Share

BAB 2

Hay! Nona dan Tuan...

Selamat datang di novel fantasi. Silakan bikin kopi atau jus, ambil snack, dan....

Happy reading!!!

-------------------------------------------------------

Ujung bibir Soe tertarik ke bawah, kesedihan tidak lepas dari ekspresi wajahnya. "Baiklah, mari kita selesaikan ini secepat mungkin!" kata Soe sambil mengeluarkan pistol dari balik jaket yang dikenakannya.

Hati Soe dipenuhi dengan perasaan bimbang dan pasrah terhadap keadaannya yang sulit.

Saat Soe berada dalam jarak dekat dengan Liu Yifen, tatapannya penuh dengan kerinduan setelah bertahun-tahun terpisah. Bie memeriksa situasi di luar dan menutup pintu ruangan Liu Yifen. Soe menodongkan pistolnya tepat mengarah ke kepala Liu Yifen untuk kedua kalinya. Senjata api tersebut telah dilengkapi dengan peredam suara, Soe menarik pelatuk dan melepaskan tembakan.

DOOR... DOOORRR!!! Dua peluru menghantam kepala Liu Yifen lagi. Sambil air mata mengalir dari matanya, Soe tak tega untuk memejamkan mata. Alat monitor menunjukkan grafik datar, menandakan bahwa nyawa Liu Yifen telah pergi dari tubuhnya.

Jari-jari Soe bergetar, dan rasa sakit melanda dirinya. Ia menemukan kantung kecil di dadanya, tempat ia menyimpan foto Liu Yifen. Foto itu adalah satu-satunya kenangan yang ia miliki tentang kekasihnya yang kini telah menghembuskan napas terakhirnya. Pistol yang ada di tangannya diselipkan kembali ke dalam kantong jaket kulitnya.

Sejenak, Soe terpaku di tempat, merasakan kepedihan yang membakar hatinya. Bie menyentuh bahunya dan berbisik, "Kau sangat hebat, Tuan Soe." Senyum tipis terlihat di bibir Bie, namun matanya masih terangkat ke atas.

Pupil mata Bie memancarkan kebahagiaan dan kesedihan sekaligus, seolah-olah nyawa Soe telah hilang entah ke mana. Sementara itu, roh Liu Yifen berkelana di dimensi lain, mengenakan pakaian putih dan wajahnya dipenuhi kesedihan. Satu hal yang dia sadari adalah bahwa dia telah meninggal dan penyebab kematiannya adalah pembunuhan, namun sayangnya dia tidak tahu siapa yang membunuhnya.

Sambil mendesah, Liu Yifen jatuh di atas batang pohon yang patah. Tiba-tiba, seseorang menepuk bahunya, membuatnya terkejut. Liu Yifen menoleh dengan alis yang mengkerut, heran dengan kehadiran wanita yang tampak sempurna di dekatnya.

Liu Yifen seakan-akan melihat wanita itu memiliki kecantikan yang luar biasa, namun aura yang menyelimutinya tampak berbeda dan bersinar lebih terang dari manusia pada umumnya. Wajah Liu Yifen berubah aneh. "Sudah berapa lama kau berdiri di sini?"

Dewi itu terkejut dengan tanggapan Liu Yifen. "Satu menit?" desak Liu Yifen. "Dua?"

"Mungkin sekitar semenit," jawab Dewi tersebut.

Liu Yifen menggeleng-geleng. "Dan kau datang dan mengagetkanku, apakah kau tahu betapa frustasinya aku dengan keadaanku saat ini?"

Liu Yifen seolah-olah menganggap Dewi itu seperti teman yang sudah lama akrab. Hal itu memang aneh, tapi sebenarnya Liu Yifen pernah bermimpi dan situasinya mirip dengan apa yang dialaminya saat ini.

Dia menyadari bahwa ini adalah tanda kematian dirinya, padahal urusannya di dunia belum terselesaikan dengan baik. Namun, takdir telah mengambil kesempatan itu darinya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima dan melanjutkan hidup barunya dengan orang yang berbeda di masa depan.

"Apakah kamu merasa nyaman di sini?" tanya Dewi reinkarnasi bernama Aio dengan antusiasme yang penuh. Ini adalah pengalaman pertama baginya. Yang pasti, Liu Yifen merasa bahwa dia adalah roh yang berbeda dari roh-roh lain yang pernah ia temui.

Liu Yifen menahan senyuman. Ia bisa dengan mudah beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang berbeda. Lagipula, ini bukanlah kali pertama baginya berada di dunia fantasi.

"Ada urusan apa denganmu?" tanya Liu Yifen pada Aio.

