar hanya tersenyum, pasalnya ia juga tahu kalau sang Ayah sebenarnya tidak pandai berbisnis, karena itulah ia menunjuk seseorang untuk mendampingi Ayahnya.Orang yang ditunjuk Alagar bukanlah orang sembarangan, dia merupakan Kaki tangan Alagar yang secara kebetulan reinkarnasi di masa yang sama dengannya.Orang tersebut tidak memiliki
Alagar keluar dari kamarnya, ia turun ke bawah untuk menemui Ayah dan Ibunya. Tadinya Alagar mau istirahat, tetapi karena Pricilia tertidur, jadi lebih baik keluar dari kamar.Alagar menghampiri kedua Ibunya yang sedang berada di ruang keluarga, menonton televisi ditemani kepala pelayan."Ayah pergi ke kantor, Bu?" tanya Alagar sambil duduk di kursi sebelah Ibunya.Liliana menganggukkan kepala, kemudian bertanya, "Katanya mau istirahat, kenapa turun?"Alagar menghela napas. "Sewaktu aku keluar dari kamar mandi, Pricil sudah tertidur, lebih baik aku turun agar tidak terjadi salah paham.""Hais kamu ini, dia sudah menunggumu lama, kenapa kamu masih bersikap dingin padanya? Ayah dan Ibu setuju kalau kalian menikah," ucap Liliana lembut."Jangan bahas itu, aku sudah bilang belum mau menikah dulu, Bu." Alagar mengambil buah Apel di meja, memakannya.Liliana menatap sang Anak, padahal usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi dia selalu saja menolak permintaannya. Wanita yang telah melahirk
Alagar membalikan badannya, ia menatap gadis yang sedang memarahi penjambret dengan seksama. Pria itu benar-benar dibuat tidak percaya dengan apa yang dilihat depan matanya tersebut.Bukan hanya energi spiritualnya saja mirip dengan seseroang yang dikenalnya dulu, tetapi wajah cantiknya juga sangat mirip, ditambah perawakan wanita itu juga hampir sama, membuat Alagar benar-benar tidak bisa berkata-kata."Tuan," tegur Jack yang sudah sampai ditempat tersebut."Eh ...." Alagar tersentak kaget."Siapa mereka Tuan?" tanya Jack penasaran, melihat Clinton yang sedang menduduki seseroang dan ada wanita cantik di sana.Alagar mau menjawab, tetapi orang-orang mulai berkerumun, sehingga membuat pria itu terpaksa menjauh dan berdiri di dekat mobil masih menatap wanita tersebut.Jack memperhatikan Tuannya dengan seksama, pandangannya yang tidak teralihkan sama sekali dengan wanita cantik itu, membuat Jack yakin kalau Alagar tertarik dengannya."Dia sangat cantik Tuan, saya rasa cocok dengan Anda,
Terlihat mobil ambulan didepan rumah keluarga Viona. Pria yang dipukul Vas bunga dengan cepat dibawa masuk ke ambulan.Bawahan orang tua Alagar satunya terlihat sangat cemas, melihat kepala rekannya berdarah cukup banyak. Pria itu mengeluarkan amplop undangan kepada Viona."Nona, nanti malam Anda harus datang, siapkan diri dengan baik, akan ada orang yang menjemput Anda," ucap bawahan orang tua Alagar yang langsung ke mobilnya mengikuti ambulan.Viona tertegun ditempatnya, gadis itu pikir akan dilaporkan ke polisi, tetapi ternyata malah diabaikan begitu saja.Kristina Reisi, Ibu Viona menjewer telinga sang Anak ketika ambulan sudah pergi, hingga kedalam Rumah. Viona merengek kesakitan sambil berjalan, tetapi sang Ibu tidak melepaskan tangannya dari telinga gadis itu."Sakit Bu ... lepaskan," ucap Viona masih merengek kesakitan."Sakit ... kamu pikir sakit mana? Kedua orang tuamu akan masuk penjara gara-gara sikapmu!" bentak Kristina saat sudah berada didalam Rumah, melepaskan tanganny
Bawahan Jack yang diperintahkan untuk memberikan Amplop kepada Viona terlihat sudah kembali ke Kastil Tuannya.Salah satu bawahan kepalanya di perban dia dipapah rekannya saat turun dari mobil.Jack yang memerintahkan keduanya untuk memberikan Amplop undangan kepada Viona mengernyitkan dahi saat melihat keduanya turun dari mobil, ketika dia sedang bersantai di Pos penjagaan depan gerbang."Kalian berkelahi dengan siapa? Bukankah sudah ku bilang untuk mengantar undangan itu terus pulang? Kenapa malah terlibat masalah? Apa perintahku kurang jelas?" cecar Jack langsung, merasa kesal karena bawahannya tidak menuruti perintahnya sama sekali."Bos, kejadiannya bukan seperti itu ...," ucap bawahan yang tidak terluka."Terus apa? Coba ceritakan dengan jelas padaku!" bentak Jack masih terlihat kesal.Bawahan yang tidak terluka menghela napas tidak berdaya, melihat rekannya lantas menjelaskan. "Nona Viona memukulnya memakai Vas bunga, dia mengira kami rentenir.""Apa?!" Jack terkejut dengan per
Liliana jelas saja terkejut saat melihat Ibu Viona bersimpuh dibawah kakinya, bukan hanya di situ saja, Viona juga melakukan hal yang sama dengan sang Ibu."Nyonya, tolong maafkan saya. Saya tidak bermaksud menyakiti bawahan Anda," ucap Viona bersungguh-sungguh sembari memegangi kaki Liliana bersama sang Ibu.Liliana merasa ada kesalah pahaman diantara mereka, wanita paruh baya itu pun bergegas meminta Ibu dan Anak itu agar berdiri."Kalian ini kenapa? Kedatanganku kemari untuk menjemputmu untuk datang ke pesta penyambutan anak aku? Kenapa kalian malah seperti ini?" tanya Liliana sembari memapah keduanya berdiri."Nyonya saya se ... eh, tadi Anda bilang apa?" tanya Viona terkesiap dengan pernyataan Ibu Alagar.Liliana mengulas sebuah senyum, mengusap puncak kepala Viona dengan lembut. "Kedatanganku kemari memang untuk menjemput kamu, aku penasaran dengan gadis yang di sukai Putraku, ternyata pilihan dia tepat, kamu sangat cantik."Viona tertegun sejenak, mengedip-ngedipkan matanya, me