Share

Reinkarnasi Pembunuh Bayaran: Dendam dari Tubuh Kedua
Reinkarnasi Pembunuh Bayaran: Dendam dari Tubuh Kedua
Penulis: Nienol

BAB 1

Hay! Nona dan Tuan...

Selamat datang di novel fantasi. Silakan bikin kopi atau jus, ambil snack, dan....

Happy reading!!!

-------------------------------------------------------------

Sang supir melaju dengan kecepatan sedang. Ia tidak tampak tergesa-gesa karena nona mudanya tak ada jadwal lain. Liu Yifen menguap. Ia mengangkat kedua tangannya dan menyilangkan ke sandaran. Ia menoleh pada supirnya.

"Ah, Pak, besok saya ada acara di Puncak. Supaya tidak terkena macet, kita berangkatnya pagi-pagi ya Pak," ujar Liu Yifen sambil sesekali melirik ke arah jendela.

Sang supir mengangguk mengerti. "Baik, Nona. Jam berapa rencana berangkatnya?"

Liu Yifen mengelus dagunya, tampak masih memikirkan hal itu. "Hmm... sekitar jam empat pagi. Nanti kita sarapan di perjalanan saja."

Sang supir mengiyakan. "Iya, Nona."

Liu Yifen teringat bahwa ia kadang-kadang lupa soal waktu. "Kalau jam empat saya belum siap, tolong diingatkan ya, Pak," pintanya.

Supir itu dengan ramah menjawab, "Siap, Nona."

Mendengar jawaban yang terkesan siap mengingatkannya, Liu Yifen kemudian diam dan duduk rileks kembali. Sang supir terus berkonsentrasi menyetir mobil, memasuki jalan raya dengan rute menuju rumah.

Tiba-tiba, handphone Kobra 3 berdering. Ia memberitahu Kobra I, yang tak lain adalah Bei, bahwa mereka telah mendapatkan informasi tentang target yang sedang mereka tunggu.

"Halo, ini Kobra 3. Target sudah keluar dari komplek kafe dan masuk ke jalan raya," ucap Kobra 3 sambil terus memandangi mobil yang mereka incar.

Kobra I dan Kobra 2 berada di mobil sedan, siap untuk melaksanakan misi. Bei melirik Soe, yang tampak agak bingung.

Dengan berat hati, Soe menyisipkan senjata di pinggangnya. "Liu Yifen, apakah kamu akan membenci saya setelah ini?" pikirnya dalam hati. Mungkin ini adalah kali pertama Soe terlibat dalam misi sejauh ini.

Bei menyadari kebingungan Soe dan menyenggol bahunya, agak keras membuat Soe menoleh ke arahnya. "Siap atau tidak, kamu harus profesional dengan pekerjaanmu, Tuan! Bukankah ini yang kamu inginkan?" ucap Bei sambil mengatur posisi senapannya.

Soe membalas senggolan Bei, sambil meliriknya dengan alis terangkat. "Bukan urusanmu!" kata Soe tegas, terdengar jelas ketidaksukaannya.

Bei memutar badannya kembali ke depan, tak mempermasalahkan sikap Soe yang terlihat sensitif akhir-akhir ini. Kegaduhan singkat itu terhenti sejenak saat telepon Soe berdering. Suara Kobra 4, yang tak lain adalah Wan, terdengar dari seberang.

"Kalian kalau mau bicara, jangan di saat misi seperti ini!" tegur Wan dengan kesal, sambil memerhatikan mereka berdua dari teropong. Ia hanya bisa mendecak kesal karena tidak mendapatkan respon dari mereka.

Mereka berempat bersiap-siap untuk menjalankan misi, yaitu mengeksekusi target wanita, Liu Yifen. Mobil Liu Yifen melintas di depan Kobra 4 dan Kobra 3. Kobra 3 memberi tahu Kobra 2 dan Kobra I, dua sniper yang ada di mobil, bahwa target sudah dalam bidikan. Kedua sniper itu mengikuti mobil Liu Yifen.

Mendapat informasi bahwa target sudah dalam bidikan, Kobra 2 dan Kobra I pun meluncur di belakang kedua sniper, Kobra 3 dan 4. Sang supir dan Liu Yifen tak mencurigai apa pun. Liu Yifen tidak menyadari bahwa ia sedang diikuti oleh empat orang sniper.

Liu Yifen terlihat tengah memikirkan sesuatu saat itu. Pada posisi yang aman dan tepat, sniper di mobil dan di motor membidikkan senjatanya yang dipasang peredam suara. Mobil sniper mendekati mobil Liu Yifen. Kemudian mobil itu memepet dalam posisi yang sangat dekat. Tepat di belakangnya, motor sniper lain pun mendekati mobil Liu Yifen.

