"Jadi kau memang berpidah kepada para iblis itu!?" Maretus geram kepada kakaknya yang sudah hampir membunuhnya dan sekarang malah berpihak kepada musuh.
"Seperti itulah," jawabnya singkat sambil berbalik badan dan mempersiapkan cambukan.
"Dengan santainya kau jawab seperti itu!? Memang pantas kau dikeluarkan dari keluarga kerajaan!" Emosi Maretus menjadi-jadi ketika mendengar jawaban dari kakaknya.
"Banyak omong!" Wull mulai mencambuk adiknya dengan sangat keras, sedangkan Maretus masih bisa menahan sakitnya.
"Padahal hanya warga pribumi, dapat kekuatan sedikit saja sudah mengira dirinya paling kuat!" Wull mengingat kembali sifat adiknya yang berubah drastis setelah mendapat gelar pahlawan.
___
Beberapa tahun yang lalu
Di taman istana Borlal, ada 2 orang adik kakak yang masih kecil, mereka sedang berbincang-bincang setelah kehilangan kakak tertua merek
"Sialannn!" Maretus mengeluarkan pedangnya dan berlari menuju ke dalam kamar."Bangsat!" Dia sangat kesal sekali karena tidak ditemukannya Wull di mana pun dan langsung merusak kamarnya."Tunggu dulu, kau sudah mengecek kamar milik Anita?" ujar Februtus yang sudah mengetahui hubungan mereka berdua."Nahh benar juga!" Maretus langsung berjalan menuju kamar Anita yang letaknya berada di gedung sebelah.Di perjalanan, ada banyak pasukan yang diajaknya agar bisa menghambat Wull kalau dia berusaha melarikan diri...Wull sedang panas-panasnya dengan Anita, suara mereka memenuhi ruangan yang cukup luas itu.Bruakkk... Pintu kamar Anita tiba-tiba saja ada yang mendobrak, muncul Maretus dan beberapa prajurit dan langsung masuk ke dalam kamar. Wull sangat kesal sekali, dia belum sempat menyelesaikan hajatnya malah ada yang masuk ke kamar seenaknya. Wull langsun
Pulau pribadiErin tertidur di dalam pelukanku dengan keadaan telanjang bulat, di sampingku ada Violet, Lia dan Selen yang juga tertidur."Sayang." Nay dan Noe bersamaan muncul di samping tempat tidur."Hahaha kentang!?" Noe melihatku yang sedang tersiksa oleh nafsu yang belum terlampiaskan semua dan dia malah tertawa."Sini lah Oee," panggilku kepada Noe."Oa Oe, baru kembali ingatannya sudah ngeselin!" Noe membuat sihir angin untuk memindahkan Erin yang ada di atasku ke samping Violet."Terima kasih," ucapku sambil tersenyum dan langsung berdiri, Nay langsung memelukku dan duduk di satu pahaku."Nay Nay Nayy, cantik banget sih." Aku cubit pelan pipinya dan aku ciumi bibirnya."Nay saja?" Noe ikut duduk di pahaku yang lainnya."Memangnya kalau Nay cantik, terus kamu jelek gitu!?" Aku genggam pipi
Aku berdiri sambil membuka auraku untuk membuat mereka bersemangat dan juga mengintimidasi. Walau hanya sebagian kecil yang aku buka, tapi tekanan yang keluar sangat besar sekali. Mereka semua diam tak bergeming karena menghormati dan juga menungguku angkat bicara."Selamat datang kembali tuanku." Demon tanpa nama muncul di depanku dan langsung berlutut."Ohh kau roh yang waktu itu?" tanyaku kepadanya."Iya tuanku, maaf tidak bisa menjalankan tugas saya dengan baik," ucapnya dengan masih menundukkan kepala."Jadi, apa keinginanmu?""Ijinkan saya melayani tuan Al sampai tuan asli saya mendapatkan kekuatannya kembali!""Lalu apa yang akan kau lakukan jika aku dan tuanmu yang asli berselisih?""Saya tidak akan memihak kepada siapapun, saya sendiri yang akan menjadi pihak ketiga. Saya akan ikut berselisih jika tidak mampu meredam
Gua Cryostar Ada lorong besar yang digunakan untuk membuat berbagai jenis senjata dan juga alat-alat dari logam. Jade mempunyai ruangan sendiri untuk membuat senjata khusus, lokasinya di lubang dinding dan berada lebih tinggi dari lorong utamanya. Di ruangan itu ada Jade dan Wull yang terlihat sedang sibuk sekali. Jade sedang memodifikasi prototipe senjata api yang telah dibuat oleh Wull, sedangkan Wull masih membuat senjata dengan sihir Alkimia miliknya. Jade membongkar ulang dan mempelajari bagian-bagian dari senjata sniper itu. Dia ingin segera menguasainya agar bisa diajarkan kepada anak buahnya. "Jadi kau beneran Raja Dwarf?" Wull membuka pembicaraan disela-sela fokusnya melakukan pekerjaan. "Memangnya siapa lagi!?" jawab jade sedikit kesal dan masih tetap mengerjakan tugasnya. "Kenapa bisa patuh kepada pria itu?" ucap Wull dengan entengnya. "Maksudmu Al!?" Jade me
