Share

65 Serangan Ular Besar

Author: Heartwriter
last update Last Updated: 2025-09-21 23:17:51

Chen Long membalikkan tubuhnya, dan dia kembali melihat serangan ekor dari ular besar itu menuju ke arahnya.

Tapi Xiao Bai sudah tampil dengan kekuatan tubuhnya untuk menangkis serangan ekor dari ular besar itu.

Sekali lagi Xiao Bai harus terlempar ke belakang. Dia bahkan membentur tubuh Chen Long dalam prosesnya itu.

"Xiao Bai, aku tidak bisa keluar. Jadi, kita berdua harus bekerja sama untuk bisa mengalahkan ular itu. Masalahnya, aku tidak bisa menggunakan artefak suci di tempat ini."

Xiao Bai menggerakkan jari-jarinya dan dengan bahasa isyarat, ia berkata, "aku bisa menaikkan alam kultivasiku, walau hanya sebentar. Tapi aku memerlukan waktu. Bisakah kamu menahan serangan ular itu untukku?"

Chen Long menatap penuh selidik ke arah Xiao Bai. Dia mengangguk dan mengambil obat dari cincin penyimpanannya untuk menyembuhkan luka dalamnya akibat pukulan ekor ular tadi, kemudian dia mengeluarkan Pedang Phoenix Hijau.

Tidak seperti Cakar Harimau Putih yang memiliki kekuatan terpendam di dala
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Reinkarnasi Kaisar Tanpa Tanding   131 Hanya Beruntung

    Fajar menyingsing di atas Perguruan Beladiri Sejati, menyinari Lapangan Utama yang telah berubah menjadi koloseum spiritual yang megah.Lima arena pertarungan besar, masing-masing diperkuat oleh formasi pelindung berkilauan, mendominasi lanskap.Udara yang kemarin dipenuhi olokan dan ejekan, kini berubah menjadi ketegangan yang nyata dan menusuk. Ini adalah hari pertama kompetisi sebenarnya, dan aroma pertarungan yang akan datang terasa tajam.Prosedur pertama adalah pengundian. Seorang tetua berdiri di tengah panggung utama, mengocok sebuah guci giok yang berisi nama-nama peserta.Satu per satu, nama-nama diambil, dan pasangan pertarungan untuk babak pertama diumumkan.Setiap kali nama Duan Jingbong disebut, desisan ketakutan yang nyaris tidak terdengar melintas di antara para peserta. Banyak yang menundukkan kepala, berdoa dalam hati agar tidak menjadi korban pertama kesombongannya yang kejam.Chen Long berdiri tenang di area penonton Puncak Pedang Beku, yang masih sepi dibandingkan

  • Reinkarnasi Kaisar Tanpa Tanding   130 Acara Perkenalan

    Chen Long menyaksikan dengan tenang saat para murid dari puncak-puncak bergengsi—Puncak Pedang Terbang, Puncak Awan Berputar, Puncak Bunga Besi—berbaris dengan percaya diri menuju area yang ditentukan untuk mereka.Mereka adalah bintang-bintang yang diharapkan, para jenius di Alam Formasi Inti, bahkan beberapa di antaranya menyentuh puncak alam itu, hanya selangkah lagi menuju Alam Jiwa Baru Lahir.Aura mereka kuat dan tak terbendung, memancarkan cahaya spiritual yang memancar yang membuat murid-murid biasa merasa kecil.Duan Jingbong, tentu saja, adalah pusat perhatian. Dia berdiri di tengah kelompok Puncak Pedang Terbang, dikelilingi oleh para pengikutnya.Dia mengenakan jubah sutra biru langit yang berhiaskan benang perak, mencerminkan cahaya matahari. Senyumnya yang percaya diri dan sombong tidak pernah pudar, matanya menyapu kerumunan seolah-olah sudah memilih hadiah kemenangannya.Ketika namanya diumumkan oleh seorang tetua sebagai wakil Puncak Pedang Terbang, sorak sorai mengge