Sniper di motor belum sempat memetik senjatanya, namun sniper yang ada di mobil sudah melepaskan tembakan ke arah Liu Yifen.

DOOOR.... DOOORRR!!

DOOOR.... DOOORRR!!

Dua peluru mengenai kepala Liu Yifen dengan tepat. Ia langsung tersungkur di dalam mobil, darah segar mengucur dan melumuri baju serta celananya. Sang supir kaget dan segera menepikan mobil, berhenti untuk memastikan keadaan majikannya. Para pengendara lain yang melihat kejadian tersebut tidak berani mendekat, takut terlibat dengan polisi.

Para sniper segera kabur, menghilangkan jejak mereka. Mereka berpencar dan memisahkan diri seolah-olah tidak ada hubungannya dengan kejadian yang baru saja terjadi. Sesuai dengan skenario dan rencana aksi yang telah dirancang, mereka berhasil menjalankan misi mereka.

Sang supir dalam kepanikan. Ia segera membawa majikannya ke rumah sakit terdekat. Yang terpenting bagi sang supir adalah memastikan bahwa majikannya segera mendapatkan pertolongan dan selamat.

Liu Yifen langsung dibawa ke unit gawat darurat (UGD). Suster segera memeriksa kondisinya. Kondisi korban tidak sadarkan diri. Suster segera menghubungi dokter jaga dan memberitahu bahwa ada pasien yang dalam kondisi kritis. Dokter segera memberikan pertolongan dengan menjahit luka yang ada.

Tak lama kemudian, dua anggota polisi datang, yang tak lain adalah Soe dan Bei. Mereka menyamar sebagai polisi yang bertanggung jawab atas penanganan kasus ini. Tujuan mereka adalah memastikan kondisi Liu Yifen setelah insiden penembakan yang terjadi beberapa jam sebelumnya.

Ketika mereka sampai di ruang UGD, Soe menatap Liu Yifen yang terbaring di brankar dengan infus di pergelangan kirinya dan alat bantu pernapasan. Alat monitor menunjukkan kondisi yang stabil, menandakan bahwa Liu Yifen masih hidup. Soe menoleh ke arah Bei, yang sedang sibuk menelepon seseorang.

Ya, Bei sedang melaporkan keadaan Liu Yifen, dan pembicaraan mereka terdengar jelas oleh Soe. Sesekali, Soe melirik wajah Liu Yifen yang terlihat berubah detik demi detik.

"Apakah kamu yakin mengakhiri nyawa Liu Yifen di sini?" tanya Soe dengan kerutan di wajahnya, alisnya terangkat dan matanya tidak tenang.

Bei mengakhiri panggilan teleponnya dan menyimpan ponselnya di kantong celana. Ia melihat langsung mata Soe yang terlihat hancur. "Tuan, bukankah ini yang Anda inginkan? Tuan hampir berhasil, dan setelah ini, semuanya akan baik-baik saja," kata Bei sambil memalingkan pandangannya ke Liu Yifen.

Tatapan Bei berubah drastis saat ia menatap Liu Yifen, muncul senyuman tipis di bibirnya yang memiliki makna tertentu. Soe berkedip lebih cepat, perkataan Bei membuat dadanya terasa sesak, tangannya terangkat dan terasa tertekan.

Andai saja ia bisa memutar waktu, mungkin malapetaka dalam hidupnya tidak akan pernah terjadi. Dulu, ia hanya melihat Liu Yifen tertawa bahagia dan tersenyum dengan bebas di depannya, namun sekarang semuanya terlihat berbeda.

Soe menggigit bibirnya menunjukkan kecemasan. "Baiklah, sudah waktunya! Kamu tunggu saja di sini, biarkan aku yang mengakhiri semuanya," ucap Soe sambil mencari obat tetes mata di saku celananya.

Bei mengulurkan tangannya dan menepuk punggung Soe yang bergetar, pandangannya tetap lurus ke depan. "Kenapa takdir hidup saya seperti ini, Bei?" suara parau Soe menggambarkan penyesalan yang mendalam. Kepalanya berpaling ke arah Bei, matanya berkaca-kaca.

Bie melihat mata Soe yang penuh dengan kesedihan, dan rasa iba terlihat jelas di wajahnya. "Tuan, ini adalah misi terakhir kita, bukan? Lagipula, ini sangat berbahaya jika kamu melakukannya sendirian," jelas Bei dengan penuh pengertian.

Bersambung....

Jangan lupa tinggali jejak dan follow aku juga ya, para Nona dan Tuan.

Salam manisku"-"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status