"Jade bilang sudah selesai membuat senjata apinya, kalian harus mengawasi pasukan bukan?" tanyaku kepada mereka yang sedang tiduran di sekitarku. Nay dan Lia di sisi kananku, Violet dan Selen di sisi kiriku, mereka bantalan menggunakan lenganku. Nia dan Noa berada tidur menghadap berkebalikan denganku, kepala mereka di sisi kanan dan kiri kepalaku sambil melihat ke arahku. Erin dan Noe melebarkan kakiku dan bantalan di paha dalamku, mereka terkadang memainkan pusaka milikku yang sudah lemas."Baru juga ingatanmu kembali, harusnya kau memanjakan kami!" Noe menggenggam pusakaku namun tidak sampai membuatnya sakit."Kalian selama 5 hari ini tidak membiarkan aku keluar kamar!" jawabku dengan teriakan."Darling! Tidak usah pakai teriak juga bisa kan!?" ucap Nia dengan geram sambil merapatkan giginya."Hahaha." Noa malah tertawa lepas."Maaf sayangku." Aku menengok ke arah Nia dan menc
Penginapan yang letaknya tidak jauh dari tempat pelatihan, mungkin lebih tepat disebut dengan hotel. Fasilitas yang mewah dan ada juga kolam renang yang menghadap ke pantai. Di sampingnya juga ada muara sungai dengan air yang cukup tenang dan jernih. Berjejer gedung-gedung yang digunakan sebagai penginapan dan juga tempat perdagangan. Untuk sekarang, ada sekitar 10 gedung yang digunakan sebagai penginapan para pasukan Danirmala."Kenapa datang ke sini?" Jade mendatangiku yang sedang memandangi para pasukan Danirmala. Aku yang berada di lantai 10 dan juga para pasukan di ujung teluk jadi mempermudah mengamatinya."Kau bertanya seperti itu kepada Raja yang sedang mengawasi pasukannya!?" bentakku kepada Jade."Kalau Raja pada umumnya aku tidak akan bertanya, tapi ini dirimu, seorang Al," jawabnya."Hahaha capek aku, tolong pijat tubuhku," pintaku pada Jade."Punya wanita banyak kok malah minta pijat denganku," ucapnya namun tetap mengikutiku yang seda
Beberapa kilometer dari lokasi bekas perang, ada ribuan tenda yang digunakan untuk berkemah para pasukan Borlal. Di perkemahan itu sudah ada lebih dari seratus ribu prajurit yang dipimpin oleh 3 pahlawan. Mereka adalah Amura sang pahlawan tombak, Yusagi sang pahlawan perisai dan Kawa sang pahlawan busur dan panah."Tuan, pasukan pengintai telah kembali," ujar salah satu prajurit kepada Amura sang pahlawan tombak yang berada di dalam tenda besar."Suruh mereka masuk!" Amura membereskan buku dan surat yang ia baca di atas mejanya."Baik tuan." Prajurit itu langsung keluar dan tidak lama kemudian 2 prajurit pengintai tadi masuk."Bagaimana keadaan di depan sana?" Amura bertanya kepada mereka dengan masih duduk santai, sedangkan mereka belutut di depan Amura."Ada bekas peperangan di depan sana tuan. Namun,.." Prajurit itu ragu untuk melanjutkan bicaranya."Pepoh
Keesokan harinya, seluruh pasukan sudah berkumpul di pinggir kota Danir untuk menyambut tamu dari benua sebrang. Kami tidak membawa perjamuan sama sekali karena merekalah perjamuan itu. Perjamuan yang aku maksud adalah tumbal yang akan aku gunakan untuk membuat Lia berevolusi menjadi Demon Lord seperti Ratu lainnya. Selen belum mendapat kesempatan evolusi ini karena dia berumur panjang, jadi tidak begitu aku khawatirkan.Banyaknya pasukan musuh yang aku rasakan, aku bisa menebak kelanjutannya seperti apa. Erin dan Nay pasti memaksakan aku untuk berevolusi menjadi Demon Lord karena benih Demon Lord yang kami miliki masih sisa 7 dan tumbalnya juga berlimpah. Jiwa manusia hanyalah tumbal untuk kami dan tubuh mereka tumbal untuk para demon. Kami sama sekali tidak pernah membunuh orang yang tidak bersalah, tumbal kami hanyalah prajurit dari musuh."Woi Fenrir, kemarilah!" Aku memanggil Fenrir yang sedang memimpin semua pasukan serigala. Alp