  • Reinkarnasi Kaisar Tanpa Tanding   129 Kompetisi Putra Suci

    Euforia seleksi Putra Suci bergema di setiap sudut Perguruan Beladiri Sejati, mengubah hawa mistis dan tenang pegunungan menjadi arena yang berdenyut dengan ambisi dan persaingan.Para murid dari semua puncak berlatih dengan gila-gilaan, mempertajam jurus andalan mereka, memoles senjata pusaka, dan memakan pil peningkat Qi seolah-olah itu adalah permen.Udara sendiri terasa bergetar dengan energi yang terkonsentrasi, penuh dengan janji kemuliaan dan kekuatan.Di pusat badai ambisi ini berdiri Duan Jingbong. Sebagai murid langsung dari Tetua Tertinggi sekaligus kultivator di puncak Alam Formasi Inti—satu tingkat di atas Inti Emas—dia adalah calon utama yang tak terbantahkan.Dia berjalan di pelataran dengan langkah yang percaya diri, bahunya yang lebar mendorong siapa pun yang berani menghalanginya.Matanya, dingin dan penuh penghitungan, menyapu murid-murid lain dengan pandangan merendahkan, seolah-olah gelar itu sudah menjadi miliknya.Para murid lain, menyadari jurang kekuatan yang

  • Reinkarnasi Kaisar Tanpa Tanding   128 Pangeran Jin

    Euforia yang melanda Perguruan Beladiri Sejati adalah sesuatu yang belum pernah disaksikan dalam beberapa generasi terakhir.Selama seminggu penuh, suasana pesta dan syukuran tak kunjung reda. Pelataran marmer yang biasanya sunyi untuk meditasi kini dipenuhi oleh murid-murid yang tertawa, berbagi cerita—yang sudah banyak dibumbui—tentang “kemenangan gemilang” mereka.Bau daging panggang dan arak pilihan menggantikan aroma obat dan dupa. Setiap orang, dari murid paling junior hingga para tetua, berjalan dengan dada membusung, diliputi oleh rasa bangga dan kelegaan yang luar biasa.Satu per satu, sekte-sekte sekutu yang diundang melalui Giok Komunikasi akhirnya tiba. Mereka disambut dengan pemandangan yang membingungkan: bukan medan perang yang berdarah-darah atau sekte yang terkepung, tetapi sebuah pesta kemenangan dan—yang paling membuat mereka tercengang—lautan bukti yang tak terbantahkan.Ribuan, bahkan puluhan ribu tengkorak manusia iblis ditumpuk rapi di pelataran utama, disortir

  • Reinkarnasi Kaisar Tanpa Tanding   127 Harga yang Dibayar oleh Seseorang

    Keputusan itu menggantung di antara mereka, berat dan tak terucapkan, seperti pedang damocles yang bergoyang di atas benang tipis.Chen Long masih mengingat akan pencariannya pada Wu Meiling, juga dia ingin menuntut balas akan dendamnya dari kehidupannya sebelumnya. Tapi ada banyak nyawa di tempat ini yang harus dia perhitungkan.Suara gemuruh pasukan iblis di bawah menjadi dentuman drum pemakaman yang mengiringi dilema Chen Long.Jiwa versus jiwa. Masa lalu versus masa depan. Balas dendam versus penebusan."Lalu bagaimana caranya aku melakukannya? Jantung apa yang kau maksud, Orang Tua?" suara Chen Long pecah, dipenuhi dengan getaran yang hampir tak tertahankan.Ming Tua tidak segera menjawab. Dia memandangi Chen Long, matanya yang keriput memancarkan cahaya kebijaksanaan kuno yang seolah menyelami setiap sudut gelap di jiwa pemuda itu. "Klan kuno itu dapat dipanggil dengan kesungguhan hati dan... pengorbanan," gumamnya akhirnya, setiap kata terasa seperti batu nisan yang diukir."Pe

  • Reinkarnasi Kaisar Tanpa Tanding   126 Rencana Ming Tua

    Udara di atas tembok pertahanan Perguruan Beladiri Sejati terasa lebih padat dan lebih berbahaya daripada medan perang mana pun yang pernah dilalui Chen Long.Itu bukan hanya bau kegelapan dari pasukan di bawah; itu adalah rasa panik yang mulai menyebar, ketakutan akan kepunahan yang perlahan meracuni jiwa setiap murid dan tetua yang berdiri di sana.Gemuruh pasukan iblis di bawah adalah suara latar yang konstan, sebuah dengung mengancam yang mengingatkan mereka semua pada betapa tipisnya tembok yang memisahkan mereka dari pembantaian.Di tengah-tengah kekacauan yang tertahan ini, para Tetua berkumpul dalam sebuah lingkaran ketat, wajah-wajah mereka dicetak oleh cahaya suram yang dipantulkan dari kabut energi gelap di bawah. Suara mereka, biasanya terukur dan penuh wibawa, sekarang tajam dan penuh dendam."Kita tidak bisa bertahan dari ini!" seru Tetua Zhang, wajahnya yang biasanya tenang sekarang memerah karena marah dan ketakutan. Tangannya, yang biasa memegang janggutnya yang rapi,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status