Sebelum Aio menjawab, ia mengulurkan sebuah buah nektarin pada Liu Yifen. "Cobalah makan ini. Kamu akan merasa lebih baik," kata Aio sambil duduk di samping Liu Yifen, di atas batang pohon yang patah tersebut.

Tubuh mereka begitu dekat hingga hampir bersentuhan, namun ada atmosfer yang tebal di antara mereka. Liu Yifen mengambil buah itu dan jari-jarinya menyentuh jari-jari Aio. "Terima kasih," katanya pelan.

Liu Yifen ragu sejenak, namun kemudian memberanikan diri dan menggigit buah tersebut. "Aku sudah tahu tentang kedatanganmu, tapi aku mungkin akan salah jika mengira ini...." Dia terhenti sejenak.

Aio menoleh dan menatapnya, kemudian mengucapkan sepatah kata. "Aku tahu bahwa kamu sudah tahu. Bagaimana pilihanmu?" tanya Dewi Aio penuh antusias.

Tampak Dewi Aio kurang yakin dengan pilihan dari Liu Yifen, membuat raut wajah Liu Yifen bingung menanggapi pertanyaan sang dewi. Namun, ia tersenyum dan mendekatkan diri ke arah Aio, melingkarkan tangannya di leher Dewi itu. Meskipun ia tidak terlihat di mata Liu Yifen, namun ia bisa merasakan kehadiran tubuh kabut itu. Ada perasaan yang tidak sepenuhnya ia mengerti saat ia melepaskan pelukan itu setelah beberapa detik.

 

Aio menatap mata Liu Yifen dengan ekspresi kecewa, membuat Liu Yifen merasa gelisah. Liu Yifen mencoba menjelaskan pilihannya, "Pilihan pertama tetap menjadi pilihanku, apakah itu mengejutkan bagimu?" tanya Liu Yifen sambil tersenyum manis.

 

Aio mengangkat alisnya dan meminta penjelasan dari Liu Yifen. Liu Yifen merenung seraya berpikir sejenak sebelum akhirnya mengatakan, "Pilihan pertama ingin aku mencari sebab kematian sang adik yang hilang sewaktu berada di istana. Bukan itu seru? Banyak teka-teki yang akan aku pecahkan, membuat hari-hari tidak membosankan. Pilihan kedua, balas dendam, bukanlah hal yang menarik bagiku. Kau tahu, aku adalah seorang pembunuh dan akhirnya aku mati... Ironis, bukan?" ungkap Liu Yifen sambil menatap mata Aio tanpa berkedip.

 

Liu Yifen merasa ada semacam semangat baru yang memenuhi hatinya yang terluka. Dia merasa bahwa dengan memilih pilihan pertama, dia akan menemukan jawaban atas misteri kematian adiknya dan menghadapi tantangan yang menarik. Meskipun dia seorang pembunuh, dia tidak tertarik dengan balas dendam. Ironisnya, dia akhirnya mati tanpa bisa membalas dendam.

Liu Yifen meraih tanaman paku kecil dan mulai mematah-matahkannya. Aio menunggu penjelasan lebih lanjut.

 

"Kamu telah membuat keputusanmu, aku harap kamu dapat menyelesaikan hidupmu yang sulit dengan mudah, Liu Yifen," kata Aio dengan suara lembut.

 

Liu Yifen mengalihkan pandangannya, merasakan semangat yang memenuhi hatinya yang terluka. Namun, tiba-tiba ia merasa lelah dan matanya mulai terpejam.

 

Ketika Liu Yifen membuka mata, ia merasa sakit kepala yang menusuk. Ia melihat dirinya berada di dalam sebuah ruangan dengan tembok megah di sekelilingnya. Langit biru dan atap genteng berlapis emas yang indah menarik pandangannya, dan ia bisa melihat pemandangan Kota Terlarang dari tempatnya berada.

 

"Tunggu, di mana aku berada?" gumam Liu Yifen, matanya tertuju pada satu titik di kejauhan.

 

Tanpa disadarinya, gumpalan asap transparan mendekat dengan cepat ke arahnya. Liu Yifen memegang dagunya, mencoba mengingat sesuatu dengan mata yang menerawang.

 

"Aku ingat, semalam aku bersama Dewi Aio. Tiba-tiba kegelapan menyerangku, dan kemudian aku pingsan," gumam Liu Yifen sambil mengangguk sesekali.

 

Liu Yifen merasa ada semacam petualangan baru yang menantinya di dimensi ini. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Hanya waktu yang akan memberikan jawabannya.

Bersambung....

Jangan lupa tinggali jejak dan follow aku juga ya, para Nona dan Tuan.

Salam manisku"-"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status